BEKASI, Arcus GPIB – Menurut John Calvin seorang Teolog Kristen, Kasih Allah adalah Hukum tertinggi bagi orang Kristen sebab Kasih Allah merupakan prinsip dari seluruh kehidupan moral yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
”Kasih bukan suatu kewajiban yang harus kita lakukan tetapi kasih adalah panggilan yang nyata dari iman yang hidup dan kehidupan umat Kristen yang sejati tidak dapat dipisahkan dari kasih yang tulus kepada Tuhan dan sesamanya,” kata Vikaris Jonisius Lakasoma di Ibadah Minggu GPIB Pondok Ungu, Bekasi, (5/1/2025).
Kerahiman menurut KBBI adalah belas kasih yang dalam bahasa latin Misericordia, Yunani Heleos, Inggris Mercy dan Ibrani disebut Rahamim dan Khesed.
Kerahiman Allah, Lukas 4:16-20 berbicara tentang Kasih dan Belas Kasih Allah yang ditunjukkan melalui pengampunan, melalui kasih tanpa syarat dan pemulihan bagi mereka yang berdosa dan terluka.
Kerahiman Allah adalah kehadiran Yesus untuk menebus dosa kita dan mendamaikan kita dengan Allah. Kitab gulungan Yesaya 61:1-2, yang dibuka Yesus untuk memberitakan kabar baik kepada orang yang miskin, membebaskan orang yang tertawan, memberikan penglihatan kepada yang buta dan memerdekakan yang tertindas, ini merupakan kitab nubuat yang kemudian digenapi di Lukas 4:16-20.
Lakasoma yang merupakan alumnus STFT INTIM Makassar, menjelaskan ada tiga hal penting dari bacaan alkitab tersebut, yang pertama Yesus menggenapi nubuat Nabi Yesaya dan menyatakan dirinya sebagai Mesias yang dijanjikan.
Yang kedua Yesus datang untuk menyampaikan Visi dari Misi Mesias, membawa kabar baik kepada orang miskin, pembebasan orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang buta, membebaskan orang yang tertindas, menyampaikan tahun rahmat Tuhan.
Yang ketiga Yesus menyatakan Kerajaan Allah yang Inklusif merupakan cerminan dari Kasih Allah yang melampaui segala batas manusia.
Diakhir Khotbah Lakasoma berpesan, “Kita dapat memiliki kerahiman Allah jika kita meneladani kasih Yesus, Yoh.13:14-15, mengampuni dan menunjukkan belas kasih serta membawa kabar baik bagi orang-orang disekitar kita.”
John Paulus, Yayasan Diakonia GPIB