SUNGAI SEGAH, Arcus GPIB – Siapakah gerangan dia? Perhatiannya terhadap pengembangan Pos-pos Pelkes GPIB sangat dirasakan. Kehadirannya di Bajem Sungai Segah Kalimantan Timur membawa sukacita kepada warga jemaat di Gereja yang baru saja ditahbiskan menjadi jemaat GPIB ke-350, Minggu (20/10/2024).
Ia adalah Rocky Sambuaga, Ketua I PHM Jemaat GPIB Paulus Jakarta. Saat diminta Ketua Majelis Jemaat (KMJ) GPIB Paulus Jakarta Pendeta Johny A. Lontoh untuk menyampaikan sambutan di GPIB Sungai Segah, Rocky terlihat sangat menguasai situasi walau ditunjuk mendadak.
”Kurang pintar berbicara, ditunjuk seperti ini, gemetar tidak tahu mau bilang apa. Tetapi yang jelas kami sungguh bersyukur, berterimakasih peristiwa ini boleh terjadi. Kita bersama-sama untuk bisa menyaksikan peristiwa yang besar ini (Pelembagaan Bajem Sungai Segah),” kata Penatua Rocky.
Ia juga menghaturkan terimakasih kepada Fungsionaris Majelis Sinode GPIB yang hadir dalam acara pelembagaan Bajem Sungai Segah yang dihadiri sejumlah pendeta yang pernah melayani di gereja dengan struktur bangunan rumah panggung yang terbuat dari bahan kayu.
Gerak cepat Penatua Rocky terhadap pengembangan Sungai Segah dilakukannya. Ia menceritakan pada tahun 2023 saat menerima Surat dari Majelis Sinode untuk GPIB Paulus menjadi Jemaat Pendamping untuk Bajem Sungai Segah GPIB Hosiana dilakukannya dengan baik.
”Kami sangat bersukacita dan selanjutnya kami terus melakukan komunikasi dengan GPIB Jemaat Hosiana khususnya Sungai Segah dengan Pendeta Marchel Kolimon,” ujar Rocky.
Komitmen sejak awal setelah menerima Surat dari Majelis Sinode selaku pimpinan lembaga GPIB tertinggi, pihaknya melakukan semua sebagai kewajiban-kewajiban yakni berkontribusi memberikan satu unit kendaraan dan bibit sawit termasuk gaji pendeta.
“Ada kontribusi kendaraan Mitsubhisi Triton Double Cabin Four Wheeldrive dan bibit sawit pada lahan pertama dan selanjutnya di lahan yang baru kami juga ikut berkontribusi dengan 500 bibit,” tandas Rocky.
Tidak hanya itu, menyangkut gaji pendeta, pihaknya juga ikut memberi perhatian dengan berkontribusi senilai 50 persen.
”Untuk Ketua Jemaat, gaji kami juga ikut bantu, 50 persen dari Jemaat Paulus. Bukan hanya itu, kami tahu tugas-tugas seperti ini bukan hanya sampai sebatas pelembagaan, ini diikuti terus sampai dengan betul-betul jemaat ini bisa kuat khususnya perhatian kami kepada jemaat bagaimana mendorong peningkatan ekonomi gereja,” imbuhnya.
Terhadap apa yang disampaikan Ketua I PHMJ Paulus Jakarta Rocky Sambuaga, KMJ Paulus Pendeta Johny A. Lontoh berharap perhatian yang telah diberikan GPIB Paulus kepada Sungai Segah bisa dilakukan juga terhadap jemaat Pos-pos Pelkes dan Bajem lain.
”Ada bisik-bisik, kalau bisa bantuan juga bisa dilakukan kepada Bajem lain. Kalau ke Tanjung Selor saya sudah empat kali sampai Long Aran, Long Pujungan, Long Beringin,” tutur Pendeta Lontoh yang merasa bersukacita karena bisa hadir pertama kali di Sungai Segah itu.
Ia juga meminta jemaat untuk hidup dalam kejujuran dan tulus agar terberkati dan bisa menjadi berkat bagi sasama sebagaimana GPIB Paulus Jakarta belum lama ini telah mendapatkan berkat yang luar biasa.
”Kami GPIB Paulus baru saja dapat berkat yang luar biasa yang melampuai akal pikiran kami. Apa itu? Nanti baca di ArcusGPIB.com saja,” tandas Pendeta Lontoh. “Prinsip kami di GPIB Paulus tidak mau menjadi danau, kami mau menjadi sungai yang mengalir, mengalirkan kasih-kasih Tuhan dalam hidup kami.”
Terhadap bantuan kepada pendeta-pendeta yang mendapatkan bantuan dana untuk studi program doctoral, Pendeta Lontoh mengatakan tidak perlu kuatir. “Yang pasti untuk yang studi S-3 tidak usah takut. Kami membantu S-3 sudah ada tiga pendeta GPIB,” imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Ketua I Majelis Sinode Pendeta Marthen Leiwakabessy mengatakan, gereja harus bertumbuh, tidak stag, tidak berhenti.
”Sepanjang dunia ini ada , maka gereja itu harus bertumbuh dan terus bertumbuh. Gereja adalah persekutuan yang senantiasa bergerak, senantiasa mencari dan mencari, dan harus berkembang seperti halnya manusia yang terus bertumbuh.”
Diakuinya, selama masih disebut gereja selaluada proses jatuh bangun dan merasakan banyak kegelisahan.
”Pelembagaan ini bukan tiba-tiba enak, pertengkakran berapa banyak, adu argumentasi berapa banyak. Itulah gereja dia harus bertumbuh,” tandas Pendeta Marthen. /fsp