JAKARTA, Arcus GPIB – Saat sekarang, banyak sekali orang yang tidak jujur. Dengan perkembangan IPTEK, kecurangan muncul dalam berbagai bentuk, tidak hanya dalam dunia perdagangan, tetapi kita dapati dalam seluruh aktivitas kehidupan manusia.
Mengatakan itu Pdt Sealthiel Isaak mengurai teks Firman Tuhan dari Amos 8: 4 – 8, Kamis (16/6) yang mengajak warga jemaat untuk menjauhi kecurangan.
Dikatakan, kecurangan bisa terjadi kapan dan dimana saja dan dilakukan oleh siapa saja termasulk dalam keluarga bisa terjadi.
“Kecurangan dalam keluarga, ada suami yang menipu isteri dan anak-anaknya, dan sebaliknya isteri menipu suami dan anak-anak,” tutur pendeta GPIB ini.
Yang menyedihkan, katanya, kalau kecurangan (penipuan) terjadi dalam institusi gereja (lembaga keagamaan).
Tidak asing lagi, kata Pdt. Sealthiel, kalau yang terjadi ditengah masyarakat. Ada orang-orang yang akhirnya mendekam sebagai tahanan, karena kecurangan.
“Mari hidup jujur. Jangan tamak dan materialistik, karena akan menyeret kita berbuat kecurangan. Jadilah murid Yesus yang jujur,” kata alumni Institut Injil Indonesia Batu Malang ini menunjuk Amos 8: 8.
Allah melihat perbuatan seseorang, tidak ada yang tersembunyi dihadapan-Nya. Mari mulai dari diri sendiri, keluarga, kemudian wujudkan ditengah masyarakat. Allah menghukum orang-orang yang curang.
Laman airhidupblog.blogspot.com menyebutkan TUHAN BERGAUL ERAT DENGAN ORANG JUJUR. “Karena orang yang sesat adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat.” Amsal 3:32.
Syarat untuk bisa karib dengan Tuhan adalah harus hidup jujur dan tulus, karena “…dengan orang jujur Ia bergaul erat.” Artinya kita harus menjadi orang yang terbuka di hadapan Tuhan dan tidak ada sesuatu yang kita tutup-tutupi atau sembunyikan.
Waktu kita berdoa, apa pun masalah, pergumulan, kekurangan, sukacita, bahagia, harus kita sampaikan semua kepadaNya dengan jujur dan terbuka sehingga hubungan kita denganNya tidak kaku atau sekedar pergaulan biasa, melainkan pergaulan yang sangat erat dari hati ke hati.
Ketika keintiman dengan Tuhan sampai pada taraf seperti itu kita akan bertumbuh dalam persekutuan denganNya dan kita akan semakin mengasihi Dia. Tertulis: “Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan, tetapi orang yang sesat jalannya menghina Dia.” (Amsal 14:2).
Tidak mudah menjadi orang yang jujur di zaman sekarang ini di mana banyak orang yang hidup dalam ketidakjujuran. Mereka berprinsip: “Jujur ajur” (bahasa Jawa – Red.), artinya jika kita jujur kita pasti akan hancur.
Tetapi sebagai orang percaya kita dituntut untuk hidup dalam kejujuran. Bagaimana kita bisa menjadi seorang yang jujur? Kita harus hidup dalam ketulusan hati. Alkitab mencatat, “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” (Amsal 11:3).
Jika kita ingin hidup jujur terhadap Tuhan kita juga harus tulus terhadap Dia. Orang yang tulus adalah orang yang mengasihi Tuhan tanpa syarat, yang dalam melakukan segala sesuatu tidak akan menuntut upah.
Mengapa ada banyak pelayan Tuhan yang berselisih? Karena mereka tidak tulus melayani Tuhan. Orang yang tulus tidak akan mengeluh atau menggerutu dalam mengerjakan tugas pelayanannya.
Tidak banyak orang dikatakan sebagai sahabat Tuhan selain Abraham dan Musa. Lalu ada Daud yang disebut sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan. Apakah kita rindu menjadi sahabat Tuhan? Hiduplah dalam kejujuran dalam ketulusan. /fsp