BEKASI, Arcus GPIB – Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) kembali melembagakan Bakal Jemaat menjadi jemaat mandiri, yakni GPIB KARANG SATRIA, BEKASI, Jawa Barat Minggu (23/03/2025).
Prosesi pelembagaan dilakukan oleh fungsionaris Majelis Sinode, Pelayan Firman Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pendeta Drs. Paulus K. Rumambi, M.Si, Ketua II Pendeta Manuel E. Raintung, S.Si, M.M menyampaikan sambutan dan Sekretaris Umum Pendeta Elly D. Pitoy De Bell, S.Th membacakan beberapa Surat Keputusan (SK) antara lain SK Penetapan Ketua Majelis Jemaat setempat.

Sekretaris Umum Pdt. Elly D. Pitoy De Bell membacakan penetapan Pdt. Dr. Meilanny Peranginangin Risamasu, M.Th sebagai KMJ GPIB Karang Satria.

Foto bersama Fungsionaris Majelis Sinode dan Fungsionaris Mupel Bekasi.
Atas Pelembagaan Bakal Jemaat Karang Satria, Bekasi, Jawa Barat yang memiliki jumlah jemaat 79 KK terdiri dari 279 jiwa ini dengan demikian GPIB telah melembagakan sebanayak 351 jemaat. Sebelumnya GPIB melembagakan Bajem Sungai Segah di Berau Kalimantan Timur sah menjadi jemaat GPIB ke-350.
Majelis Sinode menetapkan Ketua Majelis Jemaat Karang Satria adalah Pendeta Dr. Meilanny Peranginangin – Risamasu, M.Th yang sebelumnya merupakan pendeta pelayan umum karena mengikuti Prodi Doktoral.
Dalam khotbahnya, Pendeta Rumambi mengajak warga jemaat dalam keseharian untuk menomorsatukan Tuhan dalam segala hal.
“Allah dimuliakan berarti Allah dinomorsatukan dalam segala hal. Ataukah Kepala Biro kita yang kita nomorsatukan yang walaupun kita tahu menyimpanga, yach,…demi keamanan diri kita, kita lakukan juga,” kata Pendeta Rumambi.
Dikatakan, sering seseorang tanpa disadari membatasi untuk memuliakan Allah. Memuliakan Tuhan hanya dalam kegiatan-kegiatan ritual pertemuan ibadah, acara-acara seremonial.
”Lalu bagaimana dengan kegiatan kita diluar pertemuan ibadah kita, diluar kegiatan ibadah ritual kita? Apakah Allah disana juga dimuliakan? Apakah dalam tugas dan tanggung jawab pekerjaan kita Allah dimuliakan? Apakah Ketika kita berkebun Allah dimuliakan? Ini pertanyaan yang penting bagi kita,” tutur Rumambi.
Pendeta Manuel Raintung dalam sambutannya mengurai bagaimana sebenarnya gereja harus dibangun dengan visi persekutuan, pelayanan dan kesaksian
“Visi harus kuat menjadi sebuah gereja. Kita bukan hanya membangun sebuah keinginan ataupun kekuatan pribadi tetapi kita membangun keinginan Tuhan, kekuatan yang juga berasal dari Tuhan,” kata Pendeta Manuel.
Untuk itu, kata Manuel, membangun gereja patut dengan sepenuh hati dalam penyembahan melalui aktivitas persekutuan, pelayanan dan kesaksian. Menurutnya, tempat ibadah itu simbol. Yang dipentingkan adalah orang-orang beribadah yaitu persekutuan orang percaya.
“Saya mendapat informasi memang Karang Satria wilayah daerah dimaknai lebih dalam lagi Satria sebagai pembela, pemberani. Mari kita bangun persekutuan ini bukan untuk keinginan, kemauan untuk kekuatan kita tetapi kita persembahkan untuk Tuhan yang adalah Kepala Gereja,” imbuhnya. /fsp