JAKARTA, Arcus GPIB – Majelis Sinode Gereja Protestan di Indonesia (GPIB) merayakan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 Jumat 13 Januari 2023 bertempat di Wisma GPIB Jalan Medan Merdeka Timur 10 Jakarta.
Perayaan Natal yang difasilitasi Dewan Persekutuan Kaum Perempuan (Dewan PKP) ini terlaksana menghadirkan pelayan Firman Pendeta Diana Lumba Gaol Kalangit.

Pendeta Diana Lumban Gaol Kalangit: Yesus merubah sisi gelap dunia.
Ketua Dewan PKP Juanita Pattipellohy dalam sambutannya menyatakan sukacitanya karena mendapatkan kepercayaan melaksanakan perayaan Natal Kantor Majelis Sinode GPIB.
“Pada kesempatan ini kami berterimakasih pada Fungsionaris Majelis Sinode GPIB yang telah memberikan kepercayaan kepada kami pengurus Dewan PKP sebagai pelayan pelaksana ibadah syukur ini,” kata Juanita saat menyampaikan sambutannya.

Ketua Dewan PKP Juanita Pattipellohy: Terimakasih untuk kepercayaan ini.
Pihaknya juga berterimakasih kepada pelayan Firman ibu Pendeta Diana Lumba Gaol Kalangit. Terimakasih kepada semua yang terlibat dalam perayaan Natal ini, Organis, Multimedia, dan persekutuan karyawan Majelis Sinode.
Diakuinya, sebagaimana penujukan Fungsionaris Majelis Sinode GPIB kepada Dewan PKP untuk melaksanakan perayaan Natal dan Tahun baru hanya dalam tempo 2 minggu.

Rangkaian perayaan Natal diisi dengan berbagai acara menarik.
“Persiapan hanya 2 minggu, yang sebelumnya akan menggunakan gedung Immanuel Jakarta. Namun karena sudah terjadwal penggunaannya kepada yang lain sehingga Majelis Sinode memutuskan tempat pelaksanaan dipindahkan ke Aula Wisma GPIB,” tutur Juanita.
Dikatakan, mengingat kondisi tempat pelaksanaan perayaan tidak terlalu luas maka jumlah kehadiran Unit-unit miisioner yang diundang dibatasi, diwakili masing-masing tiga orang.

Ketua Majelis Sinode Pdt. Drs. P.K. Rumambi, M.Si menyalakan lilin Natal.
“Kami mohon maaf, apabila dalam pelaksanaan acara ini masih terdapat banyak kekurangan. Harapan kami pada kegiatan yang akan datang dapat dilaksanakan dengan lebih baik lagi,” imbuh Juanita
Sekretaris Umum Majelis Sinode Pendeta Elly D. Pitoy De Bell dalam kesempatan itu menyatakan rasa syukurnya dan bangga atas kerja cepat Pengurus Dewan PKP yang menjadi pelaksana kegiatan perayaan Natal dan Tahun baru Kantor Majelis Sinode GPIB.

Sekretaris Umum Majelis Sinode Pdt. Elly D. Pitoy De Bell bangga atas kerja cepat Pengurus Dewan PKP
“Gercep (Gerak Cepat), pasti ibu-ibu. Ibu-ibu dibelakang akan menopang baik apalagi kalau di depan,” kata Pendeta Elly. Jadi itu, kata Pendeta Elly, sehingga mempercayakan kegiatan perayaan Natal dan Tahun baru tersebut kepada Dewan PKP yang digawangi Sekretaris I dan Sekretaris II.
“Kami Majelis Sinode mengucapkan selamat menikmati tahun 2023 karena karya penyelamatan Tuhan melalui kehadiran Yesus Kristus telah kita nikmati dalam masa raya Natal.”

