JAKARTA, Arcus GPIB, – Hari ini setahun ia tidak bersama kita lagi. Hari ini setahun ia meninggalkan ranah pelayanan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). Selalu terbayang saat-saat ia hadir dengan segala ciri khasnya saat membawakan khotbah atau memberikan pembinaan, tidak hanya di GPIB tapi gereja-gereja lainnya di Indonesia ini.
Sosok Pdt. Rufus Alexander Waney M.Th yang wafat Selasa 12 Januari 2021 cukup dikenal dengan khotbah serialnya tak lagi ada tapi jejak karya layan Almarhum tak pernah lekang oleh waktu. Walau tangis sudah mengering atau duka sudah tak ada lagi, setumpuk karya layanmu adalah terang yang menghantar sukacita.
Khotbah-khotbahnya selalu menarik, khotbah Serialnya dan berbagai pembinaan yang dilakukannya menjadi pesona tersendiri warga jemaat yang mengikutinya. Jejaknya di ranah media sosial pun tak tergilas zaman. Tak heran kalau seluruh bongkahan pelayanannya selalu menjadi acuan GPIB pada umumnya dan khususya warga jemaat.
Catatan arcus, jejak digital yang tayang via youtube GPIB Filadelfia Bintaro saja, almarhum telah merilis 77 album pembinaan khotbah serial. Sebuah karya layan yang luar biasa, yang bisa dicapai suami dari Pingkan Margaretha Tulung dan anak-anak Gamma, Mekhta dan Kezia ini.
Salah satu khotbah serial almarhum yang menarik adalah soal Kuliah Kehidupan dalam Gereja yang berbicara soal Kepemimpinan dan Spiritualitas Dalam Keluarga dan Gereja.
Situs sianipar17.com menyebutkan profil Pdt. R. A. Waney, M.Th, adalah tokoh yang cukup terkenal baik pada lingkungan gereja-gereja di Indonesia, terutama di jajaran GPIB memberikan khotbah serial.
“Khotbah serial? Ya. Pertama kali mengenal istilah ini ternyata cukup menarik bagiku. Pdt. Waney, seorang lulusan theologi dari Amerika, membawakan khotbah dengan satu thema menarik yang cukup mengena dengan berbagai aspek dalam kehidupan spiritual praktis: dalam keluarga, lingkungan, gereja, dan bernegara. Khotbah-khotbah ini disajikan secara berseri, satu sama lain saling terkait hingga membentuk satu kesatuan thema yang utuh, satu visi, satu tujuan.”
Lebih lanjut situs itu menyebutkan, khotbah-khotbah dibawakan dengan pondasi theologi yang sangat kuat (dibanding Pendeta kebanyakan), perspektif individu-keluarga-lingkungan, disertai cerita pengalaman praktis dalam kehidupan nyata. Kadang disisipkan gerak-gerik tubuh, humor segar yang positif yang (kadang) menjadi sarkasme bagi banyak individu. /fsp