Home / Opini

Selasa, 11 Januari 2022 - 11:56 WIB

“Ama Et Fac Quod Vis” Cintailah Dengan Cinta Dari Hati, Lalu ….

Oleh: Dr. Wahyu Lay, GPIB Cipeucang, Jonggol, Bogor

DALAM suatu kesempatan, Augustinus, tokoh Gereja abad ke-4, mendapat pertanyaan: “bagaimanakah caranya supaya kita selalu mengetahui mana yang baik dan mana yang jahat? “Augustinus menjawab dengan rumusan pendek: “Ama et fac quod vis!”-“Cintailah, lalu perbuatlah sesuka hatimu!”

Tampak rumusan itu sederhana dan mudah dilakukan, tapi tunggu dulu! Ada sesuatu yang harus kita pahami dan renungkan terlebih dahulu, yaitu tentang kata pertama rumusan itu: “cintailah”.

Kalau kita bertanya kepada seseorang: “dari mana datangnya cinta? “maka biasanya kita akan mendapati jawaban: “Dari mata turun ke hati”. Memang, ungkapan “cinta datang dari mata turun ke hati” sangat lazim kita dengar, tetapi sebenarnya makna ungkapan itu mengandung suatu keprihatinan. Mengapa? Karena makna ungkapan itu menunjukkan bahwa cinta dipahami sebagai suatu keinginan saja – dari mata; sama seperti mengingini sesuatu ketika kita jalan-jalan di mal.

Cinta yang dimaksud Augustinus bukanlah cinta yang datang “ dari mata turun ke hati”, bukan cinta yang mengungkapkan keinginan; namun cinta yang datang “ dari hati naik ke mata”. Apa maksud ungkapan yang terakhir ini? Sebagai pengikut Kristus, kita mungkin seharusnya membiasakan diri menyatakan bahwa cinta itu datang “dari hati naik ke mata”. Cinta yang datang dari hati adalah cinta yang tulus dan kuat. Oleh karena itu: “Bukan titik yang menjadikan tinta, tetapi tinta yang menjadikan (aku) cinta, tetapi cinta yang menjadikan cantik”.

Baca juga  Pendidikan Hanya untuk Manusia, Makhluk yang Perlu Belajar Banyak

Cinta yang datang dari hati adalah yang “keluar”; artinya tidak mementingkan diri sendiri. Itulah cinta yang konstruksif atau membangun. Cinta seperti ini dimiliki oleh Yesus. Yesus mencintai dengan cinta yang datang dari hati-Nya (Mrk. 1:41; 6:34). Pemahaman cinta diatas menjadi landasan kita untuk berbicara seks dan juga pernikahan.

Seperti diungkapkan Augustinus, langkah awal untuk bertindak selanjutnya adalah mencintai dengan cinta yang datang dari hati. Kalau pemahaman cinta ini betul-betul melekat dalam benak kita, maka kita dapat menjawab permasalahan-permasalahan contohnya: sampai sebatas mana kita berhubungan dalam berpacaran? Apakah kita boleh melakukan “hal-hal sesudah pernikahan” pada waktu berpacaran? Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi terjawab dengan sendirinya apabila kita memahami cinta sebagaimana yang Yesus lakukan.

Seks sebenarnya bukanlah sesuatu yang kotor, bukan hal yang memalukan . Kita tahu, dalam Kej. 2:25: “Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu”. Namun, patut kita ingat, seks merupakan suatu kekuatan yang besar,yang menjadi kodrat manusia (sebab manusia diciptakan laki-laki dan perempuan).

Baca juga  Sosialisasi dan Pembekalan bagi Pendeta tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB

Seks memungkinkan manusia tidak terkendali. Dialah arus yang dahsyat yang dapat menghanyutkan dan meruntuhkan. Bagaimana mengendalikan seks? Jawabannya adalah dengan cinta yang datang dari hati. Cinta yang datang dari hati jauh lebih kuat daripada seks. Oleh karena itu, seks
seharusnya dilakukan dengan cinta yang datang dari hati.

Seks seperti ini tidak berarti untuk pemuasan diri, tetapi semata-mata untuk membangun hubungan yang erat dan mesra, serta hubungan yang penuh dengan kegembiraan dan syukur. Seks yang dilakukan dengan cinta yang datang dari hati, tidak lain dapat dilakukan sesudah pernikahan. Karena apa? Karena pernikahan itu merupakan momentum di mata Allah dengan cinta-Nya memberkati dan mengikat hubungan dengan kita dan kekasih kita.

“Ama et fac quod vis!”-“Cintailah dengan cinta yang datang dari hati, lalu perbuatlah sesuka hatimu!” ***

Share :

Baca Juga

Opini

JALAN HIDUP KITA: Apakah Godaan dan Bahaya Itu Ada?

Opini

Emosi Merusak Persatuan, Kearifan Tidak Ada Dalam Emosional dan Meledak-ledak

Opini

Kaya, Dikagumi dan Tersohor, Pilih yang Mana?

Opini

Belajar Dari Sejarah

Opini

Agama di Era Publik Modern & Spiritual Marketplace

Opini

TERANG DUNIA: Kekristenan Kita Haruslah Nampak

Opini

Pendidikan Hanya untuk Manusia, Makhluk yang Perlu Belajar Banyak

Opini

Sosialisasi dan Pembekalan bagi Pendeta tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB