BOGOR, Arcus GPIB – Seorang Majelis spontan berteriak ancoor beta yang mungkin artinya saya hancur dan tertawa kencang saat melihat Penatua Haryanto Ketua IV PHMJ GPIB Zebaoth berdandan ala perempuan saat action di forum Talent Show acara retreat Presbiter GPIB Zebaoth Bogor 26 – 27 Juli 2024.
Gegap gempita tawa nan tak kunjung usai menyaksikan lenggak-lenggok Penatua Haryanto, yang keseharian adalah Guru Besar IPB Bogor. Tidak hanya mengenakan kostum wanita, iapun mengenakan make-up yang membuatnya menjadi seperti perempuan. Retreat yang digelar di Wisma Kinasih Bogor ini membuncah dalam tawa karena kelucuan presbiter-presbiter pria dalam gaya feminim.

KMJ GPIB Zebaoth Bogor Pdt. Margie Ririhena De Wanna saat menyampaikan sambutan.

Kreativitas di talent show yang bikin ngakak abizzz…
Belum lagi tawa usai, Penatua Christ Wangkay, Ketua III PHMJ GPIB Zebaoth tak kalah kocaknya. Berdandan ala perempuan saat action di forum Talent Show, ia berjalan lemah lembut seperti seorang wanita dan sesekali menatap dengan mata menggoda. Tawa pun meledak.
Siapapun akan tertawa lepas melihat penampilan postur tinggi besar Christ Wangkay didandani dengan kostum perempuan dan berjalan ala wanita menyapa hadirin yang memenuhi area lantai 2 tempat telent show digelar.
Belum lagi tawa habis, lagi-lagi 130 lebih presbiter dibuat ngakak saat Fillep Kaligis berjalan ke panggung, sesekali melirik genit dengan kostum perempuan yang terbuka bagian atas. Suasana ruang lantai 2 yang dipenuhi presbiter Zebaoth bergemuruh oleh tawa yang tak kunjung selesai.

Bhahahaaaa…meramu dan menyentil giat layan dalam drama komedi.
“Bhahaahaaaaa,….lagi-lagi tawa kembali meledak kencang saat melihat Diaken Robert Watung mengenakan daster keibuan dengan kepala memakai kerudung tampil sebagai seorang tunanetra. Melangkah pasti dengan tongkat meraba-raba mengarah ke panggung dan sesekali menyapa penonton dengan tongkat berbelok mengarah ke Pendeta Margie. Pendeta Margie yang mungkin terkaget atau merasa geli lari meninggalkan tempat duduk.
Kocak luar biasa presbiter lelaki Zebaoth saat mengenakan busana perempuan. Yang pasti pesan yang bisa diambil dari talent show tersebut adalah rajutan kebersamaan dan kekompakan dalam giat dan layan.
Kebersamaan dan kekompakan membangun Tim dirasakan saat-saat Talent Show. Sangat dirasakan kesatuan Tim dalam merumuskan kerja, itu dapat dilihat dari pementasan masing-masing kelompok yang terbagi dalam 10 kelompok.

Drama komedi selalu aktual untuk ditonton sarat dengan pesan-pesan.

Peran sangat menentukan, seperti sebuah palayanan yang butuh kesungguhan: All Out.
Terlihat semua kelompok menampilkan karya-karya tontonan yang menarik dan entertaint sekaligus memberi pesan berharga tentang makna pelayanan di jemaat. Talent show dari 10 kelompok itu menyajikan pesan spiritualitas yang dikemas dalam bentuk drama komedi dan Opera van Java.
Sukacita sangat dirasakan melalui telent show tersebut. Pentas demi pentas yang digelar tak henti membikin tawa yang meledak-ledak saat masing-masing peserta menampilkan karya-karya imajiner yang tercetus dalam tempo singkat tapi bisa merangsang kreatifitas pesertanya.
Hingga pembawa acara pun sempat berkata: ”Kalau khotbah majelis model pentas begini, boleh juga.”

Merawat kebersamaan untuk giat layan, di Bumi Kinasih Bogor semua diwujudkan.

Sebanyak 130 lebih Presbiter GPIB Zebaoth saat mengikuti retreat.
Tidak mudah menata layan sebuah jemaat, selalu ada persoalan yang dihadapi. Karenanya dibutuhkan spirit kepemimpinan menata keorganisasian gereja dengan segala tantangan yang ada didalamnya.
Kalau tidak dijamah dengan hati dan kesungguhan dapat dipastikan gejojak bisa muncul dan bisa semakin menjadi-jadi bahkan bisa saja terjadi pengkotak-kotakan di jemaat bahkan bisa terjadi perpecahan. Apalagi kalau jemaat itu adalah sebuah jemaat yang besar.
GPIB Zebaoth Bogor, misalnya, dengan jumlah jemaat sekira 1300 kepala keluarga (KK) terdiri dari 31 sektor dan 1 Bajem Pura Tajurhalang (PTH) tentu membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh. Harapannya dari kesungguhan itu warga jemaat bisa merasakan lawatan Tuhan dari pelayanan yang dilakukan Presbiternya dalam hal ini Diaken, Penatua dan Pendeta termasuk Unit-unit Misioner yang ada didalamnya.
Karenanya, agar jemaat bisa merasakan lawatan Tuhan, personel Presbiternya harus benar-benar disiapkan untuk selalu sigap dan tanggap bahkan tidak down dalam pelayanan tetapi terus memiliki energi dalam kebersamaan membangun spiritualitas umat-Nya.
Untuk itu, dalam rangka terus merawat kebersamaan dilingkup Presbiter sesi bina dilakukan jemaat ini dengan melakukan retreat di Wisma Kinasih Bogor, 26-27 Juli 2027.
Sentuhan spiritualitas Pendeta Margie melalui Tim Kerja yang dibentuk yang diketuai Pendeta Sherlie Petonengan adalah recharge bagi presbiter Zebaoth bagaimana Allah memanggil orang-orang yang dipilihnya.
Diaken dan Penatua “menikmati” sentuhan Allah melalui games yang diberikan panitia di 2 hari retreat tersebut. Ajang Tim Bulding dan Talent Show memberikan nilai edukasi peserta yang mengikuti aneka permainan.
Yang pasti games sangat menarik, dari menebak kata dari sebuah lagu, pindahkan kelereng, hingga merangkai sedotan menjadi sebuah bangunan dan beberapa lainnya.
Malam Api Unggun menjadi sapaan penuh arti mengingatkan kembali komitmen pelayanan bagi presbiter sejauhmana memaknai panggilan dan pengutusan diri sebagai hamba-Nya menjaga kawanan domba Allah di GPIB.
Pendeta Benjamin Syauta, S.Th, M.Min saat menyapaikan pesan-pesannya mengingatan kembali Presbiter GPIB Zebaoth Bogor pada panggilannya sebagai pelayan Tuhan ditengah-tengah jemaat untuk sungguh-sungguh melayani Tuhan.
Menurut Pendeta Benjamin, ada beberapa model presbiter dalam melayani. Ada yang terlalu bersemangat, terkesan over acting, ada yang biasa-biasa atau suam-suam kuku, ada yang ogah-ogahan, ada juga yang terpaksa.
Retreat Presbiter GPIB Zebaoth juga menghadirkan Pendeta Bendelina Matatula-Leba, S. Th yang juga banyak mengingatkan akan panggilan menjadi pelayan Tuhan bagi seorang presbiter. Dikatakan, melayani itu bukan beban. ”Melayani adalah hal yang luar biasa jika kita dipanggil untuk melayani,” kata Pendeta Bendelina. /fsp