YOGYAKARTA, Arcus GPIB – Majelis Sinode melaksanakan Pelatihan Kebinekaan dan Bina Damai (PKBD) GPIB Angkatan III di Yogyakarta pada 4 – 8 Desember 2024. Pelatihan dimaksud untuk penguatan Kader GERMASA GPIB.
Ketua II MS GPIB Pendeta Manuel E. Raintung, S.Si., M.M dan Sekretaris I Pendeta Emmawati Rumampuk-Baule, S.Th., M.Min dalam Edarannya mengatakan, pelaksanaan PKBD ini sebagaimana Program Kerja dan Anggaran Bidang Germasa GPIB Tahun 2024-2025.
Disampaikan bahwa PKBD merupakan kegiatan yang memperlengkapi Kader Germasa GPIB dalam memediasi persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan di lingkup Jemaat di wilayah pelayanan GPIB.Diharapkan melalui kegiatan ini akan dicapai kader Germasa yang akan berperan sebagai mediator yang handal dalam menghadapi berbagai masalah sosial kemasyarakatan.
Sejarah mencatat telah banyak terjadi aksi terorisme dan konflik keagamaan di dunia. Aksi dan konflik itu tidak hanya berdampak terhadap kehilangan nyawa, kerugian materiil, serta persoalan pengungsi, tetapi juga menciptakan stigma dan kebencian di masyarakat luas.
Indonesia sebagai contoh, meski bangsa ini berakar dan tumbuh dalam keberagaman, dampak tersebut sangat terasa sejak dua dekade terakhir. Pertumbuhan gerakan intoleran dan radikal menjadi salah satu indikatornya.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah menemukan bahwa gerakan intoleran dan radikal telah bertumbuh subur di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Penelitian LIPI ini menunjukkan pula bahwa gerakan tersebut mampu menembus pendidikan tinggi yang menjunjung kekuatan intelektual dan penghargaan terhadap keberagaman.
Bisa ditebak pada lapisan lainnya dalam masyarakat, tentu akan lebih mudah terjadinya infiltrasi dan provokasi untuk penyemaian benih-benih intoleransi dan radikalisme, yang berujung pada kekisruhan.
Dari sini pula terjadi pergeseran pada gerakan radikal dan teror. Mereka seolah telah menemukan langkah mudah dalam mengembangkan aksinya. Dahulunya gerakan tersebut
lebih mengandalkan bom dan senjata api untuk menyerang kelompok tertentu dan menciptakan ketakutan massa. Kini, dengan terjadinya kekisruhan politik dan sosial, mereka menyenangi pemanfaatan teknologi informasi untuk perang kata dan visualisasi.
Cara ini efektif untuk menguatkan pesan-pesan yang menarik simpati kelompok tertentu (termasuk rekrutmen, ‘cuci otak’) serta menciptakan rasa takut pada kelompok lainnya.
PKBD diselenggarakan oleh Departemen Germasa bekerja sama dengan ICRS (Indonesian Consortium for Religious Studies). Konsorsium ini terdiri dari Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN SUKA), dan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).
Peserta kegiatan ini adalah dari Perwakilan utusan jemaat yaitu Pendeta KMJ, Pendeta Jemaat, Ketua II, Sekretaris 1 PHMJ, Presbiter, Vikaris GPIB ataupun Warga Jemaat, serta Perwakilan utusan BP Mupel 1 orang.
Salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Dekan Fakultas Adab dan Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Prof. Dr. Muhammad Wildan, MSi, bicara soal ”Fenomena Radikalisme Agama” dan dilanjutkan oleh Prof. Dr. Fatima Husen juga dari UIN Sunan Kalijaga Prof. Fatimah Ketua Program Studi Doktor Study Agama² dari ICRS di UGM mengurai soal Inisiatif dan Relasi Antar Agama. /fsp