Home / GPIB Siana / Misioner

Rabu, 26 Januari 2022 - 18:10 WIB

Hukuman Mati Sebagai Efek Jera, Ini Kata Pdt. Nicodemus Boenga

JAKARTA, Arcus GPIB  – Hukuman mati efektifkah dipakai sebagai cara memberikan efek jera? Hal ini, sampai hari ini masih menjadi sebuah pertanyaan aktual yang tiada akhir tanpa sebuah kepastian, sah atau tidak hukuman mati itu yang terus bergulir di ranah pro kontra.

Media sosial hari ini melansir soal hukuman mati yang ditujukan kepada seorang yang terdakwa Heru Hidayat yang merupakan Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM). Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin mengatakan, skandal megakorupsi yang melibatkan Heru dianggapnya diluar nalar kemanusiaan karena merugikan negara begitu besar hingga Rp 39,5 triliun lewat keterlibatannya di dua kasus. Di kasus Jiwasraya terjadi kerugian keuangan negara sebesar Rp 16,7 triliun dan kasus Asabri sebesar Rp 22,78 triliun.

Untuk itu, kata Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin hukuman mati merupakan jawaban yang tepat guna mencapai keadilan dan emansipasi publik, bukan perihal ego semata. Sebab, hukuman penjara bahkan seumur hidup dinilainya hanya akan memberikan efek jera ke pelaku, namun tidak berlaku ke masyarakat.

“Saya tegaskan bahwa gagasan hukuman mati koruptor adalah bentuk manifestasi dalam pemberantasan hukuman korupsi di Indonesia. Layaknya fenomena gunung es, ribuan perkara sudah diungkap dan dipidana, namun kualitas dan tingkat kerugaian negara makin meningkat. Ini perlu direnungkan, dengan pola sanksi pidana tersebut ternyata hanya menimbulkan efek jera untuk tidak mengulangi, tapi tidak sampai ke masyarakat. Koruptor silih berganti dan bertumbuh dimana-mana,” ujarnya Rabu (26/01/2022).

Baca juga  ToT CC Sinodal 2022: Dari Rescue Air Hingga Mengendalikan Ular Berbisa

Terhadap hukuman mati, Praktisi Hukum Waeo Salisi Jonathan menolak jika hukuman mati diberlakukan dalam kasus Heru Hidayat tersebut.  “Saya tidak setuju. Karena terjadinya Korupsi tidak terlepas dari Aparat Kejaksaan dan Kepolisian yang terlalu lemah,” tutur warga GPIB Anugerah Bekasi ini.

Menurutnya, Hakim melakukan semua ini karena dakwaan lemah oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) sendiri. “Kalau kita mau jujur hukum tumpul kebawa,” tandasnya.

Apa tanggapan seorang pendeta GPIB soal hukuman mati? Secara tegas disampaikan bahwa hukuman mati tidak boleh diberlakukan kepada siapapun. Tidak ada alasan seseorang untuk semena-mena mencabut nyawa orang, itu pembunuhan.

“Saya tidak setuju dengan hukuman mati betapa beratpun pelanggaran seseorang. Bagi saya hukuman tidak boleh mencabut nyawa. Kalau ada hukum dimana manusia mencabut nyawa sesama manusia maka itu bukan hukuman tetapi pembunuhan. Apalagi filosafi hukum bukan pembalasan tetapi pemasyarakatan,” kata Pdt. Nicodemus Boenga menjawab pertanyaan Frans S. Pong dari arcusgpib.com.

Tapi kalau itu merupakan keputusan pemerintah, dalam hal ini Pengadilan, lagi kata Pdt. Nicodemus Boenga menyatakan ketidaksetujuannya perihal hukuman mati tersebut.

Baca juga  Wamendagri Bima Arya Hadiri HUT 105 Tahun Gedung GPIB Zebaoth Bogor

“Sebagai hamba Allah di dunia kita harus hormati jika hal itu sdh menjadi undang undang negara. Artinya tidak ada yang kebetulan sekiranya hal itu telah menjadi ketentuan hukum positif. Sebab kepada pemerintah Allah beri hak untuk menyandang pedang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan,” kata pria asal Sabu NTT ini.

Namun, katanya,  dalam proses membuat undang undang itu ia akan tetap memberi pendapat seperti tadi soal hukuman mati. Jika pada akhirnya ternyata tetap lolos menjadi undang undang maka harus patuh dengan pemikiran bahwa Allah mengijinkan hal itu terjadi atas nama Negara.

“Untuk soal korupsi saya lebih setuju penyitaan aset dan kekayaan untuk negara menyisahkan kebutuhan minimum bagi sang koruptor,” imbuhnya. /fsp

Share :

Baca Juga

Misioner

Kasus Gereja Kingmi, Pdt. Nicodemus Boenga: Kembali Ke Konsep Ugahari

GPIB Siana

Zona Nyaman, Menghambat Pertumbuhan. Betulkah Itu?

GPIB Siana

Sidi Baru Diteguhkan, “Ya Dengan Segenab Hatiku” Jangan Asal Saja

GPIB Siana

Aksi Damai, Kampanye 16 Hari Tanpa Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Misioner

GPIB Effatha Jakarta Peringati HUT RI Ke-78, Pdt. Teddy Masinambouw: …Teruslah Berjuang

Misioner

Tidak Perlu Lagi Mencari Peruntungan Dari Masa Lalu, Allah Mengenal Anak-Nya

GPIB Siana

Event Pelkes Effatha, KMJ Teddy Masinambouw: Dulu Sampai SMA Sekarang Universitas

Misioner

Sinergitas Antar GPIB, Terobosan Mengenal GPIB yang Lain: Apa Kata Katekisan