Dalam rangka Bulan Germasa 2024, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) mengadakan Kunjungan Persaudaraan dan Dialog bersama dengan Keuskupan Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Dialog ini mengusung tema “Spiritualitas Ekologi dan Pembangunan yang Berkelanjutan Demi Kesejahteraan Bersama.” Dialog ini tidak hanya bertujuan untuk mempererat hubungan antar gereja, tetapi juga sebagai langkah konkret untuk menyikapi tantangan lingkungan dan sosial yang semakin mendesak. Dialog ini membahas pentingnya keberlanjutan pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan sosial dan kepedulian terhadap lingkungan, demi mencapai kesejahteraan bersama. Semangat persaudaraan dalam dialog ini, mendorong gereja agar menjadi garda terdepan dalam mewujudkan spiritualitas ekologi dan tanggung jawab bersama dalam merawat bumi, sebagai rumah bersama semua ciptaan.
Peserta Bulan Germasa GPIB disambut oleh Keuskupan Banjarmasin di Wisma Immaculata (23/08/2024). Pada kesempataan ini Pastor Ruben Basenti Moruk, OFM, yang bertugas di Paroki Santo Fransiskus Assisi Gendang, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, menyambut para peserta dengan hangat dan membagikan pesan penting tentang peran gereja dalam merawat ekologi dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Pastor Ruben menekankan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan sebagai bagian dari panggilan spiritual umat Katolik.
Pastor Ruben menjelaskan bahwa sejak empat tahun lalu, ia diminta untuk membantu di keuskupan khususnya dalam unit JPIC (Justice, Peace, and Integrity of Creation) atau Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan. Unit ini berfokus pada isu-isu ekologi dan bagaimana gereja dapat terlibat dalam merawat lingkungan hidup.
Dalam dialog ini, Pastor Ruben menyoroti kerusakan lingkungan yang terjadi di Kalimantan Selatan dan mengajak semua umat, tidak hanya Katolik, untuk bergandengan tangan dalam merawat bumi sebagai rumah bersama. Ia merujuk pada ensiklik Paus Fransiskus “Laudato Si” yang menekankan perlunya kesadaran ekologis yang berakar dari spiritualitas dan rasa kagum terhadap ciptaan Tuhan.
Menyorot tentang kondisi ekologis di Pulau Borneo, khususnya Kalimantan Selatan, Pastor Ruben mengingatkan tantangan besar yang dihadapi masyarat dan gereja akibat deforestasi, penambangan, dan pencemaran air. Ia menegaskan bahwa gereja memiliki peran penting dalam mengedukasi dan memotivasi umat untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian lingkungan dan mendukung keadilan bagi kaum miskin yang sering menjadi korban dari kerusakan alam.
Pesan Pastor Ruben agar semua pihak untuk memulai tindakan nyata dalam keluarga dan komunitas, seperti menghemat air, mengurangi penggunaan listrik, dan membuang sampah pada tempatnya. Ia menekankan bahwa gerakan pelestarian lingkungan ini harus dimulai dari hal-hal kecil dan menyebar ke seluruh masyarakat.
Di akhir pesannya, Pastor Ruben menegaskan bahwa sebagai pengikut Kristus, umat Katolik dan Kristen dipanggil untuk melakukan pertobatan ekologis dan menggabungkan nilai-nilai spiritualitas dengan tindakan nyata dalam menjaga keutuhan ciptaan. “Kita harus bertumbuh menjadi pribadi yang bersahaja dan tetap bergembira dengan apa yang ada,” ujarnya.
Dialog persaudaraan antara GPIB dan Keuskupan Banjarmasin ini menegaskan kembali pentingnya kolaborasi lintas denominasi dalam merespons tantangan ekologi dan sosial yang dihadapi dunia saat ini. Melalui diskusi yang konstruktif dan penuh semangat persaudaraan, GPIB dan Keuskupan Banjarmasin sepakat untuk bersama-sama merawat bumi dan memperjuangkan keadilan sosial demi kesejahteraan bersama.
Bulan Germasa 2024 bukan hanya menjadi momen refleksi spiritual, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkuat solidaritas antarumat dalam upaya menjaga dan melestarikan alam ciptaan Tuhan. Dengan langkah-langkah nyata yang dimulai dari keluarga dan komunitas, serta keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat, diharapkan pesan-pesan ekologis ini dapat terinternalisasi dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari./dsb