Home / GPIB Siana

Rabu, 13 Maret 2024 - 13:03 WIB

Dalam Berbahasa, Maria Kumaat Mantik: Tidak Harus Terstruktur

Pnt. Maria Kumaat Mantik saat memaparkan materi di Lokakarya Sabda-Sabda GPIB.

Pnt. Maria Kumaat Mantik saat memaparkan materi di Lokakarya Sabda-Sabda GPIB.

Oleh: Frans S. Pong, Arcus GPIB

SAMARINDA, Arcus GPIB – Bahasa bertutur dalam berkomunikasi dan penulisan ataupun dalam penyampaian khotbah menjadi perhatian dalam Lokakarya Sabda-Sabda GPIB yang belum lama berselang yang dilaksanakan di Samarinda Kalimantan Timur.

Banyaknya istilah atau teks kata yang merupakan kesalahan yang dianggap benar karena sudah terbiasa menjadikan sulit untuk mengubah kebiasaan itu. Hal ini tidak bisa dibiarkan dan harus menjadi koreksi untuk kemudian dibenahi.

Pnt. Maria Kumaat Mantik mendengarkan pertanyaan yang disampaikan peserta.

Menurut Maria Josephine Kumaat Mantik, narasumber dalam Lokakarya yang diselenggarakan di Hotel Aston Samarinda tersebut, hal itu tidak bisa dibiarkan dan harus diperbaiki.

”Dalam berbahasa sebenarnya komunikasinya tidak terhambat apabila dilakaukan secara lisan. Karena kita bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik yang sebenarnya intinya lebih komunikatif, tidak harus secara struktur,” kata Maria.

Baca juga  KMJ Kembali Diminta Serahkan Sertipikat Tanah Ke Majelis Sinode GPIB

Hanya saja, kata alumni Sastra UI ini, untuk penulisan terkadang terkendala pada istilah, struktur kalimat tidak ada subjek dan juga rasa bahasa yang sudah terpaku dengan istilah-istilah yang biasa dipakai, sehingga ketika ada perubahan kagok atau sungkan untuk mengatakannya.

Ia mencontohkan, kata “Rendah Hati” menjadi “Kerendahan Hati” tadi sudah kita bahas Rendah hati itu satu ungkapan sehingga kalau diberi awalan dan akhiran menjadi satu kata menjadi “Kerendahatian” itulah yang menjadi kendala dalam penulisan.

Dalam bahasa khotbah bagaimana? Menurut penulis Buku “Gender dalam sastra studi kasus drama Mega-mega” ini menyarankan untuk menggunakan Bahasa semi formal atau baku.

Baca juga  GPIB Peringati Hardiknas, Yapendik GPIB: Indonesia Krisis Pembelajaran

“Iya, khotbah kalau kita menjelaskan perikopnya, katakanlah latar belakang kita menggunakan bahasa yang minimal semi formal atau bahasa baku,” ujarnya menjawab pertanyaan Arcus GPIB.  Dalam aplikasinya, kata Maria, ini kadang-kadang para pelayan Firman termasuk juga Pendeta, Penatua dan Diaken itu masih kurang memahami soal itu.

Jadi, kadang-kadang campur baur, kalimatnya atau bahasanya dan tidak biasa menggunakan kata-kata yang baru sehingga kata-kata yang lama terus dikeluarkan, misalnya, kata “Kami Undang Bangkit Berdiri” masih sering terdengar. “Menggunakan kata “Bangkit” kalau yang diajak bangkit sedang tertidur,” tutur Maria, Istri Letjend (Purn) Arie Kumaat ini. ***

Share :

Baca Juga

GPIB Siana

Lima Personel Ditetapkan Sebagai Majelis Ketua, Pimpin Jalannya PST Medan

GPIB Siana

Menteri Sandiaga Uno Apresiasi Seminar UMKM di GPIB Filadelfia Bintaro

GPIB Siana

Dari PST Samarinda: Dept. Pelkes ”Clean”, PPSDI dan PEG Aman

GPIB Siana

Ayo Move On, Pdt. Alexius Letlora: Orang Lain Sudah Sampai Bulan, Kita Masih….

GPIB Siana

Tim Satgas Jemaat Harus Tegas, Tapi Juga Santun Lho…

GPIB Siana

MS GPIB Mengundang Seluruh Peserta PST Mengikuti  Kegiatan Pra PST GPIB 2024

GPIB Siana

Dicari Diaken – Penatua yang Rendah Hati, Berjiwa Pelayan dan Punya Kemampuan Memimpin

GPIB Siana

Bazaar Hybrid dan Launching Aplikasi Market Place, MS GPIB Data Pelaku Usaha