Oleh: Frans S. Pong, Arcus GPIB
Ibadah Hari Minggu 17 Maret 2024 menjadi hari bersejarah bagi pendeta-pendeta GPIB yang baru saja ditahbiskan Fungsionaris Majelis Sinode di GPIB Immanuel Samarinda 10/3/2024.
Bersejarah karena ke-63 pendeta pada hari Minggu itu mereka melakukan Khotbah Sulung di jemaat dimana mereka menjalani tahun ke-2 sebagai vikaris. Melihat bagaimana mereka berkhotbah, Arcus GPIB mencuplik narasi khotbah 3 pendeta yang disampaikan di jemaat.
Pendeta Moshe William Daniel, S. Fil, GPIB Silih Asih Bandung
Bagi Pendeta Moshe, percaya kepada Tuhan tidak cukup. Perlu ada kesetiaan dan bagaimana membangun kedekatan dengan Allah dan menjauhi hawa nafsu.
“Betapa pentingnya mengisi hati kita dengan kesetiaan pada Tuhan. Percaya pada Tuhan saja tidak cukup. Perlu ada sikap hati yang setia, perlu ada kedekatan yang dibangun dengan merendahkan hawa nafsu kita,” tutur Pendeta Moshe dihadapan jemaat GPIB silih Asih Bandung.
Mengakat tema khotbah: ”Tinggalkan Hawa Nafsu Duniawi, Jadilah Sahabat Allah” Pendeta Moshe mengatakan, pada dasranya hati manusia sangat mudah terisi dengan hawa nafsu keserakahan, keinginan diri, ekspektasi, iri hati dan kebencian.
Menurutnya, hal-hal ini yang membuat hati itu jadi kotor dan pada akhirnya tidak bisa melihat karya Tuhan. Dan pada saat yang sama ada kekosongan dalam hati karena tidak ada kasih Tuhan dalam hati.
Pendeta Valini Mandaries Rompas, S.Th, GPIB Koinonia Jakarta.
Mengangkat tema: ”Hindarilah Pertengkaran” Pendeta Valini mengatakan bahwa akibat hawa nafsu dan keinginan dunia yang tidak pernah selesai, manusi cenderung dijadikan sapi perah oleh keinginannya.
”Hawa nafsu dan kebutuhan duniawi tidak pernah akan habis dan tidak akan merasa cukup. Kita akan seperti sapi perah yang terus menerus dikontrol oleh hawa nafsu sampai kita merasa kelelahan dan mati,” kata Pendeta Valini saat menyampaikan Khotbah Sulung di GPIB Koinonia, Jakarta.
Menjadi sapi perah dunia adalah konsekuensi jika kita menjadi sahabat dunia. Namun, katanya, bagi yang memberi diri untuk digerakkan oleh Roh Allah maka akan menjadi sahabat Allah.
”Konsekuensi dari mereka yang bersahabat dengan Allah adalah hidup mereka akan selalu tercukupi,” imbuh Pendeta yang akrab disapa Pendeta Manda ini.
Pendeta Maria Magdalena Rakuasa, S.Th GPIB Kharis Jakarta
Dalam khotbahnya mengajak jemaat untuk menjadi sahabat Allah dan menjauhi keinginan-keinginan duniawi dan mau menolaknya.
”Kalau kita menjadi sahabat Allah dan ikut cara Allah kita akan menjadi orang-orang memiliki kerendahan hati, kita memiliki ketaatan dan kesetiaan terhadap kebenaran, juga jujur dan takut akan Allah, dan intim terhadap Allah,” kata Pendeta Maria saat berkhotbah di GPIB Kharis Jakarta.
Menurutnya, cara-cara duniawi akan menimbulkan perselisihan, dan pertikaian.
Lalu bagaimana menghindarinya? tanya Pendeta Maria, caranya dengan doa-doa yang benar, dengan terus menerus menolak hal-hal yang salah, dengan mencari Allah dengan tunduk sepenuhnya kepada Allah.
”Kita ini sahabat Allah bukan sahabat dunia. Kita semua adalah sahabat Allah, bukan sahabat dunia,” tutur Pendeta Maria.
Disampaikan, siapapun dia tidak boleh mengandalkan dunia bahkan hari esok pun tidak. Harus sepenuhnya bergantung kepada Allah.
”Pertanyaan bagi kita, mau menjadi sahabat Allah atau sahabat dunia. Mau ikut cara Allah atau ikut cara dunia. Jika masih nyaman melakukan sahabat dunia kita akan sering melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan,” imbuhnya. ***