ArcusGPIB.com – Wow,… ada Pak Jenderal Lho di acara Podcast Satgas On The Spot #10 Satgas Covid-19 Sinodal GPIB.
Siapa yah sosok Pak Jenderal itu? Dia adalah Brigjen TNI (Purn) dr. Alexander Ginting, Ketua Tim Penanganan Kesehatan Satgas Nasional Covid-19. Ehm,…bicara apa saja tuh Pak Jenderal, yuk, simak.
Ternyata Pak Jenderal yang juga mantan jemaat GPIB Immanuel Balikpapan (1998) menyampaikan bahwa GPIB termasuk gereja yang terbuka dengan berbagai perubahan dalam merespon situasi yg ada di Indonesia saat ini. “Mantap, Pak Jenderal,” kata seorang menanggapi pesan itu.
Harapannya, kata Pak Jenderal, walau situasi sudah semakin membaik namun GPIB tidak boleh meninggalkan disiplin protokol kesehatan agar tidak terjadi lagi penularan karena sesungguhnya virus Corona masih ada dimana-mana. termasuk di gereja. “Corona, Di gereja juga ada Lho.”
Untuk itu, katanya, protokol kesehatan harus melekat juga dalam Tri Darma gereja yaitu Persekutuan, Pelayanan dan Kesaksian. Hal ini harus dipahami oleh Majelis Jemaat karena sudah menjadi model pelayanan yang baru.
Saat ini yang penting bukan semata persekutuan dengan jumlah kerumunan orang yang banyak namun bisa saja jumlah orangnya terbatas tetapi kualitas pelayanannya tinggi. Dengan begitu, persekutuan semakin hidup, dinamis dan tetap menjalankan protokol Kesehatan.
Untuk mendukung program vaksinasi nasional, maka gereja harus mempunyai data dan info jumlah jemaat penerima vaksin dosis 1 maupun 2, mengingat capaian penerima vaksin saat ini yaitu dosis 1 baru mencapai 53% dan penerima vaksin dosis 2 baru 31% (Kemenkes, 19 Okt 2021).
Terhadap pertanyaan mengenai batas usia maksimal yang dapat beribadah secara luring di gereja, Pak Jenderal yang akrab disapa dr Alex menyampaikan sebaiknya dibuat pentahapan saja dengan membagi usia lansia menjadi 3 kelompok yaitu lansia junior (60-65 tahun), lansia sedang (65-70 tahun) dan lansia senior (diatas 70 tahun), serta harus ada kejujuran mengenai penyakit kormobit.
Pnt. Chris Wangkay sebagai pemandu acara mengatakan, tidak ada keraguan bagi GPIB dalam menghadapi ancaman gelombang 3 pandemi Covid-19 sepanjang semua disiplin menerapkan protokol kesehatan melalui 3 panggilan utama gereja yaitu Marturia, Diakonia dan Koinonia.
Apa kata Pdt Selestyani Pieterz, seorang Pdt GPIB di Bajem Sungai Durian, Ketapang Kalbar dalam acara itu? Ia mengurai soal kearifan lokal masyarakat di daerahnya yang baik sekali dalam menangkal Covid-19.
“Masing-masing dusun mengadakan upacara tolak bala selama 3 hari 3 malam dan seluruh penduduk harus melakukan pantangan dengan tidak boleh keluar kampung dan cukup tinggal didalam rumah,”
ungkap Pdt Selestyani menjawab pertanyaan apa respon masyarakat lokal terhadap pandemic Covid-19 khususnya antisipasi gelombang 3.
Selain itu katanya, dengan ‘merujak’ yaitu mengonsumsi buah-buahan lokal yang asam seperti Satar, Hakam dan Sepuang adalah cara yang diyakini untuk mengatasi virus Corona.
Namun sangat disayangkan bahwa kearifan local tersebut tidak diikuti dengan penerapan disiplin penggunaan masker sebagai bagian dari protocol kesehatan sehingga jumlah masyarakat yang terpapar Covid-19 cukup tinggi pada Juni-Juli 2021.
Tema respon masyarakat lokal terhadap pandemic Covid-19 serta antisipasi terjadinya gelombang ke-3 ini menjadi penting untuk dibahas oleh Satgas Covid-19 Sinodal GPIB mengingat adanya euphoria jemaat dan masyarakat dengan telah menurunnya level PPKM 1 & 2 dibeberapa daerah. Ayo, tetap prokes. /fsp.