JAKARTA, Arcus GPIB – Benarkah GPIB itu kaya? Simak apa yang disampaikan Pendeta Ike Nayoan dari Mupel Bangka Belitung dan Pendeta Christian Talutu dalam program ”Gereja Kita Kaya” episode 1, program virtual youtube #diehardGPIB, 13 Mei 2024.
“Gereja Kita Kaya” atau GPIB itu kaya dari perspektif jemaat dimana Pendeta Ike malayani di Bethesda Mentok dapat dikatakan GPIB itu kaya. ”Bangka Belitung kaya dengan susu dan madunya,” tuturnya.
Tambang Mendukung
Di wilayah pelayanannya, GPIB memiliki kekayaan material berupa tanah seluas 16 Hektar di wilayah Air Abik-Belinyu. Sejak zaman Pendeta Ronald Marbun ditanam sawit seluas 6 hektar dan dinikmati hasilnya dijaman Pendeta Yonathan Suitela sampai sekarang dengan hasil penerimaan 1 bulan Rp 4-6 Juta.
“GPIB memiliki tanah seluas 16 Hektar di wilayah Air Abik-Belinyu,” kata Pendeta Ike dalam program youtube #diehardGPIB episode ke-1 yang dipandu Pendeta Henry Sihasale belum lama ini.
Program ini, kata Pendeta Henry, diselenggarakan untuk memutakhirkan pengetahuan tentang GPIB dengan potensi dan tantangannya, sebagai arakan-arakan virtual menuju 100 tahun GPIB yang tayang setiap Senin pukul 20.00 WIB di youtube Diehard GPIB.
Namun demikian, kata Pendeta Ike, ada kendala yang dihadapi atas kepemilikan lahan GPIB seluas 16 hekter tersebut.
“Kepala Desa yang tidak mau mengeluarkan surat karena luasnya tanah gereja,” kata Pendeta Ike. Kepala Desa mempertanyakan asal usul kepemilikan tanah tersebut.
GPIB itu kaya dipaparkan terang benderang oleh Pendeta Ike. Di Bangka Belitung, selain potensi alam dengan berbagai hasil tambang yang sangat mendukung keberadaan gereja juga perhatian pemerintah yang cukup baik dari sisi anggaran.
”Kalau di Bangka Belitung dana rutin selalu digelontorkan pemerintah. Dana hiba diajukan 2 tahun sekali untuk Pemprov,” tutur Pendeta Ike.
GPIB di sana, kata dia, secara khusus sudah masuk anggaran pemerintah antara lain Bethesda Mentok, Maranatha Pangkalpinang, Sion Koba, Sungai Liat, Belinyu dan Tanjung Pandan. Dua tahun lalu Bethesda Mentok menerima bantuan dan Maranatha Pangkal Pinang dan Sion Koba.
”Saya dapat bantuan kemarin tidak besar hanya Rp160 juta untuk renovasi gedung gereja dan saya mengajukan kembali, tidak besar tapi selalu berkesinambungan. Bangka Belitung kaya dengan susu dan madunya,” ucap Pendeta Ike menjawab pertanyaan host Pendeta Henry.
Aset GPIB lainnya yang ada di Babel, ada 2 Gereja di yang dibangun di jaman Penjajahan Belanda, pada Tahun 1927, yaitu Bethesda Mentok dan Marantha Pangkalpinang. Dua gereja ini masuk sebagai cagar budaya.
GPIB berada di lokasi wisata seperti di Tanjungpandan, Manggar Sungailiat, Koba dan Toboali sehingga pembangunan infrastruktur berdampak ke jemaat.
Tantangan
Lalu apa kata Pendeta Christian Talutu yang melayani di GPIB Ebenhaezer Ketapang Mupel Kalimantan Barat dalam program #diehardGPIB episode ke-1 tersebut.
Pendeta Christian Talutu yang sering disapa sebagai Pendeta Christal memaparkan detil soal GPIB dan kekayaan Kalimantan dalam materinya yang diberi judul ”Masa Depan GPIB di Kalimantan?
Untuk Kalimantan Barat, sumber daya alam yang ada di wilayah adalah pertambangan batu bara, emas, aluminium, dan bauksit. Untuk kehutatanan ada kelapa sawit, kayu, dan rotan. Untuk perikanan ada arwana, dan ikan sungai lainnya. Untuk perkebunan ada kelapa sawit, karet, teh, kopi, dan kina.
Peluang bisa yang dikembangkan GPIB, kata Pendeta Chrital, pembukaan Pos-pos PELKES baru, pemberiaan makna baru dengan tidak menolak adat.
”Katolik jauh diterima, karena menekankan Teologi Penjelmaan dalam beradaptasi dengan adat istiadat. Kita tidak hanya menekankan Teologi Pembebasan dan memberi makna baru dalam Teologi Perjamuan Mesianik bahwa yang diundang bukan hanya orang percaya dalam perjamuan makan dan minum, tetapi Perjamuan untuk merawat perbedaan dan alam ciptaan,” tutur Pendeta Christal.
Mupel Kalbar terdiri dari 23 jemaat, Juni nanti menjadi 24 Jemaat karena ada pelembagaan memiliki. Beberapa gereja memiliki lahan kebun dan Sawit.
Soal bantuan dana hiba dari pemerintah terhadap gereja-gereja, Pendeta Christal mengatakan, dana hiba yang digelontorkan pemerintah cukup besar. Itu karena ada relasi yang baik dengan pemerintah melalui anggota DPRD .
”Keberadaan GPIB di kota dan kecamatan dan kabupaten menjadi pintu masuk untuk membangun relasi dengan pemerintah daerah. Di Ketapang saja dana hiba tahun ini itu kurang lebih Rp 67 miliar digelontorkan. Artinya, perhatian pemerintah terhadap gereja dan rumah ibadah sangat besar,” ungkap Pendeta Christal.
Ia menguraikan tantangan yang ada di Kalimantan adalah gereja terlalu sering sibuk dengan urusan internal dan tidak peka dengan masalah sosial.
”Pembangunan fisik gereja seringkali tidak diimbangi dengan pembangunan jemaat. Terlalu menekankan pada urusan dan kepentingan internal, dan kurang peka terhadap masalah sosial, kerusakan lingkungan, dll,” tandas Pendeta Christal.
Tantangan lainnya bentangan luas wilayah membuat tidak terjadinya pemerataan Pembangunan, persoalan infrastruktur menjadi kendala dalam percepatan ekonomi, sehingga menimbulkan mahalnya beberapa barang pokok.
Ketimpangan sosial, antara kaya dan miskin masih menjadi persoalan serius. Peningkatan komoditas sawit secara global, membuat perluasan kebun dan berkurangnya tanah adat dan tanah masyarakat.
Infrastruktur kesehatan yang kurang memadai di pelosok, dan harus menempuh perjalanan jauh ke Kabupaten membuat tingkat kematian tinggi. Tidak tersedinya pendidikan setara SMA membuat banyak anak-anak memilih tidak melanjutkan pendidikan atau menikah di usia muda. /fsp