JAKARTA, Arcus – Sebuah kalimat pendek bertuliskan “Berdamai Dengan Kematian” menarik untuk disimak. Bukankah pada umumnya orang takut pada kematian?
Tapi Alkitab mengatakan ….mati adalah keuntungan, sebagaimana surat Paulus (Filipi 1:21). Apa makna dari ayat ini? Thomas B. Warren, filsuf dan teolog, Tennessee Amerika mengatakan, keinginan Paulus adalah untuk mati. Tapi ia juga memilih untuk tetap hidup di dunia ini agar dapat melayani.
Dua pilihan sulit, terus melayani Kristus di atas bumi atau tinggal bersama Kristus di surga. Yang terpenting adalah bagaimana tetap berjuang semasa hidup untuk melayani Tuhan sebagaimana teks Firman Tuhan …..bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.”
Lalu apa arti Berdamai Dengan Kematian sebagaimana renungan Buddha di situs Kementerian Agama 5 November 2021? Menurut Buddha, badai Covid-19 telah membuka mata tentang betapa rapuhnya kehidupan.
Tubuh ini mudah sekali rapuh hanya dengan makhluk kecil bernama virus Covid-19 ini. Virus itu menimbulkan ketakutan yang luar biasa hingga melemahkan imunitas dan tidak jarang berakhir dengan kematian.
Adalah wajar kita perlu mempertahankan dan menjaga tubuh ini supaya tidak mudah rusak sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan aktifitas kebaikan dengan berbagai macam usaha. Namun demikian, juga perlu membangun mentalitas benar dengan pandangan Dhamma bahwa segala yang ada termasuk tubuh adalah tidak kekal sehingga tidak layak dilekati dan diagung-agungkan.
Ini semua bukan pesimis pada kehidupan ini tetapi senantiasa mempunyai kewaspadaan dan kebijaksanaan terhadap hidup. Jivitaṁ aniyataṁ, marana niyataṁ, kehidupan tidaklah pasti, kematianlah yang pasti.
Jadi, tetaplah hidup bagiNya, untuk melayaniNya. “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” Filipi 4:19. /fsp