SAMARINDA, ArcusGPIB.com – Pagi itu tim Satgas Covid-19 GPIB Immanuel Samarinda sudah beres. Tim kecil ini siap-siap untuk berkunjung ke Pos Pelkes Puun Udip, Berambai, Kutai Kartanegara yang berjarak kurang lebih 80 kilo dari Kota Samarinda. Puun Udip berarti Sumber Hidup. Mengapa disebut Puun Udip, karena di pos itu ada sejumlah warga yang memang masih bertahan untuk hidup hingga kini.
Diaken Roy Lolong bercerita, butuh waktu 3 jam sampai di pos itu dan ada sekira 31 kepala keluarga tinggal di sana, namun yang bertahan hanya sekitar 12 kepala keluarga. Tidak heran kata Roy, banyak rumah-rumah yang dibiarkan kosong di pos tersebut.
“Kebanyakan lansia dan janda-janda yang tinggal di pos itu. Karena keluarga-keluarga muda tinggal di dekat jalan Poros Berambai Kukar – Samarinda. Karena di pos itu belum masuk listrik sehingga keluarga muda yang punya anak memilih tinggal dekat jalan poros itu yang sudah ada aliran lsitriknya.”
Roy Lolong menambahkan, semua warga yang tinggal di pos itu adalah suku Dayak Kenyah. Data tentang Suku Kenyah adalah suku Dayak yang termasuk rumpun Kenyah-Kayan-Bahau yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, daerah Baram, Sarawak, Malaysia. Dulu sekali nenek moyang suku Kenyah memasuki Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur melalui Sungai Iwan di Sarawak, lalu terpecah dua, sebagian menuju daerah Apau Kayan yang sebelumnya ditempati suku Kayan dan sebagian yang lainnya menuju daerah Bahau. Pergerakan suku ini menuju ke hilir hingga ke daerah Mahakam dan sebagian menetap di Kampung Pampang, Samarinda Utara, Samarinda. Sebagian lagi tinggal di Tanjung Palas. Suku Kenyah merupakan 2,4% penduduk Kutai Barat.
“Kami membagikan paket sembako ke 12 kepala keluarga, berisi beras 5 kilo, telur 30 butir, gula 1 kilo dan minyak goreng 1 liter. Karena lansia dan kebanyakan janda, jadi kami perkirakan bantuan itu cukup untuk mereka selama 20-30 hari,” ujar Roy.

Ia juga menambahkan Suku Kenyah adalah salah satu suku di Kalimantan Timur yang punya keistimewaan. “Mereka setia pada tanah yang mereka tempati. Jadi meski kondisi di pos tersebut berdekatan dengan tambang batubara dan ada sungai kecil yang sudah kering, mereka tetap di sana. Mereka setia dengan tanah yang mereka tempati apapun kondisinya,” tutur Roy.
Pos Pelkes Puun Udip adalah salah satu dari 4 pos pelkes GPIB Jemaat Immanuel Samarinda. Pdt. Irene Karniku Tanamal melayani di pos itu dan 3 pos lainnya. “Ibadah dari gereja induk diadakan setiap minggu ke dua tiap bulannya. Kalau ibadah tiap minggu dilayani oleh warga atau presbiter yang ada di pos tersebut,” kata Dkn. Roy.
Bantuan yang diberikan oleh satgas menurut Roy, untuk membantu warga khususnya lansia yang kebanyakan hanya di rumah. “Tahap kedua nanti kami akan membawa vitamin dan hand sanitizer untuk mereka.”
“Saya selalu terharu jika berkunjung ke sana. Ada Oma bernama Peluing yang senang jika kami berkunjung. Semua lansia perempuan di sini selalu dipanggil dengan awalan ‘Pe’ yang berarti nenek,” kata Roy sambil menyebut nama-nama di foto yang berdiri bersamanya. “Sebelah kiri ujung (celana merah) Pelingkin, lalu Paren, sebelahnya Peluing dan Pesinan. Mereka sehat-sehat semua dan mengucapkan terima kasih atas bantuan yan diberikan.” /lip