Home / Germasa

Senin, 21 Agustus 2023 - 06:49 WIB

Perkenalkan Ibadah Sosial, Prof John Titaley: Umat Jangan Hanya Disuruh Ibadah dan Ibadah

Prof. Pdt. John Titaley: ibadah sosial di GPIB punya banyak potensi.

Prof. Pdt. John Titaley: ibadah sosial di GPIB punya banyak potensi.

SINGKAWANG, Arcus GPIB – Hari itu Minggu 20/8/2023, di vihara Tri Dharma Sui Kheu Thai Pak Kung di Singkawang peserta Konferdal tidak hanya sekadar memuaskan mata memandang kemolekan vihara.

Narasumber Pdt. Sylvana Apituley, Robert Mangindaan, Tjhai Chui Mie, Moderator Pdt Boydo Hutagalung, Uskup Agustinus Agus dan  Prof. Pdt. John Titaley.

Di vihara itu peserta Konferdal Germasa larut dalam sesi Kebangsaan yang dibuat di halaman Vihara yang berada di kaki perbukitan menghijau dengan menghadirkan lima tokoh yang punya kompetensi dibidangnya antara lain Sylvana Apituley dari Komisioner Perlindungan Anak dan Perempuan, Robert Mangindaan Praktisi Pertahanan dan Keamanan, Uskup Agung Pontianak Agustinus Agus dan rohaniawan Prof. Pendeta John Titaley yang dipandu Pendeta Boydo Hutagalung.

Uskup Agung Pontianak Agustinus Agus mengatakan, setiap orang perlu menjalin kebersamaan dan lakukan dengan hati tulus Tuhan akan menambahkan. Jadi, kata Uskup Agus,  jangan sombong karena yang menambahkan itu Tuhan.

“Ketika saya datang ke Pontianak saya senang banyak pendeta yang mau kerja sama. Kita mencoba berjalan bersama kemana-mana. Karena kita ini sama-sama pengikut Yesus pun berseberangan. Bagaimana kita berjalan bersama. Tidak usah tobatkan orang lain, tobatkan diri kita sendiri. Yesus tidak membeda-bedakan,” tandas Uskup Agus.

Mantan Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie mengatakan rasa syukurnya atas kehadiran warga GPIB untuk melaksanakan Konferdal di Singkawang.

Baca juga  Jadilah Teladan, Tak Perlu Menghancurkan Orang Lain Demi Kesenangan Sendiri

“Terimakasih sudah datang memilih kota Singkawang untuk berkegiatan dan melihat vihara kami disini,” kata mantan Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie yang juga menjadi nara sumber dalam talk show Kebangsaan di Konferdal Germasa yang dilaksanakan di halaman vihara Tri Dharma Pak Kung.

“Memajukan wilayah masing-masing itu yang penting dan tidak boleh membeda-bedakan. Saya selalu menerapkan toleransi. Karena satu wilayah akan maju dan jaya apabila masyarakatnya itu bersatu,” tutur Tjai.

Sebagaimana diketahui, Tjhai Chui Mie tercatat bisa menghantar kota Singkawang dua kali berturut-turut menjadi kota tertoleransi di Indonesia berdasarkan penilaian “Setara Institute”.  Dengan demikian, berdasarkan catatan Arcus GPIB, kota Singkawang telah tiga kali meraih predikat Kota Tertoleran di Indonesia.

Pengamat Pertahanan dan Keamanan Robert Mengindaan dalam kesempatan itu meminta anak-anak Tuhan di Gereja untuk benar-benar bekerja dengan baik sembari berpesan kepada anak-anak Tuhan di pemerintahan.

“Anak-anak Tuhan yang didalam pemerintahan dan lembaga kok tidak begitu. Pagi disumpah sore lupa,” tandas Robert Mangindaan, purnawirawan TNI bintang dua ini.

Prof. John Titaley meminta agar umat Tuhan di GPIB benar-benar ditata dengan baik. Umat Tuhan harus diperkenalkan dengan ibadah-ibadah sosial.

“Umat Tuhan dari minggu ke minggu hanya disuruh beribadah dan beribadah. Kapan actionnya. Ubah ibadah menjadi ibadah sosial. Kalau kita masukkan ibadah kita ke tindakan sosial banyak hal yang bisa diurus,” ungkap Prof. John Titaley.

Baca juga  Ramah Lingkungan, Pdt. Margie: GPIB Terus Berdampak Di Mana Dihadirkan Tuhan

Menurutnya, kalau melakukan ibadah-ibadah sosial GPIB punya banyak potensi. Koordinasikan payanan sosial dengan Pelayanan anak, Teruna, Gearkan Pemuda, PKP, PKB dan Kaum Lansia. “Itu yang harus kita ubah menjadi ibadah sosial dengan bermacam isu yang ada.

Menjawab pertanyaan peserta soal siapa yang harus dipilih dalam kontestasi Pilpres 2024, Prof. John Titaley menjawab tegas. “Lihat saja rambutnya,” tuturnya sembari tersenyum dan disambut tawa gembira peserta Konferdal.

Mengenai generasi Emas Indonesia tahun 2045, Praktisi Pemerintahan, Pendeta Sylvana Apituley mengatakan, generasi Indonesia tahun 2045 masih jauh.

“Sepuluh tahun terakhir kita itu tergopoh-gopoh mengejar target, dari perspektif anak sebagai Indonesia Layak Anak. Indonesia Layak Anak itu tahu 2030,” ungkap Pendeta Sylvana.

Untuk negara-negara seperti Indonesia dan negara-negara berkembang menjadi negara maju targetnya sangat ambisius.

“Kalau kita membayanagkan jumlah anak di Indonesia itu dalam bayangan saya dari BPS 75 juta, 30 persen dari total penduduk Indonesia. Ini sangat besar yang membuat Indonesia menjadi penduduk terbesar anak di dunia,” kata Sylvana.

Menurutnya, kalau jumlah anak anak dan pemuda digabung bisa mncapai lebih dri 50 persen. Jadi, di tahun 2045 anak-anak muda akan lebih banyak.

Sayangnya, kata Sylvana, berdasarkan anak-anak banyak yang terancam oleh kekerasan dan diskriminasi. “Anak-anak kita terancam kekerasan dan diskriminasi. Jadi kalau bicara tahun 2045 anak-anak siapa yang sedang kita bicarakan?” tandas Sylvana. /fsp

Share :

Baca Juga

Germasa

Sidang Sinode Am GPI Minta GMIM Hentikan Ekspansi Wilayah Pelayanannya

Germasa

Seminar Kebangsaan Di Immanuel Jakarta Sentuh Politik Dinasti, Oligarki dan Politik Identitas

Germasa

HUT Bhayangkara Ke-77, Makam Keluarga IKBT GPIB Tugu Jakarta Direvitalisasi

Germasa

Bina Kerukunan, GPIB Zebaoth ‘Open House’ ke Walikota Bogor

Germasa

“Dialog Kebangsaan Soroti Pentingnya Perubahan Paradigma Demi Kesejahteraan Bersama”

Germasa

Apa Kepala SPN Lido Tahu? Ada Gereja Kok Ibadah Di Rumah-Rumah

Germasa

Penanganan Covid-19 Membaik, Presiden: Tetap Waspasa dan Disiplin

Germasa

Fungsionaris Majelis Sinode Audiensi Ke Lemhannas, Andi Widjajanto Menanyakan Pertumbuhan GPIB