YOGYAKARTA, Arcus GPIB – Pendeta Jeniffer F. Porielly Pelupessy -Wowor, S.Si-Teol, M.A menyarankan untuk menghargai ide-ide yang muncul dalam pikiran karena itu bisa memberikan sesuatu yang berharga sebagai pembelajaran atau pengalaman.
“Jangan anggap enteng semua ide-ide yang muncul dalam kepala kita. Orang belajar bisa dengan banyak membaca, bisa dengan browsing mendapatkan informasi, juga dari pengalaman hidup orang belajar,” kata Pendeta Jeniffer pada Pembinaan Karyawan Kantor MS GPIB di Yogyakarta, Kamis (05/09/2024).
Hadir dalam sesi bina Karyawan MS GPIB Ketua Umum MS GPIB Drs. Pendeta Paulus Kariso Rumambi, M.Si, Sekretaris Umum Pendeta Elly D. Pitoy De Bell, S.Th, Ketua I Pendeta Marthen Leiwakabessy, S.Th, Ketua II Pendeta Manuel E. Raintung, S.Si, M.M, Ketua III Pendeta Maureen S. Rumeser-Thomas, M.Th, Ketua IV Pendeta Shierly Van Houten-Sumangkut, M.M, Sekretaris I Pendeta Emmawati Bawole, M.Th, Sekretaris II Penatua Ivan G. Lantu, SH, M.Kn, Bendahara Penatua Edy Soei Ndoen, S.E dan Bendahara I Penatua Victor Pangkerego, SH.
Menurutnya Pendeta Jeniffer, ide-ide yang muncul dalam pikiran seseorang pada akhirnya bisa melahirkan sesuatu yang sangat berharga tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi dunia ini seperti yang dilakukan penemu bohlam atau lampu pijar, ini creative thinking.
“Thomas Alfa Edison yang menciptakan bohlam, ini namanya creative thinking yang revolutif, dari yang tidak ada menjadi ada,” tutur Pendeta GPIB penugasan sebagai Dosen UKDW Yogyakarta.
Dikatakan, untuk sampai ke level creative thinking ide-ide yang muncul perlu menerapkan, menganalisis, menilai, yang ada akhirnya bisa menciptakan dari yang belum ada menjadi ada. “Ini revolutif, seperti yang dilakukan Thomas Alfa Edison,” kata Pendeta Jeniffer seraya meminta karyawan Sinode untuk melakukan games untuk berpikir kreatif dengan mengaktivasi pikiran.
Dalam kesempatan itu, Pendeta Jeniffer memaparkan beberapa pola berpikir seseorang yang disebutnya berpikir di dalam kotak atau in the box yang digambarkan dengan katak di dalam tempurung. Tempurung dipahami sebagai “batas” Utama dan satu-satunya, miskin informasi, tidak mengetahui informasi diluar bahkan menolak mentah-mentah pemikiran lain. Orang-orang seperti ini biasanya kaku.
Sementara yang cara berpikirnya outside the box tipikal orang seperti ini selalu berani, mampu dan mau melihat kejadian lainnya yang terjadi. Pola berpikir lainnya adalah berpikir dengan kotak yang baru atau in a new box adalah bagaimana mau menjajaki segala kemungkinan, mau melakukan evaluasi tiada henti.
“Orang in the box selalu akan bilang tidak ada jalan keluarnya. Orang out the box akan bilang “ada” buat jalan lain,” tandas Pendeta Jeniffer menyebutkan orang tipe out the box kadang-kadang agak lain bahkan sering disebut sebagai jagoan atau jawara.
Jadi, kata Pendeta Jeniffer, untuk bisa mencapai level creative thinking perlunya menghargai ide-ide yang muncul dan ditindak lanjuti dengan berani melakukan analisa dan mau menerapkan serta mau berpikir untuk mewujudkan ide-ide. /fsp