BAGAIMANA membangun eknomi jemaat melalui Badan Usaha Milik Gereja (BUMG) dipaparkan tuntas Guru Besar Bidang Ilmu Hukum dan Ekonomi, Fakultas Hukum UKSW Salatiga, Prof. Yafet Y.W. Rissy, S.H, M.Si, LLM, PhD (AFHEA).
Kepada Frans S. Pong, Redaktur Arcus GPIB, ia manyatakan kerinduannya agar gereja menjadi gereja yang benar-benar hadir mewujudkan damai Sejahtera bagi umat Tuhan. Di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) NTT, akademisi ini berhasil mewujudkan itu bagi jemaat Tuhan disana karena peran BUMG.
Kini, ia berharap Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) bisa mewujudkan itu untuk jemaat dan gerejanya.
Menurutnya, agar BUMG dapat berjalan baik, Majelis Sinode harus mensupport permodalan sebagai pemegang saham dengan melibatkan jemaat dan Mupel.
“Modal dari dan untuk jemaat, Mupel, dan Majelis Harian itu mensupport sebagai pemegang saham. Katakanlah jemaat memegang 50 persen saham, misalnya, lalu Majelis Harian menyisihkan dari persembahan 30 persen,” kata Prof. Yafet.
”Mudah ini dilakukan. Tidak sulit, mau atau tidak, itu saja. Lalu kita urus secara professional, kita training SDM, kita latih sistemnya, dan system akan bekerja. Kita sudah lakukan di TTS kita sudah coba. Sekarang petani-petani bisa menjual ayam, babi, melalui platform yang ada.”
”Saya Ketuanya untuk yang online-online ini. Jadi saya tahu, kita tinggal bicara saja. Jadi itu kita dorong pertumbuhan ekonomi jemaat melalui pembentukan BUMG.”
”Siapa pemilik BUMG itu? Pemiliknya Jemaat dan Majelis Gereja. Hasilnya dikembalikan untuk kesejateraan jemaat dan untuk gereja juga.”
Gereja, kata Prof. Yafet, harus hadir mendorong, membantu, melayani kebutuhan-kebutuhan jemaat. Gereja tidak hanya hadir membawa kesejahteraan spiritual, tapi kesejahteraan ekonomi perlu diperhatikan. ”Jadi sebelum masuk surga diatas sana, dia masuk surga dulu di dunia ini secara ekonomi.”
Karena itu, Prof. Yafet berharap kedepan ada komunikasi lebih intensif dengan GPIB membicarakan detil bersama kedepan pemberdayaan ekonomi jemaat melalui BUMG.
Menurutnya, BUMG harus hadir untuk membangun ekonomi jemaat, mendorong dari tingkat basis di jemaat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi jemaat.
”Konsep kita adalah mendorong gereja pada tingkat basis di jemaat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi jemaat dengan cara membentuk koperasi, Badan Usaha Milik Gereja (BUMG) salah satu bentuknya adalah koperasi,” tandasnya.
Dari koperasi inilah gereja memilih kaum awam yang professional punya skill dibidangnya, punya skill dibidang keuangan, dan skill bidang ekonomi pemberdayaan ekonomi jemaat.
“Kita full disitu lalu kita bicara strategi dan cara-cara taktis untuk bagaimana mendorong percepatan untuk level jemaat.”
Dikatakan, kalau ekonomi jemaat tumbuh, maka tidak perlu lagi mimbar dipakai untuk penggalangan dana memohon persembahan.
“Jemaat akan dengan sendirinya memberi dengan sukarela karena gereja sudah terlebih dahulu sudah memfasilitasi jemaatnya, terutama ekonominya,” kata Prof. Yafet.
Jadi, katanya, gereja harus aktif memfasilitasi jemaat agar ekonomi jemaat bisa bertumbuh dan pada akhirnya jemaat bisa mengalami pertumbuhan ekonomi melalui usaha-usaha yang dilakukan.
”Ada yang bisa piara babi, ada yang bisa piara ayam, ada yang bisa tanam singkong, ada yang bisa tanam sayur lalu kita pasarkan di platform digital dalam bentuk online yang kita create,” tandas Prof. Yafet seraya mengajak GPIB untuk terlibat dalam platform digital yang dikelolanya.
“Kita sudah punya sistemnya, tinggal GPIB mau atau tidak. Kalau GPIB mau saya perintahkan Tim datang, kita omong, dan kita laksanakan, tidak butuh waktu lama, seminggu pun jadi.” ***