GPIB aktif dalam forum-forum nasional maupun internasional yang membahas tentang kesetaraan gender dan memperjuangkan keadilan bagi perempuan.
Di Hari Kasih Sayang, 14 Februari 2025 yang lalu, Dewan Persekutuan Kaum Perempuan GPIB dan Fungsionaris Majelis Sinode GPIB “menyatakan cintanya” kepada Kaum Perempuan, dengan mengunjungi serta berbagi dengan Women’s Crisis Center “Rifka Annisa”. Kegiatan dilakukan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Temu Syukur 60 Tahun PKP GPIB.
Salah satu tujuan kegiatan Dewan PKP di Rifka Annisa adalah untuk mengenal lebih jauh bagaimana kiprah Rifka Annisa dalam mewujudkan keadilan gender, mencegah kekerasan terhadap perempuan, mendampingi para korban kekerasan terhadap perempuan.

Sekretaris Umum MS GPIB Pdt. Elly De Pitoy De Bell di Women’s Crisis Center “Rifka Annisa”

Kebersamaan GPIB dengan Komunitas Rifka Annisa concern terhadap penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Acara dibuka dengan doa dipimpin oleh Vik. Finanda Dassi yang sedang menjalani proses vikariat di GPIB Marga Mulya. Selanjutnya Sekretaris Umum MS GPIB, Ibu Pdt. Elly Pitoy – De-bell menyampaikan kata sambutan. Dalam sambutannya, beliau menjelaskan bahwa GPIB memiliki concern terhadap upaya pencegahan dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. GPIB aktif dalam forum-forum nasional maupun internasional yang membahas tentang kesetaraan gender dan memperjuangkan keadilan bagi perempuan. Bahkan sudah 3 tahun berturut-turut, GPIB turut melakukan kampanye Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan mulai 25 November hingga 10 Desember.

Pengurus Dewan PKP saat berada di Sekretaris Rifka Annisa
Di kata sambutan berikutnya, Ibu Indiah Wahyu Andari menyambut dengan hangat kedatangan Fungsionaris Majelis Sinode GPIB dan Dewan PKP ke Rifka Annisa. Ibu Indiah memberikan penjelasan singkat tentang arti kata “Rifka Annisa” yang berasal dari bahasa Arab, yang berarti ‘Teman Perempuan’. Ia menjelaskan bahwa Rifka Annisa merupakan organisasi non pemerintah yang berkomitmen pada penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Rifka Annisa ternyata sudah berdiri sejak 26 Agustus 1993, yang diinisiasi oleh beberapa aktivis perempuan: Suwarni Angesti Rahayu, Sri Kusyuniati, Latifah Iskandar, Desti Murdijana, Sitoresmi Prabuningrat dan Musrini Daruslan.
Selanjutnya, kunjungan Dewan Pelkat PKP dan Fungsionaris Majelis Sinode GPIB dilanjutkan dengan Gelar Wicara (Talkshow) yang dimoderatori oleh Pdt. Boydo Rajiv Hutagalung, Pendeta Jemaat di GPIB Marga Mulya Yogyakarta. Yang menjadi narasumber adalah Ketua 2 MS GPIB, Pdt. Manuel Raintung. Beliau menjelaskan tentang bagaimana perspektif Kristen terhadap isu keadilan gender. Beliau menyampaikan bahwa ‘Kasih’ kepada sesama manusia dan alam ciptaan adalah ajaran yang mendasar dan menghidupi iman Kristen. Sebagai umat yang telah memperoleh pendamaian oleh Tuhan Yesus, maka manusia wajib mewujudkan perdamaian, yaitu salah satunya harus mewujudkan keadilan dan melindungi kaum perempuan. Pdt. Manuel Raintung membagikan pula upaya-upaya seperti apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh GPIB untuk mencegah dan menghapus kekerasan terhadap perempuan dan juga anak. Selain melalui Kampanye HAKTP yang dilaksanakan tiap tahun, GPIB juga memberikan edukasi dan pemahaman iman mengenai kesetaraan gender dan anti kekerasan terhadap perempuan melalui renungan atau Sabda Bina Umat GPIB
Pihak Rifka Annisa, diwakili Bu Nurul, memberikan literasi kepada para hadirin mengenai mengapa kekerasan kerap terjadi pada kaum perempuan. Beliau menjelaskannya dengan menggunakan apa yang disebut kerangka kerja ekologis untuk memahami penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Hal ini diuraikan dalam lima lingkaran konsentris dalam yaitu pada level individu, keluarga, komunitas hingga negara dan struktur global. Selanjutnya dipaparkan pula seperti apa saja bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak, yaitu secara : fisik, psikologi, seksual, ekonomi, dan sosial.
Kekerasan terhadap perempuan akan memiliki dampak jangka pendek, seperti luka fisik, rasa malu, gelisah, dll. Namun juga ada bahaya jangka panjang yaitu cacat fisik, trauma, perilaku kesehatan yang buruk, dll. Untuk mengatasi kekerasan berbasis gender, diperlukan langkah yang komprehensif, mulai dari mencegah, memberi literasi, mendampingi korban, dan mengadvokasi di level aturan nasional dan global. Begitu pula dijelaskan bagaimana pengelolaan Safe House bagi para korban.
Di akhir sesi, Dewan PKP (bekerjasama dengan CSR Bank BTN) menyalurkan bantuan sebesar 30 Juta Rupiah (yang kemudian menjadi pengadaan inventaris pendukung Rumah Aman) kepada Rifka Annisa. Bantuan ini merupakan wujud kepedulian dan dukungan GPIB terhadap mitra atau jejaring yang sama-sama berjuang untuk kemanusiaan khususnya terhadap upaya menghapus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilakukan oleh Rifka Annisa.
Setelah berfoto bersama, lalu acara ditutup dalam doa yang dipimpin oleh KMJ GPIB Marga Mulya, Pdt. Jimmy M Immanuel, Ketua Majelis Jemaat GPIB Marga Mulya Yogyakarta. Sebelum meninggalkan Rifka Annisa, Fungsionaris Majelis Sinode dan Dewan PKP pun diajak untuk berkeliling di sekretariat, melihat bagaimana pekerjaan yang dilakukan dan juga unit usaha kemandirian dana yang mereka kelola berupa guest house.
Melalui kunjungan ini, kita berharap upaya pencegahan dan penghapusan kekerasan berbasis gender dapat terus terwujud dengan semakin baik. GPIB pun baik di tingkat sinodal, mupel, dan jemaat lokal kiranya semakin aktif terlibat dalam upaya pencegahan kekerasan berbasis gender baik melalui renungan, khotbah, pembinaan, konseling, dan juga beragam kemitraan yang diupayakan. /brh