JAKARTA, Arcus GPIB – Wow,…soal politik identitas dibahas tuntas dalam sebuah acara Peace Forum #22 belum lama berselang menghadirkan narasumber Dr. Drs. Bambang R. Utoyo, M.Th, Ketua Forum Musyawarah Antar Gereja Jakarta Selatan dan Dr. Achmad Murtafi Haris, Lc, M.Fil.I, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.
Dari diskusi tersebut, terungkap bahwa politk indentitas itu sah-sah saja. Artinya, tidak ada masalah selama politik identitas itu dilakukan dalam koridor yang positif yang mengakui berbagai perbedaan.
“Politik Yesus adalah politik identitas positif. Politik identitas positif adalah politik yang mengakui berbagai perbedaan. Bukan politik identitas sempit atau negatif yang tidak mengakui perbedaan,” kata Dr. Drs. Bambang R. Utoyo, M.Th.
Menurutnya, Yesus dalam pelayanannya menjalankan model pelayanan belas kasih yang peduli kepentingan orang banyak.
“Bagi Yesus politik itu untuk Melayani, menyembuhkan berbagai penyakit tanpa melihat perbedaan,” tandas Bambang Utoyo mengutip Firman Tuhan Mat 20: 28.
Diskusi mengangkat tema: “Politik dan Agama: Lawan atau Kawan? Telaah Kritis Politik Identitas dan Politisasi Agama Menyongsong Tahun Politik”.
Bagaimana Kristen berpolitik saat ini? Menurut Bambang Utoyo, politik Kristen Indonesia gagap dan gamang terjadi sejak awal reformasi tahun 1998 karena orang-orang Kristen apolitik.
Itu terjadi karena pendeta-pendeta yang digaji Belanda dilarang berpolitik. Namun disaat-saat tertentu Belanda memakai orang Kristen untuk membendung Gerakan Islam yang semakin progresif. “Ini adalah politik,” kata Bambang Utoyo.
“Politik tidak kotor, yang kotor adalah anti politik,” kata ,” kata Bambang Utoyo mengurai apa yang pernah disampaikan
A.A. Wattimena. Menurutnya, berpolitik tidak harus di Senayan, Parpol, di Pemerintah. Tapi dalam hidup bermasyarakat dan bangsa. Jadi segala kebaikan untuk hidup bersama itulah politik, bukan hanya saat ada konflik, kekerasan dan perebutan kekuasaan.
“Kita dalam hidup sehari-hari berpolitik sebagai upaya kebaikan untuk hidup bersama sebagaimana yang dilakukan Yesus,” tutur Bambang Utoyo menyebutkan bahwa dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru tidak ada kata politik namun tidak berarti bahwa tidak boleh berpolitik
Lalu bagaimana dengan Islam dalam politik? Dr. Achmad Murtafi Haris, Lc, M.Fil.I, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya mengatakan, Islam dalam perjalanan sejarahnya terlibat langsung dalam politik. Namun diakuinya, agama lain pun juga berpolitik.
Menurutnya, agama adalah salah satu sumber peradaban, materi dan nilai. Agama bahkan menjadi motor utama ekspansi politik.
Dalam sejarahnya Islam dan Kristen punya peran besar agama dalam ekspansi kekuasaan. Mereka berperang satu sama lain, 1095-1291 untuk merebut Jerusalem, ini perang salib antara penguasa Islam dan penguasa Kristen terlibat langsung.
Dalam ekspansi kekuasaan dan perluasan wilayah, kepentingan politik dan agama berkelindan. Kadang politik menunggangi agama kadang sebaliknya, simbiosis mutualis. /fsp