JAKARTA, Arcus GPIB – Paparan Ps. Ray Popham yang bicara soal Kepemimpinan Gereja menginspirasi peserta sehingga mendapatkan masukan-masukan berarti bagi pelayanan umat Tuhan.
Tak heran kalau sejumlah peserta banyak bertanya usai Ps. Ray Popham menuntaskan materi-materi yang disampaikan dalam acara LEADERSHIP SEMINAR mengangkat tema: “Serving With Heart, Leading With Integrity” yang digelar di Graha Oikumene PGI, Jakarta, Jumat (30/05/2025).
Michael Roring yang berinisiasi mengatakan, kehadiran Ps. Ray Popham Pastor Ray Popham, Director of Global Programs John Maxwell at Equip Leadership kesempatan bagi peserta untuk menggali lebih dalam hal-hal yang menyangkut kepemimpinan gerejawi.

Ms. Ray Popham tampak senyum sukacita mengenakan topi adat Papua.

Ps. Ray Popham saat menjawab berbagai pertanyaan peserta.
Dikatakan, sayang sekali kalau keberadaan Ps. Ray Popham di Indonesia yang diundang dalam rangka HUT PGI yang ke-75, tidak maksimal dimanfaatkan untuk menggali leadership yang dimilikinya untuk kebangunan gereja pada umumnya di Indonesia.
“Terimakasih untuk ibu Doke (Dorothea Samola) yang sangat mendukung acara ini, ” ungkap Michael Roring kepada Frans S. Pong dari Arcus GPIB.
Bahasan-bahasan soal kepemimpinan gereja diakui sangat tepat disajikan dalam acara-acara gerejawi. Pasalnya, gereja saat ini sangat membutuhkan pemimpin-pemimpin yang mau bekerja tanpa topeng.

Sesi tanya jawab dimanfaatkan secara baik oleh peserta
Topiknya sangat menarik. Maka saya sangat menyayangkan kalau tidak hadir dalam acara seminar ini, bahkan rugi besar kalau tidak datang.
“Kalau secara material, Ray Popham kalau seminar bayarnya 1000 dollar, sayang bangat kalau tidak hadir, ini bagus sekali. Kenapa? Karena bagaimana kepemimpinan yang otentik tanpa topeng dibahas,” kata Michael.
Disampaikan, justru dengan kepemimpinan otentik kelemahan ada kuasa Tuhan yang menghadirkan kekuatan yang lebih terbuka dan tidak ada beban. Itu yang diperlukan sekarang, dan tidak perlu ditutup-tutupi dalam hal kepemimpinan termasuk di gereja.

Peserta seminar kepemimpinan saat melakukan games.
“Biarlah topeng itu adalah topeng Tuhan Yesus. Tadi yang dibahas ada 4 topeng. Jadi dengan otentik, dengan kelemahan justru menjadi kekuatan bagi kita,” imbuhnya.
Sebagai innformasi, kegiatan Seminar Kepemimpinan yang menghadirkan Ps. Ray Popham digelar dalam rangka memperingati HUT ke-60 PGIW Jakarta. Cukup banyak peserta yang hadir dalam acara tersebut yang merupakan utusan dari berbagai denominasi gereja yang masuk sebagai anggota PGIW Jakarta.
Beberapa peserta asal GPIB yang hadir dalam kesempatan tersebut antara lain, Pendeta Marlene Joseph, Pendeta Debbie Tohatta, dan Penatua Lona Ticoalu.
Acara diawali dengan menyerahkan tanda kekerabatan kepada narasumber Ps. Ray Popham berupa selendang kain tenun adat NTT.
Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua PGIW Jakarta, Pendeta Arliyanus Larosa, Sekretaris Pendeta Ferry Simanjuntak dan beberapa Pengurus PGIW lainnya serta panitia yang terlibat didalamnya antara lain Sekretaris Panitia, Richard Cussoy, Michael Roring, Brian Saerang, Jouke Lengkong.
Materi yang membahas soal kepemimpinan gereja dibahas tuntas. Popham mengurai bahwa ada beberapa gaya kepemimpinan, antara lain Kepemimpinan gaya Lucifer dan Kepemimpinan dengan cara Kristus.
Pemimpin dengan cara Lucifer memuliakan dirinya diatas Tuhan, penuh dengan kesombongan. Sementara kepemimpinan Kristus adalah kerendahan hati, mengutamakan orang lain daripada diri sendiri.
“Jadi kalau liat di Kitab Yeheskiel dan Kitab Lukas betapa kontrasnya kepemimpinan Lucifer dan kepemimpinan Kristus. Namun karena dunia ini sudah jatuh, banyak pemimpin atau cara orang memimpin mengikuti Lucifer memimpin,” kata Popham.
Untuk memimpin secara Kristus harus belajar dari Alkitab. Tuhan Yesus adalah pemimin yang otentik dan asli, Tuhan Yesus jujur dan rendah hati terhadap murid-murid-Nya sebagai pemimpin.
“Terkadang kita melihat Pengajar-pengajar diluar kita tidak sadar kita memakai topeng dalam kepemimpinan kita. Akibatnya kita tidak memimpin dengan hati, karena kita tidak memimpin sebagai orang yang otentik yang asli, dan itu akhirnya memppengaruhi bagaimana kita memimpin,” tutur Popham.
Jadi, kata Popham, perlunya memimpin yang otentik tanpa topeng dan sadar bahwa siapapun dia tidak sempurna. Dan kalau sadar akan hal tersebut maka akan bisa memimpin dari hati dan menjadi pemimpin yang efektif.
Disampaikan bahwa tidak menutupi kelemasaha dalah adalah sesuatu yang baik, karena dengan tidak menutupi kelemahan kita maka kuasa Tuhan digenapi.
Topeng pertama aalah selalu merasa bahwa semua hal terkendali, artinya tidak ada masalah dalam kehidupan. topeng kedua adalah tugas sebagai pemimpin untuk memastikan semua orang senang, asal bapak senang. Topeng ketiga adalah, pemimpin yang berharap memiliki otoritas tertinggi, dan topoeng keempat saya punya jawaban untuk segala permasalahan.
Menurut Popham, semua itu adalah topeng-topeng yang membuat seorang pemimpin menjadi lebih kecil. Itu adalah empat topeng yang menipu untuk tidak menjadi pemimpin yang lebih besar. Empat topeng tersebut sangat umum disemua kultur denominasi di seluruh dunia.
“Konteksnya mungkin di Indonesia berbeda, tetapi sama di seluruh dunia,” kata Popham.
Kembali mengulas topeng nomor satu, kata Popham, pemimpin hahrus jujur apa adanya, mau mengakui bahwa ada masalah-masalah yang harus perjuangkan dan diselesaikan.
“Kalau bilang tidak ada masalah maka kita sedang menipu orang-orang yang sedang dipimpin. Padalah sebagai pemimpin lebih banyak punya masalah, karena lebih banyak yang harus diperjuangkan,” tandasnya.
Jadi, katanya, pemimpin jangan merasa tidak punya kelemahan dan tidak ada masalah. Pemimpin perlu menunjukkan bahwa bahwa ada masalah yang memerlukan bantuan.
“Kalau orang melihat bahwa kita tidak punya masalah maka orang itu tidak akan percaya bahwa pemimpin itu bisa menyelesaikan masalah,” tuturnya. /fsp