Home / Diakonia

Kamis, 1 Agustus 2024 - 17:15 WIB

YADIA GPIB Berbelas Kasih Tanpa Amnesia, Terus Membantu Sesama

Ketua I MS GPIB Pdt. Marthen Leiwakabessy menyapa dan merangkul warga lansia di PWH Zebaoth Bogor.

Ketua I MS GPIB Pdt. Marthen Leiwakabessy menyapa dan merangkul warga lansia di PWH Zebaoth Bogor.

BOGOR, Arcus GPIB –  “Berkipralah keluar” Demikian penegasan Pendeta Marthen Laiwakabessy, Ketua I Majelis Sinode GPIB yang merasa bangga atas kunjungan Yayasan Diakonia (YADIA) GPIB ke Panti Asuhan PWH Zebaoth Bogor 30 Juli 2024.

Ia berharap agar YADIA GPIB jangan hanya melayani di internal GPIB, jangan hanya pada saat ulang tahun baru bergiat melakukan pelayanan kasih, tetapi terus dan tetap berlanjut menolong dan membantu sesama sehingga kehadiran YADIA makin dirasakan dan menjadi berkat bagi semua orang dan kemuliaan Allah dinyatakan.

Menyapa dan berbagi terus dilakukan YADIA GPIB seperti yang dilakukan di PWH Zebaoth Bogor

Ketua I MS GPIB Pdt. Marthen Leiwakabessy menyemangati personel YADIA untuk terus peduli.

“Terus dan tetap berlanjut menolong dan membantu sesama sehingga kehadiran YADIA makin dirasakan dan menjadi berkat bagi semua orang,” tutur Pendeta Marthen saat menyampaikan renungannya di PWH Bogor.

Dikatakan, melayanilah dengan tulus ikhlas tanpa pamrih, melayani dengan bersinergisitas dengan semua unit missioner lingkup internal dan masyarakat luas yang membutuhkan uluran tangan, tetap semangat, keep the spirit up Yayasan diakonia GPIB menjalankan visi melayani dengan cinta kasih yang tanpa batas, no-limit time, Markus 10 : 45.

Personel Yadia menyemangati Oma di Panti Asuhan Zebaoth Bogor.

Menyatakan sukacita bersama Oma, menguatkan kepedulian terhadap sesama.

“Opa-oma walaupun dalam ketidakberdayaannya di usia yang sudah lanjut mereka tetap semangat walaupun ada yang harus menggunakan kursi roda, ada yang harus dibantu tetapi tidak menghalangi kegembiraan dan sukacitanya,” kata Pendeta Marthen.

Baca juga  Peduli Sesama, PHMJ GPIB Immanuel Lombok Serahkan Bantuan Ke RAAL Lawang

At the opening, khotbah Pendeta Marthen Leiwakabessy mengatakan, kata solidaritas, solider paling sering diobral kanan-kiri tetapi sering kali pada waktu prakteknya tidak terlalu nyata.

”Kita ambil contoh di negara tercinta kita Indonesia orang berteriak solidaritas tapi kenyataannya untuk kepentingan diri, kelompok dan terkadang di gereja juga demikian solider dan tetap kukuh pada pendirian dan tindakannya untuk membela yang tidak benar. Itu Bukan Solider, melainkan Solider Banduta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, solidaritas bermakna sifat satu rasa, senasib, dan perasaan setia kawan.

Dengan mengambil Firman Tuhan dari Kitab Lukas 10 : 25 – 37 Pendeta Marthen menjelaskan tentang perumpamaan orang Samaria yang murah hati dimana disitu juga dibahas tentang sikap dan perilaku para Ahli Taurat, orang Farisi, Saduki dan orang Lewi, mereka semua orang hebat tahu benar tentang kasih mengasihi tapi dalam prakteknya tidak pernah mau menolong.

Orang Samaria memang kelasnya berbeda, dianggap orang yang tidak terpandang, tidak berdaya, tidak punya kedudukan, disingkirkan, tidak punya tempat dalam tradisi orang Yahudi, namun orang Samaria ini tidak bertanya macam-macam dalam membantu orang lain tetapi langsung menolong dan peduli itulah simpati dan empati serta solider yang dinyatakan dalam tindakan kasih.

Baca juga  HUT Ke-62 Pelkat Pelayanan Anak GPIB, Ini Pesan-Pesan Majelis Sinode

Dalam masa tua ada dua persoalan besar yang kadang-kadang menjadi pergumulan, yang pertama bagi yang menjalankan dan yang kedua bagi keluarga. Hari tua dianggap tidak berdaya, tidak diperlukan, dianggap lemah secara fisik, sebagai beban dan menyusahkan. Betulkah Menyusahkan?

Ini kalau konteksnya diukur secara financial. Remind, jangan pernah mengukur dan menilai orang tua, opa-oma dengan uang karena pada saat mereka membesarkanmu mereka tidak pernah mengukur dengan materi atau uang dan merupakan tanggunjawab anak-anak untuk merawatnya.

”Betulkah Sebagai Beban! Tidak! Karena nilai yang didapat dari opa-oma yaitu Teladan Iman, example of faith yang sangat luar biasa dan Tuhan tak pernah meninggalkannya, DIA selalu menjaganya,” imbuh Pendeta Marthen.

Terkadang hati merenung, pikiran mengambang, emosi jiwa tak tenang.  Terkadang tergerak hati kembali untuk melakukan, membantu dan menolong sesama. Tangan dan kaki ini akankah ! bergerak dan melangkah kembali untuk berbagi dan berbelas kasih tanpa amnesia.

Tugas panggilan sesungguhnya melayani bukan untuk dilayani, melayani dengan tulus ikhlas tanpa pamrih, melayani dengan bersinergisitas dengan semua unit missioner lingkup internal dan masyarakat luas yang membutuhkan uluran tangan, tetap semangat, keep the spirit up Yayasan Diakonia GPIB menjalankan visi melayani dengan cinta kasih yang tanpa batas , no-limit time, Markus 10: 45. fsp/Jp

Share :

Baca Juga

Diakonia

Dari Urus Sorgum Hingga Nelayan, Pnt. Libianto: Untuk Kesejahteraan Pekerja

Diakonia

Perhatian Rocky Sambuaga Terhadap Perkembangan Pos Pelkes GPIB: Rawat dan Pelihara

Diakonia

Pendeta Berbisnis, Mungkinkah? Pdt. Johny A. Lontoh: Jangan Hanya Di Mimbar

Diakonia

Melihat Griya Asih Lawang Milik GPIB Lebih Dekat

Diakonia

BAKSOS GPI-GPIB di Maluku, Pdt. Sterra: Baksos Kesehatan Sangat Dibutuhkan

Diakonia

Walikota Bitung Jamu Makan Malam Bersama Tim Baksos Yadia GPIB

Diakonia

Musibah Kebakaran Di Cikini, GPIB Paulus Jakarta Beri Bantuan Kepada Korban Terdampak Musibah

Diakonia

Kematian Yesus Bagaikan Biji Gandum yang Jatuh ke Tanah: Pengorbanan