JIKA intergenerasi sudah menjadi budaya di GPIB maka regenerasi dalam pelayanan bukanlah selalu harus dari yang tua ke yang muda tetapi lebih kepada menempatkan orang yang tepat di bidang yang tepat, right man on the right place.
Pendapat itu disampaikan Pendeta Cindy Cecilia Tumbelaka – van Munster dalam materi ”Pembahasan Tema 2025-2026”.
Menurutnya, pelayanan intergenerasional bukan sebatas tentang pelayanan yang dikerjakan oleh orang dari berbagai generasi tetapi upaya untuk menghadirkan rasa kekeluargaan dalam persekutuan, pelayanan dan kesaksian gereja.
Mengapa Pola Pelayanan Intergenerasional di GPIB diperlukan? Untuk menguatkan keyakinan bahwa kerjasama antar generasi itu sangat mungkin diberlakukan dalam setiap kegiatan pelayanan tanpa mempertajam perbedaan generasi (generation gap), yang selama ini menciptakan segregasi dalam gereja.
Menguatkan kesadaran bahwa setiap pelayan di gereja membutuhkan satu sama lain dan tidak seorang pun dalam melakukan pelayanan itu sendiri. Setiap orang punya bagian tugasnya tetapi bukan berarti dapat menyelesaikan pelayanan gereja secara keseluruhan.
Menguatkan tekad untuk menjadikan kolaborasi sebagai budaya dalam gereja.
Menguatkan pengakuan gereja terhadap realitas perbedaan lalu menantang para pelayannya untuk mengolah kekayaan ini menjadi kekuatan.
Gagasan intergenerasional, kata Cindy, adalah alternatif yang ditempuh GPIB untuk mewadahi kebutuhan gereja untuk segera melibatkan orang muda dalam giat pelayanannya sambil tetap memberi ruang bagi orang tua berpelayanan. /fsp