JAKARTA, Arcus GPIB – Proses pemilihan siapa-siapa yang bakal menempati posisi Diaken dan Penatua di GPIB terus digodok. Dari proses adminstrasi, pembinaan hingga kesiapan penggunaan aplikasi untuk pemilihan terus disiapkan.
Departemen Teologi pun aktif berproses untuk mewujudkan akan panggilan dan pengutusan Allah bagi Diaken dan Penatua yang nantinya akan menjabat sebagai presbiter di Jemaat.
Melalui program acara “Didakhe” Jelang Pemilihan Diaken Penatua 2022 – 2027 Episode ke-4 yang dipandu Pdt I Nyoman Djepun, M.Th menghadirkan narasumber Pdt. Jeffrey Sompotan S.Th dan Pdt. Abraham Ruben Persang, M.Th diharapkan menjawab bagaimana mewujudkan panggilan dan pengutusan Tuhan melalui pemilihan Diaken dan Penatua.
Pdt. Jeffrey Sompotan mengatakan, pemilihan Diaken dan Penatua adalah sebuah panggilan dan pengutusan. Artinya, memahami bahwa semua yang terlibat didalam pelayanan di gereja, diimani sebagai orang-orang yang dipanggil oleh Tuhan lewat suatu proses.
“Itu yang harus dihayati dengan benar oleh seluruh warga sidi jemaat dalam proses pemilihan Diaken dan Penatua, bahwa mereka adalah orang-orang yang kita yakini, bahwa mereka sudah bergumul bersama Tuhan,” kata mantan Sekretaris Umum Majelis Sinode GPIB ini.
Mantan KJM GPIB Paulus Jakarta ini meminta, siapapun yang terpilih nantinya bisa memahami posisi sebagai pelayan yang memimpin di Jemaat.
“Memahami pelayan sebagai pemimpin, dalam hal ini ketika terpilih menjadi Diaken dan Penatua, gereja dikenal sebagai organisasi, dan kita pahami juga sebagai persekutuan orang percaya, sebagai tubuh kristus,” tandasnya.
Menurutnya, ini harus dipahami, tidak mudah namun harus dilakukan. Kesediaan untuk merendahkan hati, merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sesama itu yang lebih harus dikedepankan sebagai perwujudan dari pada kesediaan melayani sebagai pelayan.
Sebagai pelayan maupun pemimpin, Diaken dan Penatua kehadirannya harus membawa manfaat bagi jemaat. jangan sampai terbalik. Harus memiliki kemampuan memimpin dan jiwa kepelayanan.
Dalam sidang atau rapat-rapat, harus memahami peran, baik sebagai pelayanan maupun sebagai pemimpin sesuai dengan kompetensi fungsional maupun kompetensi kepemimpinan yang sudah dituangkan dalam Tata Gereja.
Sebagai tubuh kristus, sebagai persekutuan orang percaya, dalam hal ini para Diaken dan Penatua yang terpilih harus mengembangkan sikap hidup yang melayani didalam kehidupan persekutuan berjemaat.
“Didalam kehidupan bergereja kita harus tahu dimana kita harus memainkan peran sebagai pemimpin. Tetapi dalam kehidupan persekutuan orang yang percaya sebagai tubuh Kristus sifat-sfiat atau hal-hal yang menyangkut pelayanan itu harus dikemukakan,” ujarnya.
Pdt. Abraham Ruben Persang dalam kesempatan “Didakhe” itu mengajak waga jemaat turut serta dalam arak-arakan panggilan dan pengutusan gereja ini.
“Kita semua diberi kesempatan untuk menjadi orang-orang terpilih. Bagi kita yang mempersiapkan diri menggumuli panggilan dan pengutusan,” kata Ketua Departemen Teologi ini.
Ingatlah, kata Pdt. Persang, tidak ada pelayan yang hebat, tidak ada manusia yang hebat, yang ada adalah Allah yang hebat yang memampukan manusia biasa yang mempersembahkan dirinya untuk pelayanan.
“Sebagai pendeta GPIB, saya makin bersyukur dan berbangga, karena ternyata gereja kita GPIB bukanlah gereja yang ecek-ecek, tetapi gereja yang serius menghayati panggilan dan pengutusan,” kata pria yang pernah menjadi Utusan GPIB untuk pelayanan di Singapura.
GPIB saat ini sudah mengalami perubahan, sudah pada tanggung jawab yang dewasa. Baiklah menggumuli ini bersama dengan Tuhan, karena panggilan dan pengutusan ini adalah anugerah dari Tuhan. Jangan melihat manusianya, namun lihatlah Tuhan yang menjadi landasan.
Berbagai perangkat telah disiapkan secara baik oleh GPIB yang dipakai sebagai dasar untuk bereklesiologi yaitu hasil Persidangan Sinode tahun 2021, Tata Gereja, Petunjuk Teknis (Juknis), Peraturan Pelaksanaan (Perlak), dan Peraturan Pokok No.1 tentang Jemaat dan Tata Dasar.
“Isinya sangat jelas bahwa gereja betul-betul menggumuli yang namanya panggilan dan pengutusan. Setiap kita yang disebut sebagai warga jemaat, kita mesti memahami dan menggumuli panggilan dan pengutusan gereja,” kata KMJ GPIB Immanuel Gambir Jakarta ini.
“Maka ketika sudah terpilih, seluruh hidup kita adalah panggilan pengutusan gereja,” tandas Pdt. Persang.
Soal bagaimana menjadi Pemimpin dan Pelayan dalam Gereja, Pdt. Persang mengatakan, harus dibedakan ketika menjadi seorang pelayan dan seorang pemimpin, jangan sampai tertukar dasarnya karena bisa menimbulkan pembenaran bukan kebenaran.
Kompetensi sebagai pemimpin dalam Tata Gereja No.1 yang bersumber dan berlandaskan kepada Firman Tuhan itu jelas bahwa ada persyaratan kualitatif, kemudian persyaratan administratif. Jangan sampai salah satunya memberatkan yang lain, namun hendaklah keduanya itu berjalan bersamaan dan saling melengkapi.
“Bicara kepemimpian itu bukan bicara asal-asalan, tetapi bagaimana kita mengarahkan dan membimbing orang banyak untuk menghayati anugerah Tuhan didalam pekerjaan dan pelayanan,” kata Pdt. Persang.
Dalam pedoman bergereja sangat jelas dikatakan bahwa sama-sama memahami tugas seorang Diaken, Penatua dan Pendeta. Itu betul-betul bukan hanya tugas melayani tetapi juga memimpin. /fsp/Mon