JAKARTA, Arcus GPIB – Pegiat Demokrasi Anti Korupsi Arif Nur Alam angkat suara di acara Workshop PMKI Departemen Pelkes GPIB yang digelar di Amaris Hotel Jakarta Barat.
Pegiat Demokrasi dan Anti Korupsi ini salah satu dari sembilam narasumber yang dihadirkan PMKI dalam workshop tersebut.
Adapun narasumber lainnya adalah Mellysa Anastasya – Staf Pencegahan Rumah Faye, Jeanny Silvia Sari Sirait – Destrictive Fishing Watch, Pendeta Daniel Susanto dari Asosiasi Pastoral Indonesia, Soelthon Gussetya Nanggara Ketua Forest Watch Indonesia dan Arif Nur Alam Penggiat Demokrasi dan Anti Korupsi bahkan Uli Arta Siagian namun karena mendadak opname, Eksekutif Nasional WALHI itu tak dapat hadir.

Ni Luh Indra dan Oldie Tasik, peserta Workshop PMKI Kritis menyikapi penyerobotan lahan warga.

Peserta workshop PMKI bersemangat merumuskan cara memberi bantuan pendampingan.
Sebagaimana diketahui Subbid Pelayanan Masyarakat Kota dan Industri (PMKI) Dept. Pelkes GPIB telah melaksanakan Workshop pada 19 – 22 September 2024 yang diikuti berbagai elemen di Gereja Protestan di bagian Barat (GPIB).
Narasumber Arif Nur Alam dalam kesempatan itu menyajikan materi dengan tema: Strategi Advokasi, Dampak Ekologi (Alam Dan Manusa) yang banyak menyentuh Model – Model Advokasi dan pendampingan yang cukup diminati peserta Workshop yang hadir.

Ide dan gagasan untuk pendampingan menyatu dalam kebersamaan menata GPIB sebagaimana disampaikan peserta workshop.

Papapan dan materi menarik di Workshop PMKI, memantik semangat menata giat dan layan.
Menyikapi soal pendampingan, peserta workshop, Oldie Tasik bersama rekan Ni Luh Indra saat menyampaikan hasil diskusi kelompoknya mengatakan, perlunya melakukan pendampingan sosial audit penyerobotan lahan dan kebun sawit warga jemaat yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak bertanggung jawab.
Caranya, kata Oldie, dengan mengumpulkan data kebenaran kepemilikan lahan dengan cross check ke Lurah setempat, tokoh-tokoh atau tua-tua di lokasi yang disengketakan dan melakukan pemetaan serta mencari info ke BPN.
”Kegiatan inilah yang menjadi bagian dari tujuan PMKI,” tandas Oldie.
Dalam proses Advokasi, kenyataan di lapangan, stakeholders yang dihubungi Lurah setempat, Pengadilan Negeri dan kepolisian. Tetapi ternyata warga jemaat dan jemaat malah dibenturkan dengan aparat keamanan,” tutur Oldie.
Karena di lapangan manajemen perusahan tidak hadir, hanya di pihak keamanan dari Kepolisian akhirnya warga meminta dukungan kepada ormas-ormas lokal untuk mendapatkan keadilan.
“Tujuan kami hanya ingin mengembalikan hak-hak warga, karena kebun sawit itu untuk menghidupi keluarga, menyekolahkan anak-anak dan mensejahterakan untuk hidup yang layak,” imbuh Oldie.
Melalui advokasi, kata Arif, merupakan tindakan yang terorganisir termasuk didalamnya menegakkan hukum dan mempengaruhi kebijakan secara efektif.
Juga dengan advokasi bisa merubah kebijakan, kebiasaan, gagasan, dan nilai bahwa selalu diskriminatif dan tidak partisipatif transparan dan akuntebel yang pada akhirnya tercipta masyarakat yang adil dan berkesetaraan.
Mengapa Advokasi itu penting? Pegiat Demokrasi Anti Korupsi Arif Nur Alam mengatakan, korupsi merupakan kejahatan lingkungan yang luar biasa, extra ordinary crime, merugikan keuangan dan perekonomian, menghambat pembangunan ekologi.
“Setiap orang tanpa kecuali penguasa cenderung oportunis, monopoli informasidan sumber daya akibatnya munculnya niat buruk, moral hazaard,” kata Arif. Melalui advokasi diharapkan bisa mewujudkan penyelenggaraan dan penyelenggara yang Clean dan Good Governance.
Untuk itulah pentingnya apa yang dinamakan sosial audit yang merupakan proses dimana, rincian sumber daya, baik keuangan dan non-keuangan, yang digunakan oleh lembaga publik untuk inisiatif pengembangan.
Dikatakan, sosial audit memungkinkan orang untuk menegakkan akuntabilitas dan transparansi, menyediakan pengguna akhir kesempatan untuk meneliti inisiatif pembangunan.
Imanuel Menege dari PMKI Departemen Pelkes GPIB menyatakan rasa syukurnya atas capaian workshop selama 3 hari itu.
”Puji Tuhan, workshop bisa dilaksanakan secara lengkap dan ada 9 pemateri yang berbicara sasaran utama PMKI dari soal perlindungan Perempuan dan Anak dan juga soal Ekologi,” kata Imanuel.
Semua peserta, kata Imanuel, mendapat begitu banyak pesan dan pengetahuan yang dapat dibawa kembali ke jemaat, baik ditingkat jemaat maupun sinodal.
Ia juga berharap jemaat dapat melaksanakan program-program PMKI yang diimplementasikan kedalam PKA sehingga PMKI betul-betul dapat dirasakan manfaatnya. /fsp