Oleh: Pdt. Volentines H Hengkesa
HARI ini Senin, 04 Maret 2024 harian KOMPAS pada Tajuk Utamanya memunculkan Tema yang sangat memukul, tema ini bukan perihal Kasak–Kusuk Pemilu yang sudah diselenggarakan namun hal yang mungkin sudah kita rasakan dan sadari pada akhir-akhir ini.
TEMA yang dimunculkan oleh harian KOMPAS Ialah: “LONJAKAN BERAS MEMUKUL PETANI” dan Tema kecil lainya pada halaman utama tertulis “IRONI NEGERI AGRARIS, PETANI PADI MENGANTRE BERAS MURAH”
Memang semenjak awal tahun hingga akhir tahun 2023, saya selalu memperhatikan harga beras dan harga sembako lainnya dengan bertanya kepada pemilik Warung Tegal biasa disebut WARTEG tempat saya biasa makan. Dari situ saya selalu memperhatikan bahwa terus ada kenaikan pada harga sembako terutama beras.
Hal mendorong saya untuk mencari lebih jauh akar penyebab permasalahanya, satu sisi hal ini terdampak dari harga Pupuk di petani yang melonjak naik karena sebagian besar bahan dasar pupuk dan pupuk tertentu berasal dari Rusia yang saat itu sedang bertikai dengan ukraina. Bahkan di tahun 2023 sering kita bersama menyaksikan dan membaca bagaimana pemerintah kita terutama Menteri Keuangan Sri Mulyani selalu menyampaikan tentang dampak Krisis Global yang akan kita hadapi setelah Pandemi Covid19 dan ternyata hal ini diperparah lagi dengan adanya dampak Badai EL NINO yang terjadi. Hal inilah yang membuat harga beras melonjak.
Dan bagaimana dengan warga GPIB yang berada di kelas menengah kebawah???
Saat ini dipasaran harga beras kwalitas Premium menyentuh harga Rp 16.000 – Rp 18.000 dan harga untuk kwalitas standart diharga Rp 13.000 – Rp 15. 000 (harga bisa berbeda tergantung pada wilayah)
Namun dari tajuk utama harian KOMPAS hari ini ada hal yang mengejutkan disebutkan bahwa “LONJAKAN BERAS MEMUKUL PETANI” dan “IRONI NEGERI AGRARIS, PETANI PADI MENGANTRE BERAS MURAH”, biasanya bahwa petani padi ketika panen mereka akan menyisihkan hasil panennya untuk kebutuhan mereka namun mengapa menurut harian KOMPAS saat ini mereka justru harus mengantre beras Murah. Dan bagaimana dengan warga GPIB yang berada di kelas menengah kebawah???
Semoga hal ini juga menjadi pergumulan bagi GPIB yang akan melaksanakan PST (Persidangan Sinode Tahunan) Di Samarinda KALTIM 7 – 10 Maret 2024. ***