JOMBANG, Arcus GPIB – Acara Dialog Karya Kebangsaan yang digelar Germasa GPIB Minggu 21/8/2022 dibeberapa Pondok Pesantren dan Vihara di Jombang Jawa Timur berlangsung lancar.

Fungsionaris Majelis Sinode usai diskusi kebangsaan bersama para Bante Vihara Mojopahit.
Kerja apik Departemen Germasa mempersiapkan acara ini sehingga semua titik perkunjungan yang dituju terlaksana dengan baik. Acara diawali dengan ibadah di GPIB Immanuel Mojokerto yang dilayani oleh Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pdt. Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si.
Di Vihara Mojopahit, Fungsionaris Majelis Sinode (FMS) dan peserta Dialog Karya Kebangsaan diterima Pengurus vihara yang dipimpin Bante Viryanadi. Dalam perjumpaan di vihara yang dikenal dengan Buddha Tidur diskusi berjalan dalam suasana kekeluargaan.

Ketua Dept. Germasa Pnt. Alex Mandalika, Pdt. Pdt Salmon A. J. Bawole, Bante Viryanadi dan Ketua V Pnt. Robynson Wekes.
Di pesantren Tebu Ireng, FMS dan peserta Dialog Karya Kebangsaan diterima Pengurus Pesantren Tebu Ireng. Disini FMS dan peserta Dialog Karya Kebangsaan saling berbagi informasi soal perkembangan kedua institusi.
Pdt. Rumambi dalam kesempatan tersebut memaparkan keberadaan GPIB yang tersebar di 26 provinsi sementara pengrus pesantren Tebu Ireng Gus Abdul Hakim Mahfudz yang akrab disapa Gus Kikin mengisahkan sejarah berdirinya Pondok Pesantren milik Abdurrahman Wahid (Gusdur) tersebut.

Ada dialog harmonis saat silaturahmi Fungsionaris Majelis Sinode dan Pengurus Pondok Pesantren Tebu Ireng
Tidak hanya berkunjung ke Tebu Ireng, FMS dan peserta Dialog Karya Kebangsaan juga melakukan perkunjungan Pesantren Bahrul Ulum Baitul Quran Tambak Beras. Pengurus pesantren menceritakan kemajuan yang dicapai pesantren tersebut. Gus Aan, alumni setempat mengatakan, di Ponpes Bahrul Ulum cukup banyak yang diberikan kepada santri termasuk belajar membaca Alquran dengan baik.

Di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras.
Pdt. Rumambi dalam kesempatan tersebut mengapresiasi keterbukaan kalangan ulama Islam dalam meningkatkan moderasi beragama di Indonesia. Dalam perkunjungan itu, Pdt. Rumambi didampingi antara lain, Ketua II FMS GPIB Pdt Manuel Essau Raintung dan Ketua Departemen Germasa GPIB Pnt Alexander Mandalika.
Silaturahmi itu dilakukan untuk memperkokoh kebangsaan dalam rangka hari ulang tahun ke-77 kemerdekaan Republik Indonesia. Pdt Rumambi mengaku bersyukur kepada Tuhan atas kesempatan bertatap muka dengan jajaran Pimpinan Ponpes Tebu Ireng.

Majelis Sinode GPIB menerima sebuah buku dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras.
“Pertemuan ini menjadi contoh bagi generasi muda ke depan tentang bagaimana menjalin dan merawat hubungan antarumat beragama,” ujarnya.
Disebutkan, GPIB adalah gereja nasional yang tersebar di 26 provinsi, memiliki 25 Musyawarah Pelayanan (Mupel), dan 329 Jemaat.
“GPIB bukan gereja suku. GPIB adalah gereja nasional yang Pancasilais,” jelas Pdt Rumambi. Menurut dia, saat ini GPIB terus bertransformasi menjadi gereja yang inklusif sehingga dimanapun berada GPIB akan mewujudkan damai sejahtera Allah.
“Kami ingin mengetahui lebih jauh tentang Islam Nusantara. Sebab perbedaan adalah ciptaan Allah,” kata Pdt Rumambi. Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz mengungkapkan bahwa semangat merawat persaudaraan keagamaan di antara sesama anak bangsa harus terus ditingkatkan.
“Kemerdekaan Indonesia tidak hanya dihasilkan agama tertentu, terapi kemerdekaan itu adalah hasil perjuangan seluruh elemen bangsa,” kata Abdul Hakim Mahfudz.
Dalam acara Dialog Karya Kebangsaan ini, FMS hadir secara lengkap yakni Ketua Umum Majelis Sinode Pdt. Paulus Kariso Rumambi, Ketua I Pdt. Marthen Leiwakabessy, Ketua III Pdt. Maureen S. Rumeser Thomas, Ketua IV Pnt Shirley Mauren van Houten Sumangkut, Ketua V Pnt. Robynson Letunaung Wekes, Sekretaris Umum Pdt. Elly Pitoy-de Bell, Sekretaris I Pdt Roberto Junfry Mozes Wagey, Sekretaris II Pnt. Ivan Lantu, Bendahara Pnt. Eddy Soei Ndoen, dan Bendahara I Pnt. Victor Pangkerego.
Sehari sebelum kegiatan Dialog Karya Kebangsaan dimulai, Dept. Germasa melakukan Welcome Dinner di GPIB Bahtera Hayat, Surabaya.
“Tidak salah kalau Departemen Germasa mempunyai program yang sangat bagus seperti ini, mungkin bisa diterapkan ditempat-tempat lain supaya orang bisa mengenal GPIB itu adalah gereja yang terbuka, gereja yang inovatif dan gereja yang mau bermasyarakat ditengah-tengah kepelbagaian seperti ini,” ungkap Pdt. Marianus Tupessy.
Menurut Ketua Majelis Jemaat GPIB Bahtera Hayat Surabaya itu, Germasa adalah napas gereja dalam memberikan warna kepada kehidupan manusia itu sendiri. Terlebih dalam konteks bangsa Indonesia bukan hanya dialog ideologi tetapi dialog karya memegang penting dimana gereja itu ada bersama masyarakat. /fsp