JAKARTA, Arcus GPIB – Sebanyak 30 pendeta GPIB sowan ke Pondok Pesantren Minhaajurrosyidin, Lubang Buaya Jakarta Timur, Jumat 24/11/2023. Kehadiran ke-30 pendeta yang merupakan peserta Pendidikan Oikoumene Keindonesiaan (POK) GPIB dalam rangka pembekalan untuk menciptakan Pemilu Damai 2024 dari tokoh-tokoh agama.

Ketua II MS GPIB Pdt. Manuel E. Raintung saat menjelaskan kehadiran pendeta GPIB di Pesantren Minhaajurrosyidin Lubang Buaya Jaktim
Tokoh-tokoh agama tersebut Ketua Pondok Pesantren Minhaajurrosyidin Dr. K.H. Muh. As’ari Akbar M.Si, K.H. Soleman dari Islam mewakili FKUB, Bambang dari Hindu, Liliany Lontoh dari Konghucu, KRHT Astono Chandra Dana dari Hindu.
Ketua II MS GPIB Pendeta Manuel E. Raintung S.Si, MM mengatakan, sesi bina politik 30 pendeta di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidin ini merupakan pembelajaran kepada pendeta-pendeta atas kehadirannya sebagai pemimpin di Jemaat.
Harapannya dari pertemuan dengan pempinan agama lintas iman ini ada kebersamaan antara pimpinan-pimpinan agama atau tokoh-agama dalam merawat kebhinekaan di Indonesia terlebih lagi dalam masa-masa menjelang Pemilu 2024 ini.

Sekretaris I MS GPIB Pdt. Roberto Wagey menyerahkan plaket kepada Ketua Ponpes Minhaajurrosyidin.
Terungkap dalam pertemuan tersebut bahwa sebagai pemimpin umat, pendeta-pendeta diharapkan dapat menggiring warganya untuk berperan serta dalam proses Pemilu, baik Pilpres maupun Legislatif dan memilih pemimpin-pemimpin yang kuat dan bijaksana.
“Saya ambil contoh, menurut Plato sifat-sifat negarawan itu apa? Sifat negarawan itu ada tiga yang mesti dicapai. Pertama dia harus bijaksana yang kedua dia berani, yang ketiga dia punya kontrol diri. Plato tidak pernah bilang Pemimpin itu harus pintar,” tandas seorang narasumber dalam sesi bina tersebut.
Jadi, katanya, tujuan akhir dari politik adalah mencari pemimpin yang adil. Bagaimana politik harus dijalankan, kata dia, politik harus dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Tokoh agama lintas iman di Ponpes Minharosyidin: beri masukan.
K.H. Soleman dari FKUB mengatakan, untuk menciptakan Pemilu Damai TNI, Polri, Pendeta dan PNS tidak boleh memihak. “Ini kalau dijalankan, insyaallah kita yakin bersama Indonesia dalam Pemilu akan berjalan damai, tenang dan akur serta rukun,” kata Soleman mengumpamakan pemimpin umat itu seperti jari tengah.
Dari Matakim, Liliany Lontoh mengatakan, sebagai orang-orang berpendidikan tidak boleh sembarangan bicara dan berharap sebagai pemimpin memiliki hati yang lurus agar bisa melaksanakan tekad iman.

Pdt Charles Manuputty saat bertanya kepada narasumber.
“Dengan tekad iman akan bisa membina diri kita. kita bisa bina diri sendiri, kita bisa bina keluarga untuk damai dan harmonis. Karena kalau keluarga harmonis, saat terjun ke masyarakat menghasilklan kebaikan, negara bisa aman dan damai,” kata Liliany.
Pada hari yang sama 30 pendeta GPIB juga melakukan audiensi ke Katedral Jakarta dan diterima Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo.
Kepada 30 pendeta Romo Suharyo banyak berkisah tentang kekristenan di Indonesia dalam perspektif politik berkaitan dengan Piagam Jakarta. Juga disampaikan bahwa Keuskpan Agung Jakarta memberi perhatian kepada UMKM.

Antusias peserta di pesantren Minharosyidin, Pdt. Claudia Josep menanyakan berbagai hal.
“Jadi, ada gerakan dari umat. Tidak pergi ke restoran, tepi kalau pesan apa-apa pesan dari umat supaya mereka berkembang,” tandas Romo Suharyo. Dikatakan, manusia itu terdiri tubuh, jiwa dn Roh. Tubuh membutuhkan makanan jasmani, jiwa membutuhkan inspirasi.
Mengenai musik, kata Romo Suharyo, liturgi gereja katolik bermacam-macam. Gereja katolik di Indonesia adalah Gereja Katolik Roma. Oleh karena itu kalau mau 100% setia kepada nama itu lagu-lagunya yang melekat pada ritus dan bahasanya bahasa latin.
Tetapi kita tidak bisa mengingkari bahwa watak orang Indonesia sangat berbeda dengan latar belakang budaya Roma. Sejak konsili Vatikan ke-2 bahkan sebelumnya yang namanya inkulturasi sudah dijalankan.

Pendeta-pendeta GPIB saat mengikuti Sesi Politik di Ponpes Minharosyidin: Diharapkan tidak memihak.
Ketua II MS GPIB Pendeta Manuel Raintung mengatakan, kehadiran 30 pendeta di Katedral Jakarta ini dalam rangka pembelajaran kepada Romo perihal semangat kebangsaan Katolik.
“Kami dalam program belajar dalam rangka pendidikan oikoumene keindonesia bagi pendeta muda GPIB kami datang ke Keuskupan Agung mau belajar bersama Romo. Kami mengetahui bahwa di lingkungan katolik semangat kebangsaan menguat,” tutur Pendeta Manuel.
Dikatakan, melalui pertemuan-pertemuan katolik dan GPIB ini ada kebersamaan untuk membangun bangsa dan negara ini dalam bingkai kebangsaan. /fsp