JAKARTA, Arcus GPIB – Pemilihan diaken dan penatua di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) dimulai. Tidak mudah menentukan atau memilih siapa-siapa saja yang akan duduk sebagai pejabat dilingkup gereja ini.
Ada proses yang harus dilalui dari proses pembentukan panitia, penentuan batas wilayah, proses administrasi dan database warga hingga kelayakan bisa dipilih dan memilih atau hanya bisa memilih tapi tak bisa dipilih.
Yang juga cukup merepotkan penitia adalah penolakan-penolakan, misalnya, sudah dinyatakan terpilih tapi tidak bersedia lalu mengundurkan diri.
Pelayan Firman dalam ibadah keluarga GPIB Jemaat Pelita, Jakarta Rabu 18 Mei 2022 Feybri Laydy Langi berharap pelayan-pelayan Tuhan yang terpilih nantinya tidak mengundurkan diri tapi merespon itu sebagai sebuah penggilan pelayanan.
“Panggilan dan pengutusan kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan, apapun itu, khususnya untuk penatua dan diaken nanti ketika kita dipilih saya berharap tidak ada yang mengajukan surat pengunduran diri karena merasa tidak mampu,” tutur Feybri.
Mengurai teks firman Tuhan dari I Tawarikh 9: 24 – 27, Feybri mengajak siapapun yang terpilih sebagai pelayan Tuhan, Diaken, Penatua, pengurus Pelkat dan Komisi-komisi mau menerimanya.
“Respon itu sebagai sebuah penggilan bahwa Tuhan memilih dan Tuhan mengutus kita untuk menjadi pelayan-pelayanNya,” tandas Feybri d khotbahnya bertemakan “Kesediaan Berpartisipasi dalam Pelayanan Gereja”.
Menurutnya, ketika tugas dan pelayanan itu dipercayakan, lakukanlah itu dengan kerendahan hati sebagaimana suku-suku Lewi dalam rumah ibadah Allah.
“Mari memiliki hati seperti orang-orang suku Lewi ini. Bahkan dari pekerjaan-pekerjaan terkecil pun mereka mau melakukannya. Mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh, melakukannya dengan teliti.”
Dalam kesempatan itu Feybri juga menyayangkan ada yang meminta atau memilih-milih posisi jabatan pelayanan yang dipercayakan yang disukainya.
“Saya mau yang itu aja, saya mau yang ini aja, Karena masalah bobotnya, saya lebih bertanggung jawab kalau melakukan itu, kelihatan lebih keren kalau melakukan itu,” tutur Feybri.
Jadi, katanya, jangan ada pribadi-pribadi yang memilih untuk melayani A, memilih untuk melayani B, melayani C. Tetapi apapun bentuk pelayanan yang diberikan lakukan dengan sukacita dengan senang hati dan dengan kerendahan hati dan tidak menghilangkan makna pelayanan.
“Pelayanan punya bobot yang sama di mata Tuhan. Semua untuk hormat dan kemuliaan Tuhan,” imbuh Feybri sembari mengucapkan Selamat Melaksanakan Pemilihan Diaken dan Penatua.
Catatan arcusgpib.com memasuki pelaksanaan Pemilihan Diaken dan Penatua, Majelis Sinode GPIB telah menerbitkan Peraturan Pelaksanaan (Perlak) masa tugas 2022-2027 dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pemilihan Diaken dan Penatua masa tugas 2022-2027.
Dalam Perlak disebutkan, proses pelaksanaan Pemilihan Diaken dan Penatua dimulai dari tanggal 1 – 30 April 2022 dengan melakukan pemutakhirn data warga jemaat dan pembentukan Panitia Pemilihan dan beberapa kegiatan lainnya.
Proses pemilihan berakhir pada tanggal 1 – 31 Oktober 2022 dengan melakukan proses pemberkasan Panitia Pemilihan untuk disampaikan ke Majelis Sinode dan persiapan peneguhan Diaken dan Penatua. /fsp