PAPUA, Arcus GPIB – Sinode Gereja Protestan di Indonesia (GPI) mengadakan Pembinaan, Pelatihan dan Bakti Sosial GPI di Kabupaten Asmat. Kegiatan ini merupakan salah satu program GPI Tahun 2024.
Demikian disampaikan Sekretaris Umum GPI Pdt.Fransisca C.Tuwanakotta, S.Th. Kegiatan-kegiatan berlangsung dari tanggal 3 s/d 9 Oktober 2024 dengan kegiatan sebagai berikut:
- Pastor Pastorum bagi para pelayan gereja
- Pelatihan Guru Sekolah Minggu, membuat alat peraga boneka tangan
- Ceramah Moderasi Beragama oleh Dirjen Bimas Kristen diwakili oleh Kemenag Kab. Asmat
- Gereja Ramah Anak
- Pelatihan Organis
- Bakti Sosial Kesehatan
- Sosialisasi Pencegahan Stunting
- Pembagian Tas Sekolah, kaca mata baca, sikat gigi, pakaian bayi.

Tim Sinode GPI pada 2 Oktober 2024 terbang menuju Asmat, terbang selama 6 jam transit di Makassar dan Timika tiba dengan selamat di Bandara Ewer – Asmat.

Rombongan menyeberangi sungai Asewer menuju pusat kabupaten Asmat di Distrik Agats.
Kegiatan pada tanggal 3 Oktober 2024 diawali dengan Ibadah Pembukaan Kegiatan yang dipimpin oleh Wakil Sekretaris GPI Papua, Pendeta Dorlince Tuturop. Didasari pada Firman Tuhan dari Efesus 2:8-10 mengingatkan bahwa semua dipanggil Allah untuk melakukan pekerjaan baik yang telah Allah sediakan.
“Dalam rangka itu, Allah hendak memperlengkapi kita, para pekerja-Nya (Para Presbiter dan pengurua Wadah-wadah kategorial) melalui kedatangan Tim dari GPI yang akan melaksanakan kegiatan Pembinaan, Pelatihan dan Bakti Sosial GPI di GPI Papua Klasis Asmat,” kata Pendeta Dorlince.

Ketua Sinode GPI Pdt. Rudy Riirihena dan mitranya Pdt. Johny A. Lontoh dan Tim dalam acara Baksos untuk Suku Asmat.
Usai Ibadah dilanjutkan dengan Sambutan-sambutan dari Ketua Sinode BPH GPI (Pendeta Drs. Rudy I. Ririhena, M.Si.), Wakil Ketua I MPS GPI Papua (Pendeta Rudi Falirat, S.Th.) dan Pjs. Bupati Asmat, Willem Dacosta.
Seluruh kegiatan dilaksanakan di bawah sorotan tema: GPI Goes To Asmat: “Memperkokoh Persaudaraan dan Meningkatkan Kualitas Pelayanan untuk Saling Berbagi Kasih”.
Asmat adalah salah satu Klasis dari Sinode GPI Papua. Asmat dikenal sebagai kota seribu papan, seluruh alamnya adalah rawa-rawa, sehingga infrastruktur Asmat dibagun di atas papan.
Masyarakat Asmat sebagian besar adalah peramu, hidup bergantung sepenuhnya pada apa yang disediakan oleh ala: seperti sagu, ubi-ubian, ikan, kepiting termasuk air bersih. Air yang dikonsumsi masyarakat bersumber dari atas, dari Tuhan (air hujan). Sebab semua daratan adalah rawa yang airnya tidak bisa dikonsumsi.

Sukacita mengarungi sungai Asewer menuju Asmat untuk giat layan.
Masyarakat di Bab. Asmat masih hidup di bawah garis kemiskinan. Selain itu stunting menjadi persoalan yang serius di kabupaten ini. Sebab Data Stanting di Asmat yang paling tinggi di Provinsi Papua Selatan (54,5%).
Namun Asmat sangat terkenal di Manca Negara dengan ukiran Asmatnya. Dalam rangka itu sejak tahun 1987 Pemda Kabupaten Asmat setiap tahun melaksanakan Pesta Budaya Asmat. Tahun ini, merupakan Pesta Budaya Asmat yang ke-37 tahun yang akan dilaksanakan pada tanggal 7-11 Oktober 2024.
Dengan latar belakang inilah juga momentum Pesta Budaya Asmat GPI melaksanakan kegiatan Pembinaan, Pelatihan dan Bakti Sosial GPI Tahun 2024.

Tim baksos menenakan Kusomer, mahkota terbuat dari bulu burung kasuari dengan manik-manik yang ditempel pada kulit kayu.
Seperti dilaporkan Pendeta Fransisca, keberadaan Tim GPI sudah ada sejak tanggal 2 Oktober 2024 di Asmat.
“Tanggal 2 Oktober 2024 kami terbang menuju Asmat. Setelah terbang selama 6 jam disertai transit di Makassar dan Timika akhirnya kami tiba dengan selamat di Bandara Ewer – Asmat. Kami disambut oleh Majelis Pekerja Sinode GPI Papua dan Ketua Panitia Asmat serta hujan rintik-rintik,” kata Pendeta Fransisca.
“Kemudian kami menyeberang ke pusat kabupaten Asmat yaitu Agats. Untuk sampai di Distrik Agats kami harus menyeberangi sungai Asewer dengan menggunakan Speedboat selama 15 menit dengan tarif Rp. 150.000/orang.”
“Rombongan menyeberangi sungai Asewer menuju pusat Kabupaten Asmat di Distrik Agats dan tiba di GPI Papua Eben Haezer Asmat yang menjadi pusat kegiatan disambut oleh Panitia. Semua peserta dikenakan kusomer (Bhs. Asmat) mahkota kepala yang terbuat dari bulu burung kasuari dengan manik-manik yang ditempel pada kulit kayu.” /fsp