KETUA Umum Majelis Sinode Pendeta P.K. Rumambi di ibadah pembukaan Rakerdal PEG 2024 di Jakarta, Jumat (15/11/2024) mengatakan: ”Jangan perlakukan Harta Milik Gereja Itu sebagai diri kita sebagai tuan, kalau diri kita menganggap kita tuan, penguasa, presbiter yang diberi kepercayan lalu kita bertindak seperti itu pasti arahnya cenderung negatif.”
”Mari kita perlakukan Harta Milik Gereja Itu seperti Orang Asing dalam arti seperti pengembara. Seorang pengembara itu dia akan memanfaatkan situasi, kondisinya dengan cara Simbiosis Mutualistis.”
Rakerdal PEG GPIB yang digelar di Jakarta 15 – 17 November 2024 memantik banyak persoalan aset gereja yang berada di 25 provinsi.
Terungkap dalam Rakerdal itu bahwa Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) memiliki banyak aset yang sayangnya tidak maksimal diberdayakan.
Mencari tahu soal itu dan bisa tidaknya gereja berbisnis, John Paulus, Panitia OC Rakerdal 2024 melakukan wawancara Pendeta P. K. Rumambi di VIP Room Millennium Hotel dimana perhelatan akbar itu digelar. Berikut wawancaranya:
John Paulus: Maaf Pak Pendeta, bisakah diberi masukan, apa sih yang mau dibuat Departemen PEG GPIB dalam Rakerdal kali ini!
Pdt. P.K. Rumambi: Rakerdal PEG GPIB yang rutin lima tahun selalu diadakan dan berkelanjutan yang bertujuan dimana kita ingin agar ekonomi gereja terus dapat berkembang dengan baik sesuai dengan arah yang dikehendaki Tuhan, dalam pengertian mau menemukan hal-hal yang bersifat inovatif, kreatif yang bisa mentransformasikan, merubah pembangunan ekonomi gereja yang biasa-biasa saja luar biasa, apalagi penggunaan teknologi digital sudah semakin canggih.
John Paulus: Bagaimana Pembangunan Ekonomi Gereja GPIB kedepannya, apakah bisa dilonggarkan sedikit kearah bisnis!
Pdt. P.K. Rumambi: Tentu saja, kitakan di dunia ini diutus oleh Tuhan untuk memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya gereja yang terdiri dari sumber daya manusia, fasilitas, dana, sistim informasi, yang ada. Itu harus ditingkatkembangkan dan memang kalau kita bicara bisnis, bisnis itu tidak selalu kotor dan bisnis itu tergantung orangnya seperti politik, kata Sabam Sirait dalam bukunya ‘Politik Itu Suci’ ekonomi harus juga seperti itu, ekonomi suci, suci dalam pengertian dibutuhkan untuk pemberdayaan segala potensi, karunia, talenta yang Tuhan berikan termasuk semua sumber daya alam yang harus dimanfaatkan untuk keberlangsungan kesejahteraan.
John Paulus: Apakah gereja atau GPIB bisa berbisnis!
Pdt. P.K. Rumambi: Tentu bisa, harus.
John Paulus: Selama ini kita merasa alergi untuk GPIB berbisnis!
Pdt. P.K. Rumambi: Semua harus dilandasi dengan Firman Tuhan, sehingga semua bisa menjadi Kristiani. Seperti mari kita berpolitik tapi politik yang kristiani, ayo kita berbisnis, berbisnis yang kristiani, juga ekonomi. Jangan gereja menciptakan seorang ekonom yang beragama Kristen, jangan! Tetapi seorang ekonom yang kristiani, juga politik demikian.
John Paulus: Setuju, nggak GPIB Berbisnis!
Pdt. P.K. Rumambi: Tapi kita melihat konteksnya, situasinya bagaimana, kitakan di dunia ini nggak ada yang sempurna dan pelayanan kita juga, kita lakukan dengan kedagingan, pasti nggak sempurna.
Kata Rasul Paulus ‘Pelayanan saya, saya lakukan dengan Kedagingan’, sekalipun kita berbisnis secara kristiani, kitakan pakai daging, didaging kita ada dosa, dosa tinggal dalam kedagingan kita.
John Paulus: Adakah dilema dalam per-GPIB-an, mungkin satu sisi ada yang setuju, sisi yang lain tidak tentang bisnis ini!
Pdt. P.K. Rumambi: Jadi kita di GPIB ini harus mengembangkan upaya-upaya ekonomi gereja, jemaat. Gereja boleh mengelola contohnya supermarket dan lain-lain dengan tujuan yang jelas. ***