JAKARTA, Arcus – Bagi Christ Kanter kepedulian tinggi terhadap kemungkinan terjadinya gelombang ke-3 pandemi Covid-19 di Indonesia harus terus diwanti-wanti.
Karenanya, Satgas Covid-19 ditingkat Sinodal, Mupel hingga Jemaat harus selalu alert atau waspada seperti awal dibentuk dan belum saatnya melakukan relaxing mode alias menganggap remeh kemungkinan terjadinya gelombang ke-3 Covid-19.
“Gereja harus mengantisipasi jika terjadi kondisi lebih buruk pandemi dari sebelumnya mengingat tidak ada jaminan bahwa gelombang ke-3 pandemi Covid-19 tidak terjadi di Indonesia,” kata Chris Kanter, Penasehat FMS 2017-2020 menjawab tema “Refleksi Pelayanan Gereja dimasa Pandemi dan Antisipasi Menghadapi Gelombang 3 Covid-19 diacara Podcast Sinodal On The Spot yang ke-11, semalam (29/10).
Pesan pria yang juga pengusaha ini cukup beralasan. Merujuk dari berbagai diskusi bersama pemerintah dan para pihak serta melihat situasi kondisi negara-negara lainnya seperti Singapura dan Inggris, dll yang dihajar Gelombang ke-3 Covid-19 maka gereja seharusnya harus selalu waspada.
Kekuatiran warga GPIB Effatha Jakarta ini muncul mengingat saat ini sudah banyak gereja yang telah membuka ibadah dan seolah-olah kondisi sudah normal seperti sedia kala.
Pada kesempatan yang sama Pdt Jacky Manuputty, Sekum PGI meminta pola pelayanan dan persekutuan gereja sudah harus berubah dimasa pandemi agar bisa lebih efektif dan menjangkau jemaat.
Tantangan gereja dimasa pandemic ialah harus meninjau ulang paradigma ritual konvensional yang berbasis relasi langsung. Dimasa yang akan datang, gereja ditantang untuk merumuskan ekklesiologi yang selaras dengan perkembangan terkini berbasis relasi baru yaitu jaringan online.
Hal ini seiring semakin banyaknya bermunculan gereja online (virtual congressional) diberbagai wilayah Indonesia dan belahan dunia lainnya bahkan ada gereja yang telah melakukan baptisan secara virtual selain melakukan kolekte digital, warta online, dstnya.
Merespon itu, maka 3 pilar didalam gereja, antar lain: gereja sebagai institusi, pelayan dan umat haruslah selalu bersinergi agar mampu beradaptasi secara bersama-sama dengan tuntutan perubahan masa kini. Menghadapi Natal dan Tahun baru apa kata Pdt Jacky Manuputty?
“Gereja-gereja sebaiknya memfokuskan perayaan natal ditingkat keluarga saja mengingat pandemi masih ada serta untuk memaknai natal dengan kesederhanaan,” tuturnya.
Menurutnya, makna natal sesungguhnya adalah peristiwa keluarga karena Yesus Kristus lahir di palungan yang berada didalam rumah sesuai dengan tradisi masyarakat Yahudi dan bukan diluar rumah.
Stephen Suwu, pemandu acara menegaskan, gereja yang terdiri atas institusi, pelayan dan umat harus dapat bersama-sama mempersiapkan dan membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan teknologi informasi demi tercapainya pengembangan pelayanan gereja dimasa yang akan datang. /fsp