ArcusGPIB.com – GPIB tak pernah kekurangan sosok-sosok cerdas yang dipilih Tuhan untuk kemulianNya. Entah sudah berapa ia kali menjadi narasumber untuk urusan usaha kecil selalu dilakukannya. Empati kepedulian bagi pengembangan usaha ritel sudah menjadi panggilan bathinnya. Manuvernya untuk mengembangkan sektor UMKM tak diragukan lagi.
Dia adalah Penatua Libianto, warga jemaat GPIB Bukit Moria, Jakarta Selatan. Keaktifannya dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) patut diacungkan jempol. Membawa damai sejahtera bagi sesama terus dilakukannya. Di Sikka NTT, ia mengangkat citra nelayan melalui Gerakan “5000 Nelayan Berdaulat” dalam pengentasan kemiskinan.
Di ranah marketplace, Libianto aktif menggaungkan Go Digital pada koperasi dan UMKM untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja. Peduli pada pengembangan desa pada umumnya, Libianto kerap terjun ke desa-desa menggarap potensi-potensi yang bisa dikembangkan. Untuk itu, ia dengan mitranya telah menerbitkan sebuah buku “Pedoman Desa Wisata” yang sekiranya dapat dipakai untuk kemajuan sebuah desa.
Kini, Kektua Dewan Pengawas di beberapa Komunitas UMKM ini kembali diminta berbicara dalam sebuah event akbar APKASI, di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta Selatan, yang berlangsung dari 20-22 Oktober 2021. Di sini Libianto menjadi narasumber didepan peserta pameran yang merupakan utusan dari 70 Kabupaten ditambah 15 peserta lainnya yang merupakan peserta non Kabupaten.
Libianto kali ini memaparkan soal potensi sorgum, produk makanan yang digadang-gadang bisa dipakai sebagai pengganti beras. Sumber Wikipedia menyebutkan, sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan (serealia, sirup), pakan ternak, dan bahan baku industri (alkohol, biofuel). Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai.
Menurut Libianto, kebutuhan sorgum beras sorgum dan tepung sorgum, baik itu Domestik maupun Ekspor sangat terbuka jumlah kebutuhannya. Kondisi tanam sorgum di Indonesia saat ini masih belum begitu merata. Harga jual untuk gabah dari petani tidak begitu kena Fluktuatif. Biaya dari budi daya sorgum itu tidak terlalu mahal perhitungan Rp. 9.510.000/ha sekali tanam minimal 3 kali panen.
Rancangan pengembangan sorgum di Indonesia bisa dilakukan dengan optimalisasi lahan kering. Ini akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Dari pengembangan komoditas tanaman sorgum ini juga bisa dipakai sebagai pakan ternak, dan industri lainnya.
Dari tanaman sorgum, kata Libianto, tidak ada yang tersisa. semua bagian tanaman memiliki nilai ekonomi. Bijinya sebagai sumber pangan memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi, sebagai subtitusi tepung terigu untuk berbagai produk olahan roti dan kue. Daun dan batang sebagai sumber pakan berfungsi meningkatkan bobot hewan ternak dan meningkatkan produksi susu.
Batang yang manis sebagai sumber bioetanol, gula cair, gula kristal dan produk lain tergantung jenis usaha yang akan dikembangkan. /fsp