Home / Germasa / Misioner

Senin, 28 Oktober 2024 - 15:24 WIB

Pdt. Hariman Pattianakota: ”Berhenti Menjadi Gereja Kalau Tidak Bisa Membangun Kesejahteraan”

Pdt. Dr. Hariman Pattianakota pengajar Univ. Maranatha Bandung menerima plakat yang diserahkan Sekretaris Germasa Willem Pattinasarani.

Pdt. Dr. Hariman Pattianakota pengajar Univ. Maranatha Bandung menerima plakat yang diserahkan Sekretaris Germasa Willem Pattinasarani.

BANDUNG, Arcus GPIB – Gereja punya kepentingan terhadap demokrasi Indonesia. Kepentingannya adalah membangun kesejahteraan bersama itu identitas missional. Kalau gereja tidak melakukan itu dia berhenti menjadi gereja.

Mengatakan itu Pendeta Dr. Hariman Pattianakota pengajar Univ. Maranatha Bandung saat menjadi narasumber dalam Semiloka “Gereja dan Demokrasi” yang digelar Dept. Germasa GPIB di GPIB Sejahtera Bandung, Senin (28/10/2024).

Pdt. Melkianus Nguru menyaksikan penyerahan plakat kepada Pdt. Dr. Hariman Pattianakota.

Peserta Semiloka bersemangat mengikuti sesi-sesi yang dipaparkan pemateri.

Jadi, kata Hariman, pergulatan untuk menghadirkan demokrasi itu menjadi bagian yang  sangat menentukan eksistensi gereja. Hadirnya demokrasi disuatu bangsa seperti Indonesia itu ditentukan oleh perannya, memperjuangkan demokrasi yang substansial.

”Kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, kita punya tanggung jawab kebangsaan untuk terlibat. Bukan kebetulan kita ada di Indonesia, kita ini orang pilihan Indonesia, dihadirkan di Indonesia, dan karena itu kita mesti berjuang untuk kebaikan Indonesia, jadi kita menjadi Kristen 100% dan Indonesia 100% dan pertaruhannya adalah eksistensi kita. Kalau kita tidak melakukan itu kita berhenti sebagai gereja,” tandas Hariman dalam acara yang dipandu Pendeta Melkianus Nguru.

Baca juga  Manuver Elok Alumnus UIN Sunankalijaga Pdt Rully Haryanto, Dari Lele, Gusdurian Hingga Bamag

Menurut Hariman, identitas gereja mesti dinyatakan, dihadirkan, dihidupkan. Apalagi dalam situasi yang sekarang dimana peran gereja sangat dibutuhkan.

”Peran gereja sangat diperlukan berkaitan dengan perjalanan demokrasi. Sekarang diluar tampak baik-baik saja sebagaimana politik kartel, poltik dinasti dan politik uang,” tutur Hariman.

Demokrasi harus dirawat oleh gereja. Tidak boleh membiarkan demokrasi pingsan dan mati perlahan-lahan seperti yang disinyalir oleh Levitsky dan Ziblatt. Merawat demokrasi bukan sekadar tanggung-jawab kebangsaan sebagai warga negara Indonesia, tetap hal tersebut sekaligus menjadi manifestasi dari panggilan iman kita selaku gereja yang ditugaskan oleh Allah Trinitas untuk menunaikan misi-Nya di dalam dunia.

Baca juga  Natal Nasional 2021: Jerry Sambuaga Ketua Umum, Pdt. P.K. Rumambi Koordinator Acara

Dalam sistem perpolitikan dan pemerintahan yang menganut asas demokrasi, terbuka ruang bagi gereja (dan institusi keagamaan lain) untuk mengaktualkan keyakinan dirinya sebagai gereja (eklesiologi) dan panggilan politiknya (misi) dalam kenyataan hidup sehari-hari.

Sebagai institusi yang dipanggil untuk membawa damai dan kebenaran Tuhan ke tengah masyarakat, gereja memiliki panggilan dan tanggung jawab khusus dalam merawat demokrasi yang adil dan beradab. Dari teks yang kita baca dan telaah tadi, berikut adalah beberapa peran gereja dalam konteks merawat demokrasi. /fsp

Share :

Baca Juga

Germasa

SE Kemenag: Kapasitas Tempat Ibadah Bisa 100 persen di PPKM Level 1

Germasa

Kasus Penghentian Ibadah GBI di Padang, Umat Kristen Diminta Tenang

Misioner

Refleksi Paskah GPIB Pniel Palembang, Menggugah: Allah Berkenan Kepada Perempuan

Misioner

Pengadaan Stola PA-PT, MS Minta Majelis Jemaat Beli Ke Vendor Ditunjuk

Germasa

Sidang Sinode BNKP, Menkumham Yasonna:  Peluang untuk Terus Berbenah dan Berinovasi

Misioner

Christmas With Hesed Entertainment, Pdt. Maria Banjarnahor: Membawa Damai

Misioner

Si Kembar Jepri dan Janzens Tuntaskan PST dan Pentahbisan 63 Pendeta

Misioner

Rakerdal PEG GPIB 2024 Resmi Dibuka