Home / Diakonia / Misioner

Selasa, 6 Agustus 2024 - 13:51 WIB

Miris, Arya Nelayan Ditinggal Istri Karena Ekonomi

Sudut Pulau Padi di Batam hanya sejauh mata memandang dari Kota Batam.

Sudut Pulau Padi di Batam hanya sejauh mata memandang dari Kota Batam.

Walau berpisah dengan istri yang saya tahu dia tidak menikah lagi. Saya juga tetap sendiri mengurus dua anak-anak yang masih sekolah di SD

GEMERLAP perairan laut Batam adalah gemerlap kemajuan ekonomi daerah ini. Derap gerak negeri yang disebut sebagai Otorita ini mamang punya nilai sendiri bila dibanding dengan daerah lain di Indonesia.

Batam tak pernah sepi dari mereka yang ingin berinvestasi disana. Yang pasti Batam memang selalu menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya karena memang menjanjikan untuk bisa meraih profit.

Tak heran kalau dulunya banyak yang datang ke Batam untuk mengadu nasib mencari pekerjaan di Batam yang letaknya berdekatan dengan Singapura.

Nelayan di Pulau Lingka yang merupakan Suku Laut di Batam tengah mempersiapkan alat tangkap ikan.

Sektor kelautan memang menjanjikan. Catatan Arcus GPIB mengutip batampos.co.id, nilai ekspor hasil perikanan di Kota Batam terus menunjukan tren positif di sepanjang tahun 2024 ini. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kota Batam, hasil ekspor perikanan mencapai 2.406,5 ton, terhitung dari Januari hingga Mei 2024.

Capaian ekspor komoditi ikan tertinggi bulan ini terjadi bulan Januari yakni 546,06 ton dengan nilai ekspor Rp 24,7 miliar. Lalu disusul Mei 2024 dengan 504,62 ton dengan nilai ekspor Rp 23,6 miliar. Selanjutnya April 448,63 ton dengan nilai ekspor Rp 22,01 miliar, Februari 445,82 ton atau Rp 19,05 miliar dan Maret yakni 443,9 ton atau Rp 17,53 miliar.

Baca juga  Kita Hidup Di Dunia Tetapi Bukan dari Dunia, Jaga Kekudusan

Sayangnya, gairah kemajuan itu tidak dirasakan secara menyeluruh bagi warganya. Mungkin karena tidak adanya pemerataan atau mungkin garis tangan bagi lelaki ini yang biasa dipanggil Arya ini sehingga gemerlap Batam secara ekonomi tidak dinikmatinya.

Pria yang punya nama lengkap Firman Arya ini, bekerja sebagai  nelayan berkisah kepada Frans S. Pong dari Arcus GPIB, saat bertemu dengannya di Pulau Padi, Batam saat ia sedang mengikuti ibadah Syukur Hasil Laut belum lama berselang. Ia bercerita bagaimana getir hidup yang dilaluinya ditinggal istri karena faktor ekonomi dan harus mengurus dua anak.

Diakuinya, menjadi nelayan dalam keseharian tidak dapat diandalkan untuk menafkahi keluarganya.

“Kalau lagi mujur dapat banyak tangkapan bisa dapat uang Rp350 ribu sehari. Tapi kadang-kadang tidak dapat apa-apa,” tuturnya memelas seraya menceritakan kondisi Pulau Padi yang tak berpenghuni.

Masyarakat nelayan mengandalkan hasil laut sebagai sumber ekonomi keluarga.

Hari demi hari dilaluinya dengan tetap melempar jala dan menyelam mendapatkan tangkapan untuk diuangkan demi sesuap nasi bagi dua anak dan istri terkasih.

Sosok Arya bukanlah sosok yang beruntung ditengah perjuangan menata ekonomi rumahtangganya. Diakuinya, dengan pendapatan sebagai nelayan yang jauh dari sejahtera mempengaruhi kondisi rumahtangganya. Hingga pada akhirnya keretakan rumahtangga pun terjadi. Arya ditingga istri karena kondisi ekonomi.

“Iya, saya ditinggal istri, karena kondisi ekonomi, Pak. Istri saya pulang ke orantuanya di Kota Batam meninggalkan saya dan anak-anak,” kata Arya.

Baca juga  Majalah Arcus Dalam Sesi Pembekalan 66 Calon Vikaris: Jadi Cepat Kenal GPIB

Dalam kondisi ditinggal istri itu, Arya masih berharap sang istri terkasih mau kembali ke rumah. Tapi apa daya perjuangannya sia-sia.

“Saya sudah mencoba mengajak kembali ke rumah, tapi gagal. Yach…sudah,” ujar Arya seraya menunjuk dua anaknya yang berada disampingnya.

Disampaikan walau berpisah yang cukup lama secara badaniah, baik sang Istri yang masih keruturunan Tionghoa maupun dirinya sama-sama tidak menikah.

“Walau berpisah dengan istri yang saya tahu dia tidak menikah lagi. Saya juga tetap sendiri mengurus dua anak-anak yang masih sekolah di SD,” tandasnya.

Memang tragis nasib Arya, dalam kondisi ekonomi yang berat ia ditinggal istri dan harus menanggung dua anak yang masih kecil-kecil yang masih membutuhkan perhatian kedua orangtuanya.

Gemerlap Batam tidak dirasakan Arya. Kilauan indah laut Batam saat malam tentu tidak ternikmatinya karena harus berjuang untuk hidup bagi dua anaknya, ke laut lagi, menebar jala atau menyelam mendapatkan tangkapan untuk dijual demi sesuap nasi.

Hasil laut yang mendatangkan pendapatan bagi Pemerintah Daerah Batam yang tidak sedikit, tidak dinikmati Arya. Arya tetap saja menjadi Arya yang harus mengurus dua anak dengan segala kekurangan dan beratnya hidup karena ditinggal istri.

Arya yang berjemaat di Pos Pelkes Sola Fide Pulau Lingka,  GPIB Immanuel Batam terus menapaki kisah-kisah hidupnya di laut yang menjadi sumber kehidupannya walau dirasa ala kadarnya, jauh dari cukup.  Ouh,… Arya. ***

Share :

Baca Juga

Misioner

Banyak Pos Pelkes Butuh Topangan, Ketua II Pdt. Manuel: Getsemani Ini Kaya

Misioner

“Pertobatan Membantu Menjadi Rendah Hati. Allah Suka Kerendahan Hati”

Misioner

Ketum PGI Pdt. Jacky Manuputty Di Jatipon Bekasi: “Bangun Shelter…”

Misioner

GPIB Paulus 88 Tahun, Sekum Pdt. Elly Pitoy: ”Love is Share”

Diakonia

Jarak Sosial Akan Melebar antara yang Mampu dengan yang Tak Punya Akses Digital

Misioner

Ketua Umum Majelis Sinode Melepas 66 Vikaris Masuk Jemaat: Siapa Saja?

Misioner

Peduli Suku Asmat Papua, Sinode GPI Gelar Pelatihan dan Bakti Sosial

Misioner

“Percayalah, lA Merengkuh Kita, ALLAH Tidak Membiarkan Kita Bergumul Sendiri