ArcusGPIB.com – Ucapan yang lepas darinya menggambarkan intelektualitas dirinya. Tutur katanya sangat menjelaskan siapa perempuan ini dengan segala kemampuan berharga yang ia miliki. Pengalamannya diranah gawean yang pernah dijamahnya luar biasa.
Tak heran kalau lulusan Akademi Akuntansi (1987 Lulus Ujian Sekolah Tinggi Akuntansi Negara/STAN) ini sekarang bisa memiliki segalanya, buah karya juang yang dilakukannya selama ini. Rumah mewah di bilangan Jakarta Timur menjadi bagian dari sukses yang ia raih. Mobil-mobil mewah berderet di halaman dan samping rumah. Beberapa mitranya mengatakan, ia telah selesai dengan dirinya.
Dia adalah Dkn. Ratji Wagiu Rendakasiang utusan jemaat GPIB Hosiana Jakarta Pusat siap bersaing untuk posisi Bendahara Umum Majelis Sinode XXI.
Komunikatif gaya bertuturnya menguraikan setiap pengalamannya ketika menjabat sebagai Internal Audit di Bank Perkembangan Asia. Cukup banyak pengalaman berharga yang pernah diraihnya termasuk ketika ia bergabung di CV Titipan Kilat dan pindah ke Kodeco sebagai Accounting hingga di tahun 2013 ia didaulat sebagai Direktur di PT Putri Tunggal Fortunatama.
Visioner dalam merajut karya. Ia mengatakan, visi GPIB adalah mewujudnyatakan damai sejahtera bagi seluruh ciptaan-Nya. Salah satunya, kata Ratji, adalah kesejahteraan para pendeta.
“Selama ini, berdasarkan apa yang terjadi di lapangan, banyak kejadian ketika pendeta ingin melanjutkan studi, menguliahkan anak, dan kebutuhan rumah tinggal bagi pendeta yang memasuki emiritus, selalu mengalami kesulitan dalam hal finansial. Pendeta itu harus sejahtera,” ucapnya.
Empati diakonia melekat dalam diri istri Yohanis Wagiu ini. Diranah pelayanan untuk sesama, Ratji sangat tahu apa yang mesti dilakukan. Di tahun 2002 aktif di organisasi Overseas Missionary Fellowship (OMF) Microcredit Supervision, sebuah institusi yang cukup dominan menyentuh kaum fakir dan miskin.
Ia berharap jika saja terpilih dan masuk dalam jajaran Fungsionaris Majelis Sinode XXI ia akan menata sebuah Yayasan Kesejateraan GPIB yang peduli pada kesejahteraan Pendeta dan keluarganya.
“Saya berharap kedepannya GPIB memiliki yayasan berbadan hukum yang akan mengelola dana yang diperuntukkan untuk kesejahteraan pendeta itu sendiri,” kata Ratji yang saat ini menjabat Ketua III GPIB Hosiana Jakarta dan Bendahara di Mupel Jakarta Pusat.
Menurutnya, GPIB perlu membentuk yayasan guna menunjang kesulitan-kesulitan finansial yang dihadapi oleh para pendeta. Melalui yayasan ini diharapkan tidak ada lagi pendeta yang mengalami kesulitan kesulitan dana dalam membiayai kuliah anak pendeta.
Dan bagi pendeta yang memasuki masa emeritus, Yayasan Kesejahteraan GPIB akan sangat membantu untuk memiliki rumah di masa tua.
“Pada umumnya, para pendeta pada saat memasuki masa emiritus,, tidak memiliki rumah tinggal,” ujar Ratji ysng pernah menjadi utusan mengikuti PS Istimewa di tahun 2002, mengikuti PST 2018, Utusan Mupel mengikuti Rapat Koordinasi dan Seminar Penulisan Sejarah GPIB dan menjadi Utusan Mupel untuk mengikuti PST 2020 serta di 2021 ini kembali mengikuti PS XXI Surabaya.
Ia merinci, tugas daripada Yayasan nantinya akan mengelola dana-dana dari donatur baik internal maupun eksternal GPIB. /fsp