BATAM, Arcus GPIB – Kompetisi didalam gereja bisa membuat perpecahan, karenanya konflik harus dikelola dengan baik. Kompetisi bisa menimbulkan iri hati, cemburu dan perselisihan diantara jemaat bahkan juga diantara para pelayannya.
Demikian disampaikan Ketua III Majelis Sinode GPIB Pendeta Maureen S. Rumeser – Thomas., M.Th saat melayani pada Ibadah Utus Sambut Pendeta Gabby Manuputty, M.Si, Kon.Pas dan Pendeta Ronald Rampala, S.Th di GPIB Immanuel Batam, Minggu 21 Juli 2024.
Kompetisi, kata Pendeta Maureen Rumeser yang akrab disapa sebagai Pendeta Susy, bisa terjadi karena iri hati dan cemburu di Jemaat bahkan bisa terjadi di kalangan pelayan di jemaat.
”Selama masih ada iri hati dan cemburu kita seperti orang duniawi. Makanan kita, tingkat kerohanian kita masih seperti anak-anak,” tutur Pendeta Susy.
Hal lainnya, yang juga bisa membuat konflik adalah adanya kelompok-kelompok yang pro dan kontra. Ada yang mengidolakan pemimpin A karena pendapatnya didengar, sebaliknya ada kelompok lain yang merasa tidak didengar. Sehingga kalau ada kegiatan yang dilakukan kolompok yang satu, kelompok yang lain tidak ikut mendukung.
“Idola-idola dalam jemaat juga bisa terjadi dalam satu keluarga. Suami istri bisa berantem gara-gara ini. Kakak beradik bisa juga jadi ribut. Bahkan bisa jadi bermusuhan satu dengan yang lain karena idola. Akhirnya fokus pelayanan kita beralih dari pelayanan ke prestasi. Ini bahaya. Jemaat lebih fokus memenangkan kompetisi daripada melayani dengan tulus,” kata Pendeta Susy.
Ia berharap dalam melayani untuk tetap maju dan bekerja dengan berpikir positif.
“Yang kita layani dan hidup kita hanya untuk Tuhan. Tidak apa, kalau ada yang tidak berterimakasih kepada kita atas apa yang kita lakukan dari sebuah kebaikan,jangan takut. Kalau manusia tidak berterimakasih, Tuhan yang lihat hati kita. Dia bisa memberi yang lebih banyak dari kita dengan cara dan waktunya,” kata Pendeta Susy menyemangati.
Dikatakan, menjadi panggilan bersama selaku warga jemaat dalam menghidupkan persekutuan, pelayanan dan kesaksian di gereja Tuhan.
”Mari bersama-sama menghidupkan kualitas spiritual dari jemaat. Sehingga siapapun, dari pergantian fungsi jabatan Ketua Majelis Jemaat, tidak lagi mengatakan tidak ada sesuatu yang baru, tidak ada sesuatu yang meningkat. Siapapun kita, latar belakang kita, budaya kita selama itu kita berikan dengan tulus ikhlas kepada Tuhan sebagai persembahan hati kita kepada-Nya.”
Jemaat, kata Pendeta Susy mengumpamakan sebagai batu bata yang tidak sama panjang, lebar dan tingginya yang ditempatkan Tuhan dalam pelayanan diikat oleh semen sebagai kasih Tuhan. /fsp