Home / Misioner

Selasa, 27 September 2022 - 13:20 WIB

Paham TEOLOGI KEMAKMURAN, Di GPIB Zebaoth Bogor

Pnt. Rilus A. Kinseng di GPIB Zebaoth Bogor menyajikan materi Teologi Kemakmuran.

Pnt. Rilus A. Kinseng di GPIB Zebaoth Bogor menyajikan materi Teologi Kemakmuran.

BOGOR, Arcus GPIB – Berdasarkan pemahaman Alkitab yang menyeluruh atau komprehensif, nampak jelas bahwa Teologi Kemakmuran atau Teologi Sukses bertentangan dengan ajaran Kristen yang sejati.

Tuhan pada aliran Teologi Kemakmuran dipercaya sebagai Tuhan yang Mahabesar, Mahakaya, penuh berkat, maka bagi yang percaya kepada-Nya hidupnya akan sukses, sehat, kaya, dan berkelimpahan secara materi. Salah satu elemen krusial yang hilang dalam Teologi Kemakmuran ini adalah Teologi Salib.

“Pada intinya teologi kemakmuran ini menekankan bahwa hidup berkelimpahan secara materi, sehat, dan sukses itu merupakan tanda diberkati Tuhan,” kata Penatua Rilus A. Kinseng  narasumber dalam forum kelas Alkitab Kazebo, GPIB Zebaoth Bogor Sabtu 24 September 2022.

Guru Besar di IPB Bogor ini mengatakan, para penganut teologia kemakmuran juga percaya dan menekankan pentingnya kekuatan kata-kata yang diucapkan. Peale dan Schuller misalnya sering mempopulerkan bahwa kata-kata yang diucapkan mempunyai kekuatan magis.

Baca juga  Yankes GPIB 22 Tahun, dari Baksos hingga Database Klinik Siap Rambah Toboali

Teologi Kemakmuran atau Teologi Sukses atau Injil Sukses berkembang sejak akhir perang dunia II. Teologi kemakmuran ini sebenarnya berawal dari sekitar munculnya gerakan “Azusa Street Revival” tahun 1906 (Garrard-Burnett, 2012).

Beberapa pokok pengajaran Teologi Kemakmuran ini antara lain, konsep mengenai Allah dan manusia. Allah itu mahabesar, mahakuasa, mahapengasih, penuh rahmat. Allah dipandang sebagai kekuatan batin bagi manusia atau inner spiritual power, juga sebagai kekuatan semesta atau dynamic force.

Allah itu seakan-akan bisa “diatur” atau “dipaksa” untuk memenuhi keinginan manusia. Allah juga sering disebut sebagai Raja.

Oleh sebab itu, orang yang percaya disebut juga sebagai “anak Raja” karena itu harus sukses.

Salah seorang tokoh, penganut teologi ini, Jim Bakker Jim Bakker mengatakan, ketika menyangkut uang, bagi mereka yang punya cukup iman Tuhan menggunakan “matematika khusus” yang tidak bersandar pada “fakta”.

Baca juga  Visitasi Pelkes 2022 Siap Digelar, Majelis Sinode: Bajem Kalbar dan Kaltim II Dilembagakan

Jangan berdoa, ‘Tuhan, jadilah kehendak-Mu’, ketika Anda berdoa untuk kesehatan atau kekayaan. Anda sudah tahu adalah kehendak Tuhan bagi Anda untuk memiliki hal-hal tersebut.

Kaya dan berkelimpahan secara materi, sebagaimana ayat-ayat: Yoh 10:10b; 3Yoh1:2; 2Kor 8:9. Hagin, misalnya, mengatakan bahwa: Allah menghendaki anak-anak-Nya makan makanan yang terbaik, berpakaian pakaian terbaik, mengendarai mobil yang terbaik, dan menghendaki mereka untuk memperoleh segala sesuatu yang terbaik.

“Morris Cerullo mengatakan, adalah kehendak Allah bagi kita untuk memperoleh kemakmuran hidup dan kesehatan itu…”

Soal sakit penyakit, Teologi Kemakmuran memakai ayat-ayat ini Mat 8:17; 1 Pet 2:24b. Orang yang sakit berarti sakit imannya atau tidak beriman. Cerrulo misalnya berkata: Adalah kehendak Allah untuk menyembuhkan setiap orang yang menderita sakit.

Mengutip Hagin, jelaslah bahwa penyakit itu bukanlah suatu berkat. Penyakit adalah suatu kutuk. Suatu kutuk oleh karena melanggar hukum Tuhan. /fsp

Share :

Baca Juga

Misioner

Menko PMK, Kapolri dan Pj. Gubernur DKI Sapa Jemaat Di Ibadah Natal Immanuel Jakarta

Misioner

200 Lebih Bakal Calon Diaken Penatua Ikut Sesi Bina Pertama Di GPIB Zebaoth Bogor

Misioner

Perlu Mengenal Diri? Pdt. Nancy Nisahpih-Rehatta: Agar Kenal Kekuatan dan Kelemahan

Misioner

JUMAT AGUNG: Yesus Sanggup Mengubah Kejahatan Menjadi Kebaikan

Misioner

TEROBOSAN. Penyebutan Isa Almasih menjadi Yesus Kristus

Misioner

Sesi Bina Moderator, Berharap Gereja Melahirkan Moderator Handal Di Era Digital

Misioner

Ini Dia, Menjadi Berkat Bagi Jemaatnya, Pdt Ayu Pattikawa: Agar Nyaman Beribadah

Misioner

WAWANCARA. Pesan Iman Pdt. Yessi A. Hutapea: “Hati-Hati Perpecahan”