SURABAYA, Arcus GPIB – SEBUAH pemikiran bagus bahwasanya akan dibentuk W.J. Rumambi Institute. Untuk itu di GPIB Maranatha Surabaya dilaksanakan Seminar Kajian Pembentukan W.J. Rumambi Institute (tahap 1) Jumat, (12/5/2023).
Ketua II Majelis Sinode GPIB Pendeta Manuel E. Raintung, S.Si, M.M mengatakan gereja pada umumnya harus lebih mengenal siapa W.J. Rumambi.
“Sosok W.J. Rumambi pada usia 28 tahun sudah memasuki kiprah oikumene, umur 40 jadi Menteri. Ikut membidangi lahirnya GPIB. Beberapa sekolah teologi ikut dirintis,” kata Manuel.Menurut Manuel yang membidani Dept. Germasa, sosok W.J. Rumambi adalah Rohaniawan dan negarawan.
“Kami membuat Rumambi Institute bukan karena Rumambi yang menjabat dua periode. Inspirasi dan semangat W.J. Rumambi yang mau kita sampaikan,” kata Manuel.
Untuk memantapkan kajian pembentukan Rumambi Institute dihadirkan beberapa orang antara lain Pendeta Paulus Kariso Rumambi, Pendeta Prof. John Titaley, Dr. John Simon dan sejarawa Dr. Benny Matindas yang punya kompetensi memberi masukan agar kajian Rumambi Institute semakin nyata memenuhi panggilan gereja di dunia ini.
Untuk tahap ke-1 dari kajian pembentukan W. J. Rumambi Institute, akan ditinjau terlebih dahulu ketokohan ds. W. J. Rumambi. Domine (ds.) atau Pendeta Wilhelm Johannis Rumambi (WJR) adalah seorang pendeta dengan kontribusi yang besar dalam bidang keesaan gereja dan kenegaraan.
Pendeta W. J. Rumambi lahir di Tompaso, Minahasa 7 April 1916 dan meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 20 Januari 1984. Setelah ditahbiskan di Gereja Sion Jakarta, Pendeta WJ Rumambi melayani di GMIM, kemudian di Makassar dan memimpin lembaga ekumenis di sana. Bersama Ephorus HKBP, ds. Sihombing, dan Ketua Parkindo, Pendeta Basuki Probowinoto, Pdt. W. J. Rumambi menginisiasi terbentuknya Dewan Gereja-gereja di Indonesia pada 25 Mei 1950, kemudian menjadi Sekretaris Umum yang pertama DGI.
Presiden Soekarno menjadikannya Menteri Hubungan Antar Lembaga Tinggi Negara pada Kabinet Kerja II tahun 1962 hingga Kabinet Kerja IV tahun 1964, dan Menteri Penerangan pada Kabinet Dwikora III pada tahun 1966.
Selain itu, Pendeta W. J. Rumambi juga pernah menjadi pengurus Lembaga Alkitab Indonesia. Dengan demikian, kontribusi besar Pdt. W. J. Rumambi bagi gereja dan bangsa perlu ditinjau, diangkat, dan diabadikan.
Acara pembukaan kajian diawali dengan ibadah yang dilayani oleh Pendeta Dr. Alex Letlora, Ketua Majelis Jemaat GPIB Maranatha Surabaya. Dalam khotbahnya Pendsta Letlora yang juga Keyua Mupel Jawa Timur itu sangat mendukung ide Pembentukan W.J. Rumambi Institute (tahap 1).
Acara yang digagas Dept. Germasa dihadiri Fungsionaris Majelis Sinode Ketua Umum Pendeta Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si, Ketua II Pendeta Manuel Raintung, S.Si, M.M, Sekretaris I Pendeta Roberto J.M. Wagey, M.Th dan Bendahara Penatua Edy Soeindoen, S.E dan segenap pengurus Dept. Germasa. /fsp