SERPONG, Arcus GPIB – Mencipta lagu menjadi pilihan hidupnya. Seratus lebih karya lagu-lagu rohani gerejawi sudah diciptakan. Ia adalah Hein Marcus, pria berdarah Ambon.
Semua indah pada waktunya, ada yang menawarkan agar lagu-lagu yang diciptakan Hein Marcuus diaransemen kembali untuk sebuah konser akbar. Sebagaimana diketahui lagu-lagu ciptaan Hein Marcuus sebelumnya diaransemen oleh Max Pandelaki.
Karya-karya warga jemaat GPIB Ora et Labora Serpong ini pernah dipantaskan dan dinyanyikan secara estafet, dalam acara “Senandung Anak Indonesia”. Hasilnya Hein Marcus dan rekannya Max Pandelaki mencatatkan Rekor Dunia dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada 2015 sebagai Penggubah Lagu terbanyak yang dinyanyikan oleh siswa Sekolah Kristen Ora et Labora Serpong. Saat itu, acara dengan sponsorship Tommy Mukdani dari Hesed Entertaintment mengundang Presiden Joko Widodo telah menyatakan bersedia untuk hadir termasuk calon presiden Amerika Serikat Rev. Jesse Jackson Sr.
Perolehan Rekor Dunia 2015 diterima atas prestasi menyanyikan karya lagu ciptaan Hein Marcuus sebanyak 107 lagu yang dinyanyikan oleh anak-anak Sekolah Kristen Ora et Labora Serpong sebanyak 107 anak. Hein Marcuus menyatakan bangganya dan apresiasi kepada Tommy Mukdani, dari Hesed Entertaintment yang banyak membantu sehingga karya lagunya bisa dicatatkan MURI dan mendapatkan penghargaan Rekor Dunia.
Masing-masing lagu dinyanyikan tanpa jedah secara estafet. Inilah yang menjadi penilaian Museum Rekor Dunia Indonesia, Jaya Suprana. Menurutnya, lagu-lagu ciptaannya adalah keluh kesahnya kepada Tuhan.
Kepada Frans S. Pong, Pelaksana Redaksi Arcus GPIB, Hein Marcuus ditemui di kediamannya di Amarapura Tangsel mengatakan, semua lagu-lagu yang diciptakan bernapaskan rohani, semua lagu-lagunya bernarasi gerejawi.
“Lagu-lagu yang saya ciptakan lagu rohani,” tutur Hein. Berapa jumlah lagu yang sudah dibuat? Jawab Hein: “Sudah 107 lagu. Dan masih ada puluhan yang belum dipublis.”
Hanya mencipta lagu rohani. Kenapa tidak membuat lagu-lagu non gerejawi? Jawab Hein: “Saya pernah mencoba entah kenapa gagal melulu. Saya berdoa kepada Tuhan lagi, dan saya coba gagal lagi.”
Diakuinya, kemampuan menulis lagu didapatnya secara otodidak. “Semenjak saya hopeless karena mengalami kelumpuhan, saya tidak tahu mau bikin apa? Saya ditempat tidur saja. Kemampuan saya sudah tidak bisa produktif lagi. Dari situ saya coba-coba buat puisi, tulis tangan sendiri, curahan hati saya kepada Tuhan,” kata Hein.
Hein yang pandai bermain gitar, saat mengalami kelumpuhan hanya bisa menangis saat melihat gitarnya.
“Saya sudah tidak bisa berbuat apa lagi. Saya hanya bisa menangis. Suatu saat saya ambil gitar saya dan saya mulai main pelan-pelan, sedikit-sedikit. Main instrumen sendiri, aransemen sendiri, saya pikir-pikir ini bisa jadi lagu, saya ambil coret-coretan saya dan saya rangkai satu persatu akhirnya jadilah sebuah lagu,” tutur Hein menjawab pertanyaan Arcus GPIB.
Sesudah semua terangkai baik, Hein mencoba menyanyikannya, walau diakuinya dia bukan penyanyi. “Saya hanya penyanyi kamar mandi,” tutur Hein sembari menyatakan hanya bisa bersyukur kala bisa mencipta sebuah lagu. “Terimakasih Tuhan ini untuk kemuliaan-Mu,” kata hein saat berdoa mensyukuri apa yang telah tuhan buat baginya.
Salah satu karya ciptanya yang paling dibanggakan Hein adalah “Bersyukur”. Dan diakuinya dengan bersyukur ia bisa bertahan sampai detik ini dengan segala keterbatasan.
Pesannya di lagu Bersyukur, kata Hein: “Apapun yang kita terima, apapun keadaan kita kita harus bersyukur. Waktu itu saya dalam keadaan lumpuh dan saya tulis itu.”
Mendapat penghargaan Rekor Dunia tidak pernah terbersit sedikitpun dipikiran Hein. “Saya hanya bisa buat dan tawarkan, waktu itu saya di GPIB Sumber Kasih tidak ada yang mau, malah dari luar GPIB mau mencoba. Dalam ketidakberdayaan saya, Tuhan pimpin saya untuk memuji nama-Nya. Itu saja.”
Bagaimana pandangan Hein Marcuus terhadap perkembangan lagu-lagu rohani saat ini? “Sudah bagus. Dari syair yang dituliskan, sama melodi nada tersebut sudah baguslan menurut saya. Hanya mungkin mesti ditambah lagi supaya lebih berwarna.
Menyikapi perkembangan dunia seni lagu dan industri lagu, Hein mengatakan, lagu-lagu sekarang diciptakan bernarasikan syair-syair yang mudah domengerti. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya mereka lebih bervariatif dari sisi melodi yang dihasilkan.
“Dulu lebih bervariatif. Sekarang mungkin orang mau yang cepat, gampang didengar dan laku,” tandas Hein Marcuus yang mengaku sangat mengidolakan penyanyi Phil Collins.
Peduli kepada komunitas-komunitas Paduan Suara, kemuliaan Tuhan melalui talenta masing-masing, jangan pikirkan apa yang kita dapat lakukanlah semua untuk Tuhan karena dibalik itu semua Tuhan akan tambahkan. /fsp