LAWANG, Arcus GPIB – Mensyukuri Berkat Tuhan yang telah Dia berikan baik itu dalam bentuk pikiran, tenaga dan materi, Pengurus Yayasan Diakonia 2021-2025 terpanggil untuk melaksanakan Ibadah Syukur bersama karyawan dan oma-oma serta anak-anak yang ada di RAAL Griya Asih Lawang.
Ibadah yang diadakan di RAAL Griya Asih Lawang – Malang, 07 April 2025 dilayani Ketua I MS GPIB Pendeta Marthen Leiwakabessy mengatakan, kepengurusan YADIA GPIB akan berakhir, dimana empat tahun mereka bergumul luar biasa.

Oma-oma warga RAAL Griya Asih Lawang setia mendengarkan Firman Tuhan.

Sukacita Oma-oma mendapatkan perkunjungan dari Yayasan Diakonia GPIB
“Kalau ditanya mereka tidak mampu, betul nggak mampu, tapi karena mereka tahu ditengah-tengah ketidakmampuan ada kebersamaan, ada Tuhan yang luar biasa, mereka mampu melakukan banyak hal,” kata Pendeta Marthen.
Ini bukan karyanya, kata Pendeta Marthen, tapi ini karena karya yang Tuhan percayakan bagi mereka melayani di RAAL Griya Asih Lawang.
Pada saat mereka melayani dengan sukacita mungkin bukan uang dan harta banyak yang mereka terima, melainkan harta di surga yang akan mereka dapat lebih, daripada harta ditengah-tengah dunia.
Pendeta Marthen yang juga Ketua Dewan Pembina dari Yayasan Diakonia GPIB, mengatakan: “Mengapa Yesus melibatkan banyak orang per-orang, pribadi – pribadi, apakah dengan kemampuan Yesus sendiri, Dia tidak mampu, padahal Dia adalah Allah, Dia punya kuasa, kenapa?
Itu karena Yesus bukan tokoh yang mau monopoli pelayanan, Yesus adalah seorang pemimpin yang senantiasa menghormati pelayanan sehingga melibatkan banyak orang.
“Kalau kita perhatikan dari kelahirannya sampai kebangkitannya, disana kita akan temukan bahwa Dia mampu, karna Dia lahir dari kuasa Roh Kudus dan pada saat Yesus memanggil orang untuk menjadi alat dalam tangannya, Dia akan memperlengkapi, mendidik dan memberkati mereka serta tidak membiarkan dan melepaskan mereka berjalan sendiri.”
Menurut Pendeta Marthen, apa yang telah dilakukan oleh YADIA GPIB dan RAAL Griya Asih bukan tugas asal melaksanakan, bukan sesuatu yang mudah dan tugas melayani tidak boleh pandang bulu, tidak boleh pandang status.
“Seperti bacaan Galatia 6:10, mengingatkan kita untuk melayani secara menyeluruh. Misalnya kita bisa melayani orang diluar sana tetapi didalam kita tidak melayani, itu tidak berarti apa-apa, yang ada didepan mata kita, yang ada di hari-hari dengan kita, kita tidak melayani, ini namanya makan puji.”
Lanjut kata Pendeta Marthen, RAAL Griya Asih Lawang ini bukan tempat pembuangan dan pengasingan dan jangan pernah bilang keluarga tidak memperhatikan, sakit hati sama anak, menantu, jangan! Selalu belajar dengan pikiran positif.
Betul mereka tidak perhatikan, tidak hadir, tidak mengasihi, seolah-olah dibuang, ditinggalkan, sedih, kecewa, putus asa, tapi ingat Tuhan hadir bersama oma-oma dan tidak pernah meninggalkan.
Tubuh boleh lemah, tetapi semangat jangan pernah patah, tangan dan kaki boleh lemah, tapi jangan pernah Iman menjadi lemah. /Jp