JAKARTA, Arcus GPIB – Program “Gereja Kita Kaya” #diehardGPIB episode 2 kembali update dengan paparan menarik. Dibuka oleh Pendeta Immanuel Nugroho dan dipandu oleh Pendeta Aurelius Wilhelm Porawouw acara berjalan mulus.
Narasumber di episode ini adalah dua orang pendeta GPIB yakni Pendeta Frendly Seilatu dari Mupel Sumatra Barat, Riau dan Bengkulu (SARIBU) dan Pendeta Sergio Souisa dari Mupel Kalselteng. Keduanya memaparkan potensi yang dimiliki di daerah pelayanannya.
Potensi apa yang dimiliki Mupel SARIBU, tanya Pendeta Aurelius Wilhelm Porawouw yang akrab disapa Pendeta Lius kepada Pendeta Frendly.
Di Mupel SARIBU ini, kata Pendeta Frendly, ada 12 jemaat. Rata-rata berprofesi sebagai petani sawit, beberapa jemaat memiliki lahan kebun sawit. GPIB Anugereh Sorek sendiri punya satu lahan sawit yang dimiliki Pos Pelkes Ebenhaezer.
”Di Mupel SARIBU ini ladang sawit sangat menopang untUk PEG (pembangunan Ekonomi Gereja) di konteks 12 jemaat. Itu menjadi income untuk menopang segala pelayanan di Jemaat masing-masing,” kata Pendeta Frendly.
Menurutnya, harapan kedepan lahan tersebut bisa berkembang sebagai Badan Usaha Milik Gereja (BUMG). Ini nilai plus untuk 12 jemaat di Mupel SARIBU.
“Berapa hektar lahan sawit yang dimiliki GPIB di Mupel Saribu?” tanya Pendeta Lius. Sejauh ini, kata Pendeta Frendly, sedang menggali data 12 jemaat. Kalau untuk GPIB Anugerah Sorek di Pos Pelkes Ebenhaezer ada 1,8 hektar dan sebulannya bisa menghasilkan Rp 3 sampai 4 juta.
“Puji Tuhan, sejauh ini yang saya tahu yang saya pahami dari laporan dalam satu bulan itu ada Rp3 sampai 4 juta itu sangat menopang PEG gereja,” kata Pendeta Frendly.
Sumber daya manusia di Mupel SARIBU beragam, jemaat datang dari beragam daerah. Mayoritas dari 12 jemaat itu adalah suku Batak dan campuran. Ada Jawa karena beberapa daerah, beberapa jemaat ada Pos yang merupakan wilayah transmigrasi. Ada Nias, ada dari Maluku, NTT bahkan dari Manado.
Dalam program tersebut juga diungkap soal Gedung gereja GPIB yang dikuasai HKBP. Sebagaimana diketahui GPIB memiliki aset Gedung gereja di Bukit Tinggi yang kini menjadi sengketa.
Ada pergumulan khusus di Mupel SARIBU, berkaitan dengan aset gereja, inventaris sinodal. Salah satu gereja GPIB yang ada di Bukit Tinggi menjadi sengketa karena ditempati HKBP. Sudah ada komunikasi dengan Majelis Sinode untuk mencari solusi, percakapan dengan HKBP karena itu adalah aset GPIB dan menjadi tanggung jawab GPIB Efrata Padang.
Wow, Ada Hibah Lahan
”Bagaimana potensi GPIB di Kalselteng?” tanya Pendeta Lius kepada Pendeta Sergio. Di Mupel Kalselteng, kata Pendeta Sergio, ada 6 jemaat induk dan 10 pos pelkes.
”Kalau potensi tidak terlalu banyak kalau kita bicara di Kota untuk wilayah Banjarmasin dan Palangkakraya. Tapi kalau ke Batu Licin, Kota Baru ada pantai yang bagus sekali.”
Kalau bicara soal potensi Kalselteng, kata Pendeta Sergio, Kalselteng akan menjadi penopang untuk IKN. Dari Batu Licin bisa tembus lewat jalur darat sampai di IKN. Kedepannya, IKN akan menjadi jalan masuk terutama di Batu Licin banyak perusahaan baik sawit dan batubara.
Kabar menarik dari percakapan di episode 2 ini, terungkap bahwa ada pihak yang akan menghibahkan lahannya kepada GPIB seluas 30 hektar.
”Ada yang akan menghibahkan tanah sekitar 30 hektar untuk dikelola. Kalau ini jadi akan bisa dikelola Mupel Kalselteng,” ungkap Pendeta Sergio.
Sebagai informasi “Gereja kita KAYA !”, Program virtual #diehardGPIB yang diselenggarakan untuk memutakhirkan pengetahuan tentang GPIB dengan potensi & tantangannya. Suatu arakan virtual menuju 100 tahun GPIB. Setiap hari Senin jam 20.00 WIB di YouTube Diehard GPIB. /fsp