JAKARTA, Arcus GPIB – Mari belajar dari Maria dan tinggalkan kemunafikan ala Yudas. Karena keduanya tidak pernah seiring sejalan. Maria melakukannya karena ia tulus melayani Yesus yang telah menyelamatkannya. Maria hidup bukan lagi soal dirinya sendiri, tetapi bagaimana bersyukur dan memberi yang terbaik untuk Yesus.
Demikian renungan pagi Sabda Bina Umat (SBU) GPIB Sabtu (23/03/2024) mengangkat tema: ”Belajarlah Ketulusan Hati, Tinggalkanlah Kemunafikan” mengurai Firman Tuhan dari Yohanes 12 : 1 – 8.
Ketulusan Maria bermuara pada tindakan pengorbanan. Berbeda dengan Yudas yang seakan-akan peduli orang miskin, padahal dalam dirinya penuh penipuan. pencurian dan kepentingan diri. Itulah orang munafik, yang hanya mencari untung dan kenyamanan diri sendiri.
Sungguh menarik memperhatikan narasi Alkitab pekan terakhir kehidupan Tuhan Yesus, menjelang penyaliban-Nya. Menarik untuk direnungkan dan dimaknai. Contohnya, apa yang dilakukan oleh Maria terhadap Yesus dan bagaimana respon Yudas Iskariot atas perbuatan Maria itu.
Maria mengajarkan tentang ketulusan, tapi Yudas Iskariot menampilkan perbuatan sarat kemunafikan. Dua hal yang sangat berbeda dan bertentangan bahkan bertolak belakang. Bagaikan kutub Utara dan Selatan. Bagaikan air dan minyak, tidak akan pernah bersatu. Ketulusan dan kemunafikan tidak hanya soal motivasi hati, tapi juga apa yang terwujud dalam kata dan perbuatan.
Jamuan makan (biasa) di rumah Simon si Kusta (Mat. 26:6: Mrk. 14:3) untuk menghormati Yesus yang baru saja membangkitkan Lazarus — dan Marta melayani (ay.2) — berubah menjadi jamuan surgawi, ketika Maria menuangkan setengah kati minyak narwastu murni, guna meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya.
Minyak bermutu tinggi (murni, baunya semerbak di seluruh ruangan) dan mahal harganya (Yudas menyatakan harga minyak itu adalah 300 dinar, paling tidak seharga Rp 30 -45 juta dengan catatan bahwa satu dinar adalah upah sehari seorang buruh harian. Di Indonesia sekitar Rp 100 – 150 ribu). /fsp














