JAKARTA, Arcus GPIB – Sebuah pertanyaan menarik dari kru GPIB TV kepada Sekretaris Umum Majelis Sinode Pdt. Elly D. Pitoy – De Bell, S.Th dalam sebuah wawancara di sela-sela Persidangan Sinode Tahunan GPIB 2022 di Hotel Aryaduta Jakarta Senin (7/3).
“Apa sih yang mau dicapai dari PST ini,” tanya kru GPIB TV, Argopandoyo kepada Pdt. Elly D. Pitoy – De Bell, S.Th di studio mini GPIB di lantai 1 Hotel Aryaduta Jakarta.
“Kita beranagkat dari tema “Mengoptimalkan Sinergi Intergenerasional GPIB dengan mengembangkan Kepemimpinan Misioner dalam Konteks Budaya Digital” -Efesus 4:11-16,” kata Pdt. Elly D. Pitoy .
Dalam tema itu, tuturnya, ada sinergi antara kaum milienial dan babyboomers, ada kepemimpinan misioner adalah bagaimana misi kita berjalan. Bukan saja sampai di satu usia atau satu waktu tapi kita punya jenjang kedepan.
“Gereja ini memberikan ruang besar untuk melatih, untuk membina bahkan juga menaruh harapan bahwa masa depan kita yang adalah Yesus Kristus. Setiap tahun kita menghayati perjalanan GPIB dan bagaimana generasi-generasi ini memaknai bahwa Yesus Kristus adalah sumber damai sejahtera yang punya harapan kedepan,” kata Pdt. Elly D. Pitoy.
Generasi sebelumnya yang sudah meletakkan dasar dilanjutkan generasi berikutnya sampai GPIB ini Tuhan menentukan yang terbaik. “Tapi kita berharap apa yang kita lakukan ini punya nilai. Tidak mengatakan bahwa saya lakukan itu kalau tidak ada saya tidak jadi,” tandasnya.
Dikatakan, bahwa dalam sinergitas ada yang meletakakan dasar bagaimana perkembangan seterusnya dilanjutkan ada kaidah-kaidahnya juga ada dogma dan bagaimana bersinergi termasuk melihat capaian kinerjanya yang optimum.
Tantangan kesetaraan sosial ini luar biasa, apalagi berada di situasi pandemi, disitulah perlu mempekuat kepemimpinan yang misioner yang artinya kepemimpinan yang memberdayakan yang menggerakkan supaya warga jemaat menjadi ujung tombak melakukan misi Allah itu.
Soal budaya digital, Pdt. Elly lugas menjawabnya. “Waktu kami membahas apakah boleh punya alkitab di dalam handphone itu banyak tantangan. Diwaktu tertentu bisa saja membaca alkitab dari handphone, semisal dalam perjalanan. Tapi ketika ada dalam ruang Ibadah tetap pakai alkitab skriptura, alkitab kertas.
“Saya tidak tahu kalau digital ini sudah menjadi habit kita, teknologi kita butuhkan dan internet begitu hebat untuk perubahan yang signifikan itu mengubah pola interaksi perilaku dari manusia, pola berpikir dan juga pola komunikasi. Kalau ini tidak disinkronkan dengan intergenerasional akan seperti apa perjumpaan kita nanti,” imbuh Pdt. Elly. /fsp