Paduan Suara Kantor Majelis Sinode GPIB menaikkan pujian
Kiranya Natal ini memberikan energi positif bagi semua dan tahun baru 2023 terus mendapatkan kemampuan, sukacita dan menjalaninya dengan tanggung jawab.
Pendeta Diana Lumban Gaol Kalangit dalam renungannya mengajak untuk terus melakukan yang terbaik bagi Tuhan Yesus.
“Tetaplah lakukan yang terbaik ditengah pekerjaan pelayanan. Siapa pun kita, apapun kita, pada akhirnya kita akan merasakan Tuhan tidak akan meninggalkan kita,” kata Pendeta Diana seraya menyebutkan: “Kita adalah surat Kristus yang terbuka.”
Menurutnya, Tuhan memberikan waktu dan kesempatan yang didalamnya kesetiaan dipertaruhkan.
Bersyukur, perjalanan kasih Tuhan mewarnai GPIB bahkan dunia. Betapa mencekamnya tahun-tahun pertama atau tiga bulan pretama ketika Covid-19 melanda. Kepanikan terjadi dan tiba-tiba harus melakukan ibadah secara online.
Pemberitaan Firman Tuhan harus tetap dilakukan dalam kondisi apapun yang saat itu dimulai dengan alat-alat sederhana hanya dengan Handphone.
Siapa-siapa yang bertahan dan setia pada akhirnya akan memperoleh sesuatu yang indah. Tidak ada sesuatu yang indah diperoleh dengan jalan mudah. Ada doa, ada Air mata, ada perjuangan, ada kecewa, ada langkah tertatih-tatih, bahkan kadang-kadang ada pengkhianatan.
“Allah datang melalaui Yesus Kristus membuat perjalanan kita semua, membuat hidup kita semua menjadi jelas. Terarah pada karya keselamatan Allah dan Yesus sendiri menjadi jaminan,” tandas Pendeta Diana.
Dikatakan, ketika Ia merentangkan tanganNya di kayu salib selebar-lebarnya Ia membuka jalan keselamatan.
“Siapapun kita, apapun kondisi kita. Sehingga bapak, ibu, saudara dan saya tidak tinggal dalam kegelapan dosa. Tidak terbelenggu dalam salah dan kenajisan dosa.”
Yesus merubah sisi gelap dunia ini dan manusia ini akibat dosa. Yesus membawa damai, Yesus membawa terang, Yesus membawa kesukaan penuh bagi siapapun. Dan itu dibuktikan bagi berita Natal yang dibawa kepada malaikat kepada para gembala.
“Kita tahu para gembala adalah mereka yang dianggap terpinggirkan, yang diabaikan tapi justru yang pertama kali berita kelahiran Yesus disampaikan kepda mereka.”
Kesukaan Natal bukan saja bagi gembala, tapi seluruh bangsa, bagi orang-orang yang berkenan dihadapanNya. Pertanyaannya, role model seperti apa manusia yang diperkenankan Allah.
Pertama: adalah keluarga orang beriman seperti Yusuf dan Maria bersedia menjadi sarana kemuliaan Allah walaupun berat penuh perjuangan, dengar-dengaran pada suara Tuhan, tulus hati, rendah hati menjalankan misi Allah.
Kedua: Gembala-gembala yang dengan sigap merespon berita Natal. Gembala-gembala melaksanakan apa yang disampaikan Tuhan.
Ketiga, Elisabeth dan Maria. Mereka mengalami spiiritualitas kelahiran Yesus. Elisabeth penuh Roh Kudus menyampaikan ucapan berkat kepada Maria.
Keempat orang-orang majus. Mereka mewakili kaum intelektualitas. Mereka pergi mencari bayi Yesus dan mempersembahkan yang terbaik emas, kemenyan dan mur.
“Kepada ibu-ibu dan kaum perempuan, Natal bukan hanya kastenges, bunga Kasuba, kukis keju yang sedap, bunga merah merekah yang biasanya ada dimusim Natal.
Tapi Natal adalah spiritualitas kelahiran Yesus dihati untuk memimpin seluruh gerak layan, sehingga tidak terjadi seperti Yodia dan Sintike sampai harus dinasihatkan Rasul Paulus.
“Tentu saja ini bukan hanya untuk perempuan dan ibu-ibu tapi juga untuk para bapak-bapak, para lelaki,” kata Pendeta Diana seraya mengatakan banyak cara orang memaknai Natal.
Di Amerika yang modern dan canggih, orang percaya makan Apel di malam Natal akan membuat mereka mengalami kesehatan yang prima sepanjang tahun kedepan.
Di Yunani lain lagi, orang membaka sepatu lama untuk menghindar dari sesuatu yang tidak baik dalam perjalanan di tahun yang baru.
Di Manado dan Sanger pada umumnya makan kue balapis. Ada filosofinya kue balapis itu supaya rezekinya berlapis-lapis.
Sesungguhnya karya keselamatan Allah dalalm Tuhan Yesus Kristus menerangi perjalanan kehidupan, menerangi karya layan GPIB, menerangi Fungsionaris Majelis Sinode GPIB, pelayan-pelayan Tuhan di Departemen-departemen, di Dewan-dewan Pelkat, BPPG, Yayasan-yayasan yang ada, Lembaga Penerbitan dan semuanya.
Nama Yesus terus berkumandang diseluruh wilayah pelayanan GPIB. Hanya saja, kata Pendeta Diana mengingatkan bahwa dalam Pelayanan ada saja aral yang mungkin dihadapi orang-orang percaya.
“Ingat saudara-saudara kita pasti berhadapan dengan orang-orang model Herodes, pura-pura mau menyembah Yesus,” ujarnya seraya menguatkan ditengah tantangan ada bentangan kasih Tuhan Yesus Kepala Gereja tetap menyertai hamba-hamba yang setia.
Ibadah perayaan Natal ini cukup mendapat apresiasi, itu dapat dilihat hadirnya sejumlah tokoh GPIB seperti Predir PT GPIB Prof. Miranda Gultom, Ketua GPI Pendeta Rudy Ririhena, Ex. Fungsionaris MS O.E Wuwungan D.Th, Pendeta M.F Manuhutu M.Th, Pendeta Adriaan Pitoy M.Min, Pendeta M. Tetelepta, M.Th dan beberapa tokoh GPIB lainnya. /fsp