Harapan kedepan mereka terampil membuat roti, dan bisa berproduksi. Untuk penjualannya kita bantu memasarkan.
UNIT Misioner Pelkes GPIB Paulus Jakarta bikin kegiatan Pelatihan Pembuatan Roti yang langsung ditangani sosok pakar dibidangnya, Wim Ngantung.
Pelatihan yang digelar di Ruang Serba Guna GPIB Paulus Jakarta Sabtu (14/09/2024) diikuti cukup banyak peserta penerima diakonia dan juga peserta lainnya baik kaum perempuan, kaum bapak bahkan pemuda.
Pelatihan berjalan lancar ditata Ketua Komisi Pelkes Magda Sumarandak dan Ketua UP2M Novry Umbas.
Pelatihan sangat menarik perhatian warga jemaat dikala sosok Wim Ngantung memulai dengan pengenalan aneka tepung terigu dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing merek tepung terigu. Juga diperkenalkan aneka produk pendukung atau bahan pembuatan roti.
”Untuk melembutkan roti pada umumnya orang menggunakan minyak sawit,” kata Wim Ngantung seraya menunjuk aneka bahan di meja yang digunakan dalam pembuatan roti.
Menjawab pertanyaan Redaktur Arcus GPIB Frans S. Pong, Ketua I PHM Jemaat GPIB Paulus Jakarta, Penatua Rocky Sambuaga mengatakan, dilaksanakannya pelatihan membuat roti merupakan bentuk kepedulian gereja terhadap keekonomian warga jemaat.
Pelatihan Membuat Roti ini adalah Program Kerja dan Anggaran 2024/2025, yang merupakan upaya bidang Pelkes Sub UP2M untuk melatih penerima diakonia jemaat agar bisa terampil membuat roti.
”Harapan kedepan mereka terampil membuat roti, dan bisa berproduksi. Untuk penjualannya kita bantu memasarkan di jemaat, paling tidak ada dua event besar yang selalu ada di jemaat yaitu Paskah dan Natal,” tutur Rocky.
Ia menyebutkan, kebutuhan roti di event Paskah dan Natal cukup besar. Artinya, kalau sudah terampil membuat roti dengan kualitas roti yang baik, tidak perlu cari dari luar.
Untuk selanjutnya, kata Rocky, bisa berkreasi sendiri ditempat lain selain di jemaat sendiri. ”Inilah yang dimaksud bagaimana meningkatkan ekonomi jemaat, khususnya penerima diakonia,” tandas Rocky.
Menurut Rocky, pelatihan ini merupakan bagian dari pelayanan diakonia reformatif. Kalau karitatif sifatnya membantu sementara. Reformatif membekali dengan keterampilan sehingga bisa mandiri, menghasilkan pendapatan.
”Kita siap membantu untuk pemasarannya. GPIB Paulus saat ini mengembangkan tiga model pelayanan diakonia,” ujarnya. Yang pertama, kata Rocky, pelayanan karikatif yang sat ini sudah berjalan. Kedua, pelayanan diakonia reformatif dalam bentuk pelatihan. Ketiga, mengembangkan pelayanan diakonia transformatif yang saat ini sedang dikembangkan.
Saat ini GPIB Paulus Jakarta bekerja sama dengan jemaat Parsingguran di Sumatera Utara. Hasil-hasil dari pos pelkes GPIB jemaat Parsingguran dibawa ke GPIB Paulus Jakarta bekerja sama dengan grup Toba Green memasarkan hasil pertanian Pos pelkes Parsingguran setiap Sabtu di halaman GPIB Paulus.
Beberapa waktu lalu GPIB Paulus berangkat ke Mupel Lampung untuk membangun komunikasi dengan Mupel Lampung menggalang hasil produksi tanaman jemaat.
”Semua pelayanan ini tidak hanya sebatas karitatif, reformatif dan transformatif semua berjalan serentak secara simultan yang pada akhirnya jemaat bisa mandiri,” imbuh Rocky.
Dalam kesempatan itu, Novi Dwinanto, salah satu peserta mengatakan, pelatihan membuat roti yang diselenggarakan GPIB Paulus bisa membantu membangun keekonomian warga. Hanya saja, kata Novy yang mengaku pernah berjualan Mie Ayam, perlu juga jemaat dibantu untuk ketersediaan modal untuk menjalankan usaha.
“Saya harap bisa dibantu untuk modal dan pemasarannya,” imbuh Novy.
Oleh:
Frans S. Pong, Redaktur Arcus GPIB