JAKARTA, Arcus GPIB – Mari mengisi hari-hari kita, dengan kehidupan yang memuliakan Tuhan. Sebab yang lebih penting bukan berapa lama kita hidup, tapi tapi apa yang kita lakukan selama kita hidup.
Mengatakan itu Pdt. Em. Sealtiel Isaac dalam renungannya mengurai teks Firman Tuhan dari Pengkhotbah 7:1-9 mengangkat tema LEBIH BAIK KE RUMAH DUKA.
“Di rumah duka, dalam kefanaan, kita merenung bahwa kehidupan kita tidak berakhir di dunia. Ada kehidupan abadi di seberang kehidupan ini. Dan kehidupan di dunia akan menentukan, apakah kita akan masuk ke kehidupan abadi,” tuturnya.
Di rumah duka, katanya, dapat merenung dan diingatkan bahwa kehidupan manusia,suatu saat akan berakhir (ay.2). Dalam penghayatan itu, disadarkan untuk hidup lebih baik.
“Kita terpanggil untuk mengisi hari-hari kehidupan kita untuk memuliakan Tuhan (baca: Filipi 1:22). Pada saat kematian itulah, nama baik seseorang akan dinilai dan bukan pada saat kelahiran (ay.1),” kata Pdt. Seatiel.
Di rumah duka , dapat merenungkan, “hidup ini singkat”. Jangan kita bangga, ketika kita merayakan hari kelahiran (ay.1). Sebab semakin usia kita bertambah, usia kehidupan kita semakin singkat (dalam hitungan manusia). Peristiwa kematian dapat terjadi kapan saja sesuai kehendak-Nya.
Pengkhotbah mengungkapkan: “Ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke pesta”. Karena di rumah duka kehidupan manusia berakhir (ay.2).
Pengkhotbah bicara skala prioritas, untuk dapat memilih yang benar. Karena secara umum, manusia akan memilih yang lebih menguntungkan, yaitu ke pesta (ay.4).
Menghayati firman ini dengan baik, ke rumah duka memiliki keuntungan lebih dari pada ke pesta. /fsp