JAKARTA, Arcus GPIB – Mutasi atau alih tugas dalam sebuah institusi adalah hal biasa. Bagi banyak kalangan alih tugas adalah sebuah cara penyegaran orang yang dimutasi bisa menerapkan skill dan kompetensinya dimana ia ditempatkan.
Artinya, dengan penempatan di posisi baru, ada output yang bisa disampaikan untuk kemajuan yang berdampak pada kinerja yang membaik. Kalau itu diranah pelayanan ada peningkatan kualitas pelayanan yang dirasakan warganya.
Seperti yang disampaikan Sekretaris I PHMJ GPIB Marga Mulya Yogyakarta, Dkn. Juli Arianto Aritonang. Ia setuju sekali dengan rotasi-rotasi yang dilakukan Majelis Sinode terhadap pendeta-pendetanya.
“Tidak ada yang abadi, kata Dkn. Juli Aritonang. Yang abadi itu adalah perubahan itu sendiri,” katanya dalam utus sambut Ketua Majelis Jemaat (KMJ) GPIB Effatha DKI Jakarta dari Pdt. Abraham Ferdinandus M.Th kepada Pdt. Teddy C. Sigarlaki Masinambouw S.Th di GPIB Effatha, Minggu 1/5/2022.
Dikatakan, Utus Sambut Ketua Majelis Jemaat ini merupakan hal yang wajar dalam sebuah organisasi kelembagaan GPIB dalam rangka penyegaran.
Utus sambut, katanya, agar pelayanan gereja semakin baik, dinamis dan kreatif. Harapannya, dari rotasi tersebut jemaat mengalami pertumbuhan kualitas Iman ditengah perubahan itu sendiri agar tidak mudah tergoda dengan rupa-rupa perubahan.
Sementara itu, Ketua I PHMJ GPIB Effatha Jakarta Selatan Pnt. John Sahusilawane berharap dari mutasi yang dilakukan Majelis Sinode ke jemaat bisa menempatkan pendeta-pendeta yang memiliki wibawa Rasuli.
“Kami harapkan juga adanya wibawa Rasuli yang melekat pada Bapak itu juga boleh mewarnai kehidupan jemaat Effatha dan didalam Pelayanan kita bersama. Biarlah Jemaat Effatha benar-benar merasakan kehadiran Tuhan ditengah-tengah kehidupan mereka,” kata Pnt. John Sahusilawane.
Soal pergantian tugas, katanya, ada waktu untuk bersama-sama dalam pelayanan, ada waktu Tuhan mengutus ke jemaat yang lain. /fsp