JAKARTA, Arcus GPIB – Crisis Center GPIB berkolaborasi dengan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Gereja Kristen Pasundan untuk membantu masyarakat yang terdampak akibat gempa bumi yang terjadi pada Senin (21/11). Chris Wangkay, Ketua CC Sinodal GPIB menjelaskan kepada Arcus/Radio GPIB, dalam hitungan jam setelah gempa dengan magnitudo 5,6 SR, pihaknya berkoordinasi dengan Mupel I Jabar, PGI dan GKP dan beberapa gereja untuk melakukan asesmen tindakan cepat.
“Kami langsung berkoordinasi dan berkolaborasi dengan PGI, GKP dan sejumlah gereja di Kabupaten Cianjur. Meski tidak ada warga GPIB di sana, kami melakukan cepat tanggap untuk membantu masyarakat yang berdampak,” kata Chris. Ia juga menjelaskan, pihaknya telah membuka Posko I di GPIB Bethel Bandung untuk membantu yang terdampak.
CC Sinodal GPIB juga akan menurunkan tim bantuan pada Rabu (23/11) guna terjun langsung membantu di wiayah Kabupaten Cianjur.
“Rabu pagi pukul 08.00 WIB dengan dibuka dengan doa oleh Ketua I MS, tim akan berangkat untuk memulai aksinya membantu ke lokasi. Bantuan untuk sementara ini kita pusatkan berupa dana sambil mengetahui kondisi di sana. Dan jangan lupa ini masih pandemi, kami juga harus berhati-hati dalam memberikan bantuan sehingga sementara ini kami membawa dana untuk dibelanjakan bagi keperluan warga yang mengungsi,” terang Chris.
Informasi terakhir korban jiwa hingga Selasa (22/11) sebanyak 162 korban yang meninggal dunia dan 326 luka-luka akibat gempa Cianjur. Ribuan warga mengungsi ke tempat-tempat aman dan ratusan bangunan rusak.
Majelis Sinode GPIB telah mengeluarkan surat edaran bagi jemaat-jemaat untuk membantu bagi warga yang menjadi korban benca gempa bumi tersebut.
Situasi beberapa jalan masih belum normal karena gempa susulan yang terjadi. “Kami juga harus mewaspadai karena gempa susulan yang terjadi. Itu sebabnya tim yang berangkat juga perlu didukung dalam doa agar aksi yang dilakukan dapat berjalan lancar,” ujar Chris.
Mengutip informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mewaspasai bencana lanjutan berupa tanah longsor dan banjir bandang usai guncangan gempa magnitudo 5,6.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan imbauan ini dikhususkan bagi masyarakat Cianjur yang bermukim di daerah lereng-lereng perbukitan dan di lembah atau bantaran sungai.
Menurutnya, besar kemungkinan lereng-lereng perbukitan di Cianjur menjadi rapuh usai terjadinya gempa bumi. Hal ini dapat semakin diperparah dengan tingginya intensitas hujan yang berpotensi mengguyur Cianjur.
“Lereng-lereng yang rapuh ini ditambah hujan deras dapat memicu terjadinya longsor dan banjir bandang dengan membawa material runtuhan lereng. Jadi masyarakat dan pemerintah setempat juga perlu mewaspadai adanya kolateral hazard atau bahaya ikutan usai gempa kemarin,” imbuhnya. /lip